Chapter 13

374 40 4
                                    


Sudah 3 hari setelah kejadian dengan Mark di ruang latihan, Haechan mulai menyadari perasaannya pada Jaemin. Ia juga sadar, pria surai biru yang ia lihat di ruang latihan pada hari itu adalah Jaemin. Ia yakin pria lebih muda itu salah paham. Mark sudah meminta maaf padanya dan akan membantunya untuk menjelaskan kesalahpahaman itu pada Jaemin, namun pria kelinci itu terus-menerus menghindari Mark dan Haechan.

Haechan memandang tempat tidur di sebelahnya yang kosong beberapa hari ini. Jaemin selalu pulang sangat malam saat ia tertidur dan berangkat pagi sekali sebelum ia bangun. Mengapa ia lamban sekali soal perasaannya. Namun melihat sikap Jaemin yang menghindarinya seperti ini, ia yakin Jaemin juga suka padanya.

Membayangkan Jaemin yang suka padanya membuat wajahnya memerah. Ia menghentakkan kakinya malu sambil menyembunyikan wajahnya pada boneka beruang miliknya. Ia tidak boleh tidur malam ini. Ia harus menunggu Jaemin pulang.

***

Jaemin membuka pintu kamarnya dan Haechan dengan perlahan seperti yang sudah ia lakukan beberapa hari ini, berharap pemuda beruang yang merupakan teman kamarnya sudah tertidur.

"Na Jaemin."

Jaemin tersentak mendengar suara manis pria yang ia hindari beberapa hari ini memanggil namanya. Ia bergegas membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan kamar itu sebelum ia merasakan kerah belakangnya ditarik.

"Lo mau kemana?"

Jaemin membalikkan tubuhnya dengan perlahan sambil menundukkan kepalanya. Ia takut air matanya akan mengalir jika melihat wajah pria di depannya itu.

"Jaemin, kita harus bicara."

Jaemin terdiam sejenak. Ia belum siap untuk berbicara dengan Haechan.

"Gua mandi dulu, bakal lama."
Jaemin yang masih tidak bisa menghilangkan bayangan Mark yang mencium Haechan di ruang latihan, mencari alasan untuk menghindar.

"Gua tungguin."

Jaemin melirik Haechan yang sudah duduk bersandar di kepala tempat tidur miliknya dengan anteng. Ia benar-benar tidak bisa menghindar lagi.

***

Jaemin keluar dari kamar mandi dengan perlahan dengan gugup. Ia bisa merasakan mata Haechan yang mengikutinya.

"Sini duduk disini."
Haechan menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya. 

Jaemin yang tidak punya pilihan lain berjalan mendekati Haechan kemudian duduk di sebelahnya.

Haechan tersenyum tipis melihat Jaemin yang menuruti permintaannya seperti anak baik. Sangat menggemaskan.

Haechan meraih tangan kekar Jaemin dan menggenggamnya. Tangan Haechan yang dingin membuat Jaemin tersentak. Detak jantungnya terasa berdebar dengan kencang.

"Sorry, Jaemin karna udah ngebentak lo kemaren."

Jujur Jaemin bahkan sudah lupa bahwa Haechan membentaknya beberapa hari yang lalu. Pikirannya dipenuhi oleh Mark dan Haechan yang berciuman di ruang latihan. Oh iya! Mark-hyung!

Jaemin menarik tangannya dari genggaman Haechan membuat pria manis itu terkejut.
"Ya, gapapa, gua yang terlalu maksa lo buat ikut makan bareng."

Haechan menggelengkan kepalanya.
"Ga, itu bukan salah lo. Gua yang terlalu bodoh buat nyadarin perasaan gua sendiri."

Jaemin yang tidak mengerti dengan maksud Haechan tanpa sadar menatap wajah Haechan dengan penuh tanda tanya.

"Gua suka sama lo, Na Jaemin. Gua cemburu tiap kali lo nyebut nama Ji-Ah."

"Tapi gua liat lo ama Mark-hyung ciu-"
Jaemin tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Apa yang pria manis ini katakan? Jelas-jelas ia melihat Haechan dan Mark bersama kemarin.

"Itu kesalahan.. Gua awalnya kira gua suka sama Mark-hyung. Hyung cuman mau ngeyakinin gua kalau perasaan gua itu salah.."
Haechan mencoba menjelaskan dengan wajah yang memerah.
"Cuman sebelum Mark-hyung nyium gua, gua mikirin lo."

Jaemin terkejut mendengar penjelasan mengejutkan dari pria manis yang kini wajahnya semerah tomat. Tangan kecilnya tidak bisa berhenti memainkan ujung bajunya.

Haechan terkejut mendengar Jaemin menghelakan nafasnya kuat sambil menutup wajahnya.

"J-Jaem?"
Haechan terlihat khawatir melihat sikap Jaemin.

"Jangan lucu-lucu, Chan. Gua gemes liat lo."

Haechan yang sudah khawatir menatap Jaemin dengan kesal sambil memukul lengan berotot itu.

Jaemin terkekeh. Ia berbaring sambil menarik pria yang lebih mungil itu kedalam pelukannya dengan erat.
"Gua senang banget. Gua juga sukaaaa banget sama lo."

Haechan membalas pelukan Jaemin dengan tidak kalah erat. Ia bisa mendengar detak jantung mereka berdua yang seirama. Ia juga sangat bahagia sekarang.

Mereka terdiam menikmati pelukan masing-masing sebelum akhirnya Haechan mencoba beranjak dari tempat tidur Jaemin, namun tarikan pada pinggangnya kembali menjatuhkan dirinya kedalam pelukan hangat yang lebih muda.

"Tidur bareng yuk! Gua kangen."
Jaemin memosisikan dirinya dengan nyaman sambil menghirup aroma tubuh manis Haechan dalam-dalam.

Haechan yang malu, ditambah nafas hangat yang ia rasakan di lehernya kini sangat tidak membantu, Ia segera mendorong Jaemin jauh-jauh dan berlari menuju tempat tidurnya sendiri.

Jaemin tertawa gemas melihat Haechan yang tiduran membelakanginya. Ia bisa melihat leher dan telinga mungil milik pria beruang itu sudah sangat merah. Jika ia terus menggodanya mungkin dia akan babak belur.

"Good night, Hyukkie~"

---

Double update~
Ceritanya udah mau selesai jadi pengen aku selesaiin cepet-cepet wkwkwkwkkwk, sorry kalau jadinya buru-buru banget.

Thank you yang udah baca, ini belum selesai kok, masih ada lanjutannya. See you next chapter!

Dream High || • NahyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang