Budayakan vote sebelum baca, komen setelah baca!
*****Hidup ini berat, itu sudah pasti. Ia telah menelan pahit dan manis kehidupan, jadi ia adalah orang yang paling tahu sejahat apa manusia di dunia ini. Terlahir dari keluarga miskin, lalu mengangkat derajat ibunya dengan bekerja di perusahaan ternama di negeri ini. Orang sering mengatakannya terlalu berambisi menjadi cinderella saat memutuskan menjalin hubungan dengan pria dari kalangan konglomerat yang merupakan bosnya sendiri.
Ia mengabaikan semua hinaan dan caci maki dari orang lain demi bersama pria yang dicintainya. Tapi, apa yang ia dapatkan sekarang? sebuah pengkhianatan? sebuah penghancuran? rasa sakit?
Di tengah derasnya hujan, ia mendatangi pria yang harusnya besok menjadi suaminya. Ia memaksa masuk walau banyak orang menghalanginya. Hingga akhirnya ia diperbolehkan masuk. Tapi, bukannya mendapat penjelasan atas pesan yang dikirim pria itu sejam lalu. Ia malah disuguhkan pernikahan pria yang dicintainya dengan perempuan lain.
Wanita yang di samping pria itu bahkan memakai gaun pengantinnya untuk esok hari. Harusnya ia kembali menangis sekarang, seperti sejam lalu saat ia melihat pesan pria itu yang mengatakan membatalkan pernikahan secara sepihak. Tapi, anehnya ia malah diam. Semua amukan dan amarah yang sedari tadi membara di hatinya, kini hanya hilang entah kemana.
Sekali lagi, takdir memintanya berjuang. Berjuang untuk bangkit dari kehancuran ini. Tapi mampukah ia bangkit lagi? Entahlah, ia rasa tak akan mampu. Ia berjalan ke arah pria itu dengan tenaga yang tersisa lalu memberikan cinta pertunangan mereka. Satu yang patut ia banggakan hari ini adalah ia masih mempertahankan harga dirinya sebagai perempuan. Ia tidak menangis dan mengemis pada bajingan ini. Ia memutuskan pergi tanpa sepatah kata pun, meninggalkan rumah yang dulu dijanjikan akan menjadi rumah mereka bersama.
Ia berjalan dengan lunglai, menatap kosong ke depan, semua bayangan kebersamaannya dengan pria itu terlintas seperti kaset rusak. Terus menerus hingga membuat kepalanya sakit. Meskipun demikian, ia sangat yakin bahwa ia belum gila hingga memutuskan bunuh diri. Tapi, mengapa sebuah mobil melaju kencang ke arahnya padahal ia berdiri di pinggir jalan?
Harusnya ia lari dan menyelamatkan diri. Tapi, bodohnya ia malah diam terpaku di tempat saat melihat wajah di balik kemudi mobil itu. Wajah yang dihiasi senyum miring, wajah yang belum puas melihatnya menderita hingga ingin membunuhnya.
Mungkin ia akan mati. Mati karena kebodohannya mencintai pria itu.
*****
Tangerang, 12 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Melukai Itu Mudah
RomancePernahkah kau merasa seperti korban, padahal nyatanya kau pelaku? Tiga orang yang terjebak dalam situasi rumit. Rahajeng, Ragastya dan Rehana. Dunia tahu sebenci apa Ragastya pada kekurangan. Noda kecil pada pakaiannya mampu membuatnya sangat marah...