Budayakan vote sebelum baca dan komen setelah baca!
*****Rajeng merasa sangat lelah, ingin rasanya ia menutup mata untuk selamanya agar tak perlu memikirkan semua masalah dalam hidupnya. Baru beberapa hari lalu, kondisi ibunya tampak baik-baik saja, bahkan jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Seminggu ini tak ada laporan dari suster Elia bahwa ibunya mengamuk dan merusak barang. Tapi, hari ini rasanya kepalanya mau pecah saat suster Elia menghubunginya kalau ibunya mencoba melukai diri sendiri dengan serpihan kaca jendela yang telah dipecahkan. Alhasil, ibunya harus dipindah ke ruang rawat berbentuk sel, tanpa jendela dan hanya ada kasur untuk berjaga-jaga jika ibunya kembali kambuh.
Ia hanya punya ibunya di dunia ini. Jika ibunya tak ada, maka semua pencapaian yang ia raih saat ini adalah sia-sia. Ia tak mampu berpikir jernih saat ini, kemungkinan akan kehilangan ibunya untuk selamanya telah menghantui dirinya. Alhasil ia memutuskan mabuk untuk pertama kalinya sejak kecelakaan yang menimpanya.
Minum alkohol dengan kadar di luar batas kemampuan memang tak baik, namun mampu membuatmu serasa di Surga. Itulah yang ia rasakan saat ini, walaupun sedang menyetir, ia terus minum sambil bernyanyi tak jelas. Tapi, ia merasa jauh lebih bahagia, seakan semua beban di otak dan pundaknya tak pernah ada sebelumnya.
Ajaibnya ia berhasil sampai di rumahnya dengan selamat, bahkan masih mengingat mana rumahnya. Ia menekan bel dan menunggu pembantunya membukakan gerbang, tapi gerbang tak kunjung terbuka. Alhasil ia terus menekan bel hingga belasan kali dan gerbang pun terbuka. Seingatnya tubuh pembantunya kurus dan sedang, bukan sebesar ini. Apa ini efek mabuk ya? Ia sampai tak bisa mengenali wajah di depannya. Entahlah, ia memilih mengabaikan hal itu dan masuk ke rumahnya, tapi seseorang menahan tangannya.
"Kau salah rumah, ini bukan rumahmu," ucap suara bariton yang mengingatkannya pada seorang pria menyebalkan.
"Apa maksudmu? Ini rumahku!"
"Kau mabuk? Pantas saja kau terlihat linglung, pergilah sebelum aku menendangmu dari rumahku," ucap pria yang wajahnya samar itu dengan nada naik satu oktaf.
Ia mungkin tak dapat mengenali wajah di depannya karena efek alkohol, tapi ia tahu hanya ada satu pria menyebalkan bersuara bariton bernama Ragastya Pramestawara. Ia tak mendengarkan perkataan Ragas dan berusaha mendorong pria itu, lalu masuk ke rumahnya.
Saat memasuki rumah, ia mencium wangi bunga, sepertinya parfum perempuan. Sudah pasti ini rumahnya, tak mungkinkan Ragas memilih pengharum ruangan sefeminim ini? Pria itu memang suka mencari masalah dengannya.
Saat tangannya ditarik tiba-tiba, ia tak mampu lagi menjaga keseimbangan tubuhnya dan malah menjatuhkan tubuhnya ke tubuh Ragas. Ia tertawa saat sayup-sayup melihat wajah marah pria yang berada di bawahnya. Ya, hanya Rahajeng versi mabuk yang tak malu menindih tubuh pria beristri. Rajeng dan alkohol adalah musuh besar.
"Singkirkan minuman sialan itu, Bodoh! Kau seperti orang gila saat mabuk!" teriak Ragas lalu melempar botol minumannya hingga hancur berkeping-keping.
Ia tak terima botol minuman yang harganya menyentuh jutaan itu dibuang begitu saja, alhasil ia mencoba membalas dengan memukul tubuh Ragas, walau ia tahu tenaganya tak akan mampu membuat Ragas merasa sakit. Ragas menahan dua tangannya untuk menghentikannya, ia tahu pria itu hendak kembali membentaknya, tapi entah setan dari mana memasuki tubuhnya hingga ia malah mencium bibir Ragas.
Walaupun mabuk, ia bisa merasakan bahwa Ragas sempat membalas ciumannya, tapi tiba-tiba pria itu mendorongnya hingga ia jatuh tersungkur dan lengannya terkena pecahan beling botol minuman. Ia tak sempat meringis kesakitan karena Ragas malah mengguyurnya dengan air dingin secara tiba-tiba.
"Sadar, Rahajeng! Kau selalu saja melampiaskan rasa kesal, marah dan kecewamu pada minuman itu! Kau bilang kau tak ingin menjadi ayahmu yang pecandu alkohol itu?! Tapi, kau malah semakin mirip dengannya," ucap Ragas yang membuat Rajeng terdiam membeku. Bukan karena air dingin yang baru diguyurkan padanya, melainkan karena perkataan Ragas.
Ia sudah mulai sadar karena Ragas telah mengguyurnya dan bisa mendengar serta memahami dengan jelas perkataan Ragas. Apa yang Ragas katakan adalah segelintir kisah kelam mengenai hidupnya, hal yang pernah diceritakan ibunya dan tak pernah ia ceritakan pada siapapun karena itu adalah aib. Tapi, Ragas tahu hal itu. Jika ia ingat tak pernah memberitahu siapa pun perihal hal ini, berarti kejadian ia menceritakan hal ini pada Ragas adalah kepingan memorinya yang terlupakan yaitu memori dua tahun ini. Ia berdiri dan menatap tajam ke arah pria itu, sambil bertanya pada dirinya sendiri. Apa peran Ragas di hidupnya dalam dua tahun ini sampai ia memiliki keyakinan menceritakan aib itu?
"Siapa kau, Ragas? Apa kau termasuk bagian yang kulupakan dua tahun ini? Bagaimana kau bisa tahu tentang hidupku? Jawab aku, Ragastya Pramestawara!"
*****
Tangerang, 16 September 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Melukai Itu Mudah
RomancePernahkah kau merasa seperti korban, padahal nyatanya kau pelaku? Tiga orang yang terjebak dalam situasi rumit. Rahajeng, Ragastya dan Rehana. Dunia tahu sebenci apa Ragastya pada kekurangan. Noda kecil pada pakaiannya mampu membuatnya sangat marah...