XIII. Blackened

344 59 3
                                    

•Selamat Membaca•
-
-
-

Kris melihat mata Freya menatap penampilan band itu dengan pandangan yang jauh sekali. Ia menyikut Freya dan ia menyikut Freya dan bertanya dengan suara berbisik. "Maksud Shafiq...siapa sih? Apa aku kenal orangnya?"

Freya tak menjawab.

Sepulang dari bazaar Freya mengajak Kris makan bakso di tempat langganan mereka, dan sebagai Zean tentu saja Kris tak bisa menolak. Dalam hati ia berdoa supaya makanan itu tidak berbahaya bagi tubuhnya.

"Mmmh...enak banget, aku suka bakso." Ucap Kris setelah memakan beberapa bakso.

"Emang enak. Ini kan makanan favorit kamu." Freya mendelik curiga, "Ini sindiran karena kamu udah lama nggak aku traktir ya?"

Kris tersenyum lebar. "Iya dong..."

Freya balas tersenyum dan menatap Kris dalam-dalam.

-

-

-

Zean menuruni pohon lewat jendela kamarnya dan berlari kencang dengan air mata yang berjatuhan.

Ia tidak tahan lagi. Ia merasa tidak berharga dan kesedihan luar biasa merembes pelan-pelan di dadanya. Zean berlari tak tentu arah, setelah capek, ia berhenti untuk meredakan nafasnya dan mendapati dirinya berada di tepi jalan raya.

Zean termenung. Ia tak tau harus kemana.

"Hey, Kris....kamu ngapain ada di sini?" Tiba-tiba sebuah mobil berhenti dan Annie menepuk bahu Zean yang tersentak kaget.

"A-aku." Zean seketika sadar penampilannya saat ini adalah sebagai Kris, karena itu dia menggeleng. "Aku perlu menenangkan pikiran aja..."

"Kenapa? Kamu sakit lagi?"

"Nggak apa-apa kok..." Zean mengerjap-ngerjapkan matanya yang seperti berkunang-kunang.

"Aku mohon...jangan bilang siapa-siapa...aku...aku kabur dari rumah..."

"Tapi kenapa?"

Zean tak sempat menjawab karena tiba-tiba tubuhnya tidak seimbang, kalau Annie tak cepat menahan tentu ia akan jatuh membentur trotoar dengan keras.

Annie yang berpikiran dingin cepat merangkul Zean dan membaringkannya di jok belakang mobilnya. Ia menyetir dengan mantap menuju rumahnya. Ia menghormati keputusan Zean dan tidak ingin mengantarnya kembali pulang tanpa persetujuan cowok itu.

Annie merangkul Zean ke kamar tamu dan segera menelpon dokter. Dokter tiba 10 menit kemudian dan segera memeriksa keadaan Zean.

"Hm...dia terlalu tegang dan pikirannya berantakan. Cowok ini harus tenang dan gembira, supaya kesehatannya membaik."

Saat itu Zean bangun dan mengeluh. "Aah...aku dimana? Mama...aku dimana?"

"Ssh...Kris...kamu sekarang ada di rumahku." Annie tersenyum menenangkan.

"Kalau kamu mau aku akan menelpon rumahmu sekarang."

Zean seketika ingat semuanya. "Ah, jangan kak! Aku nggak mau mereka tau aku pergi..."

Annie mengangguk. Dokter itu mengerutkan kening dan memeriksa tangan Zean dengan seksama.

Kaca, Kamu, LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang