SATU

319 47 0
                                        

Budayakan vote sebelum baca, komen setelah baca!
*****

Apa yang paling kau benci di dunia ini? tikus? kegagalan? tukang selingkuh? kemiskinan? kekurangan? Semua itu dibenci oleh Rahajeng Jaratisa atau disapa Rajeng. Tapi, ada yang jauh lebih dibenci oleh perempuan berusia tiga puluh tahun itu yaitu tukang gosip.

Bukan sekali, dua kali, ia mendengar bisikan dari ibu-ibu di sebelah rumahnya. Mereka suka sekali membicarakan keburukan orang lain. Masalah kecil saja bisa jadi buah bibir hingga berminggu-minggu. Mereka itu adalah bukti nyata mengapa pendidikan di Indonesia masih rendah.

Hari ini ada yang berbeda, bukan Rajeng yang jadi objek gosip mereka. Melainkan tetangga baru depan rumah Rajeng. Ragastya dan Rehana. Entah kebetulan atau memang takdirnya terhubung dengan dua orang itu, tapi nama mereka berawalan huruf 'R' sama sepertinya.

Keduanya baru pindah beberapa hari lalu ke kompleks perumahan ini.  Menurut desas-desus yang terdengar, Rehana adalah perempuan tuli dan mandul. Pria dengan kesempurnaan 99%, ternyata memiliki selera amat rendah. Itulah gosip hangat terbaru di lingkungan ini, ia mendengar dari pembantunya. Entah itu benar atau tidak, Rajeng tak mau peduli.

Ia lebih memilih mengabaikan ibu-ibu kompleks dan bersiap-siap berangkat kerja. Tapi, ia harus rem mendadak saat sebuah mobil melaju kencang di depannya dan mengambil jalannya. Ia kenal jelas mobil siapa yang berwarna silver itu.

Jujur, ia tak suka keributan. Tapi, ia tak bisa menahan diri karena mobilnya sudah terlanjur lecet akibat tetangga brengseknya itu. Lantas ia keluar dari mobil dan memukul mobil silver itu. Seorang pria yang amat ia kenal keluar dengan raut wajah jengkel, padahal di sini ia korban.

Pria itu memang paling suka bersandiwara. Seharusnya dia menjadi aktor saja, bukannya pengusaha. Dari mana Rajeng tahu sifat buruk pria di depannya? Kemarin, pria itu mengadakan pesta bersama teman-temannya dengan musik sekencang DJ Club, padahal jelas-jelas ada penghuni lain di samping dan depan rumahnya. Ia sampai tak bisa tidur karena hal itu. Saat ia mengadukan hal itu pada satpam, satpam malah memilih memaklumi saja. Tidak cukup sampai situ, pria bernama Ragas ini menendang kelinci kesayangannya tanpa alasan. Saat ia membentak pria itu, ia malah dibentak balik dengan mengatakan hewan itu kotor dan membawa banyak kuman. Bahkan pria itu menawarkan sejumlah uang agar ia mau membuang kelincinya. Katanya pria itu alergi bulu hewan. Perlu digarisbawahi di sini bahwa kelincinya bermain di depan rumahnya, bukan ke rumah pria itu!

Kali ini ia akan membuat pria itu paham bahwa dirinya bukan lawan yang mudah terinjak. Ia memaksa pria itu keluar dari mobil, tak peduli jika mereka saat ini menjadi tontonan hangat ibu-ibu kompleks.

"Aku akan membayar kerugian lecet mobilmu, jangan membuat keributan di sini," ucap pria bernama Ragastya Pramestawara atau Ragas sambil menoleh sekilas pada ibu-ibu yang menonton mereka.

Membayar ya? Semudah itu memang Ragas mengeluarkan uang. Jelas saja karena dia adalah penerus salah satu perusahaan terbesar di negeri ini. Uangnya tak akan habis tujuh turunan, walaupun setiap hari dia saweran uang depan rumahnya. Hidup memang kadang tak adil dengan memberikan semua kesempurnaan pada manusia tidak beradab seperti pria di depannya.

Rajeng tak akan menolak ganti rugi yang ditawarkan. Ia bukan pemeran perempuan di sinetron televisi yang sudah tahu miskin, tapi menolak ganti rugi demi harga diri. Harga diri tak akan mampu membiayai kehidupan yang serba mahal ini. Tanpa basa-basi, ia mengambil kertas dan pulpen dari tasnya. Ia memilih acak berapa nominal yang akan ia minta, mungkin dua digit cukup. 20 juta.

"Bayar sekarang," ucap Rajeng sambil memberikan kertas di tangannya. Ia tersenyum puas saat melihat tatapan kaget pria di depannya saat melihat nominal tak masuk akal itu. Tapi, tatapan kaget itu langsung berubah menjadi tatapan tajam dalam seketika.

Lecet di mobilnya memang sedikit. Tapi, ego seorang Ragastya Pramestawara yang hampir menembus langit itu, tak akan membiarkan pria itu menolak nominal yang ia tawarkan. Lihatlah betapa mudahnya pria itu memberikan cek kosong padanya. Pasti ego Ragas untuk menundukkan siapa pun di bawah kakinya sudah terpenuhi. Tapi, ia tak peduli. Ia langsung memasukkan cek itu dan pergi.

"Isi berapa pun yang kau mau, cek itu bukan hanya untuk membayar ganti rugi mobilmu, tapi juga untuk membayar harga dirimu, Rahajeng," ucap Ragas yang sukses melukai ego Rajeng. Pada dasarnya, Ragas dan Rajeng seperti cermin dan pantulannya.

Kau bisa melihat ambisi pada diri Rajeng, begitu pun pada diri Ragas. Kau bisa melihat ego pada diri Ragas, begitu pun pada diri Rajeng. Sayangnya, tak semua yang sama berakhir bersama.

*****

Tangerang, 12 September 2024

Melukai Itu MudahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang