XV. Memoar Finale

680 82 30
                                    

•Selamat Membaca•
-
-
-

Pihak sekolah telah mengubungi orangtua Zean, dengan panik mereka datang ke sekolah, hampir tak percaya dengan berita yang didengarnya.

"Dimana Zean?! Apa yang terjadi?!" Jerit sang mama histeris. "Dimana Zean...?"

Ia segera menemukan Kris yang duduk menangis di depan kantor guru. Mama mengguncang-guncangnya dengan panik. "Ada apa Kris? Kasih tau mama ada apa..."

"Zean, ma...!" Kris menghambur pada Mama dengan air mata yang membanjir.

"Zean...meninggal...!"

"Nggak mungkin!" Mama mendekap mulutnya dengan tangan. "Zean itu...kan...sehat dan kuat...dia nggak mungkin meninggal...itu nggak mungkin...!"

"Zean sakit, ma...mungkin waktu lahir dia sehat...tapi jantungnya juga bermasalah...hiks...selama ini dia menyembunyikan penyakitnya karena nggak ingin menambah beban kalian sama saudaranya. Dia sakit, ma...! Dan selama ini dia merahasiakannya...menanggungnya sendirian..."

Sang papa menggeleng-geleng dengan wajah nampak sangat terpukul. Ia terduduk di kursi dengan lemah. Mama menekap wajah dengan kedua tangannya dan menangis tersedu-sedu.

"Dimana Zean sekarang?" Tanya sang papa.

Kepala sekolah memberitahu bahwa Freya sudah pergi membawa Zean. Mereka segera berlari ke mobil dan melaju untuk mencarinya.

Freya ternyata tidak mengambil jalan menuju rumah Zean.

Sekarang, ia berjalan tertatih-tatih menggendong Zean pulang melewati jalan yang biasa mereka lalui sewaktu Zean masih tinggal di rumah neneknya.

Itulah yang dianggap Freya sebagai rumah Zean sesungguhnya...

Orang-orang yang mengikuti di belakangnya mulai berkurang karena lelah. Banyak dari mereka berhenti dan beristirahat. Tetapi Freya tetap maju. Punggungnya terasa pegal dan kakinya sakit tetapi ia tetap melangkah, tak peduli dengan pandangan heran orang-orang yang ia temui di sepanjang jalan.

Annie terus berjalan di dekatnya tanpa bicara apapun.

Mama dan papa serta Kris akhirnya kembali menemukan mereka. Mama berlari keluar mobil sambil menjerit histeris menghampiri Freya.

"Aaah...anakku, Zean...! Zeanku...!! Uhuk...Zean...! Kembalikan Zeanku...!"

Freya tidak peduli. Ia terus berjalan. Mama, papa dan Kris susah payah mendekatinya.

"Untuk apa kamu melakukan ini? Letakkan Zean biar kami membawanya..." Kata sang papa dengan suara tegang karena emosional. "Freya...! Berhenti!!"

Namun Freya terus berjalan.

"Kamu nggak boleh membawa Zean!" Bentak sang mama histeris. "Turunin anakku...aku mau memeluknya...!"

Freya berhenti, lalu berbalik dan menatap mereka dengan pandangan yang sendu.

"Anda terlambat! Seharusnya anda bisa memeluknya kemarin...bilang kalau anda menyayanginya...sekarang itu percuma aja. Zean nggak membutuhkannya lagi. Kalian bukan keluarganya, akulah keluarganya yang sebenarnya...kalian hanya orang asing dan tidak berhak membawanya! Aku yang berhak! Aku pacarnya, tunangannya, sekaligus istrinya! Hiks..."

"Ngomong apa kamu..?! Dia anakku." Kata sang mama hampir marah.

"Zean sangat mencintai kalian...selama bertahun-tahun dia selalu menerima kabar bahwa kalian akan pulang. Dia selalu sabar menunggu kalian tiba walaupun hal itu tak kunjung terjadi, dan dia nggak putus asa. Selalu berbicara padaku mengenai kepulangan kalian suatu hari nanti. Dia begitu rindu pada keluarganya..."

Kaca, Kamu, LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang