Nikah?

310 27 0
                                    

Waktu terus berlalu setelah kepergian Nata, dan meskipun rasa kehilangan masih membekas dalam hati, kehidupan harus terus berjalan. Sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada mendiang tunangannya, Archen memutuskan untuk memenuhi janji yang pernah ia buat di atas tempat tidur Nata—ia menikahi Nara, sahabat Nata yang setia. Pernikahan mereka dilaksanakan dengan sederhana, tanpa gemerlap atau kemeriahan seperti yang seharusnya terjadi pada pernikahan yang bahagia.

Nara, yang sebenarnya masih berduka atas kehilangan Nata, menjalani hari-harinya dengan perasaan campur aduk. Ia mencintai Archen, namun pernikahan mereka terasa seperti sebuah kesalahan yang terpaksa dilakukan. Meski Nara mencoba untuk mengisi peran sebagai istri dengan sebaik mungkin, ia tahu bahwa di hati Archen, ia hanya pengganti Nata, bukan istri yang sebenarnya dicintai.

Pernikahan ini bukanlah tentang kebahagiaan. Di balik pintu rumah mereka, suasana selalu terasa dingin dan penuh dengan keheningan. Archen sering kali menghabiskan waktunya dengan pekerjaan, berusaha mengalihkan pikirannya dari rasa kehilangan yang terus menghantuinya. Sementara itu, Nara mencoba merawat rumah mereka, memasak makanan kesukaan Archen, dan menjaga kebersihan, berharap bahwa usahanya akan membawa kehangatan ke dalam rumah itu.

Namun, meskipun Nara melakukan semua yang ia bisa, Archen tetap tidak merespons. Setiap kali Nara mencoba berbicara atau mendekati Archen, ia hanya mendapat balasan singkat atau acuh tak acuh. Tidak ada kehangatan dalam kata-kata Archen, hanya sisa-sisa kewajiban yang ia penuhi atas dasar janji kepada Nata.

Setiap malam, Nara sering kali terjaga hingga larut, menatap langit-langit kamar sambil bertanya-tanya bagaimana kehidupannya bisa berakhir seperti ini. Ia merindukan saat-saat di mana ia dan Nata bisa tertawa bersama, saling berbagi cerita tanpa rasa canggung. Kini, semua itu hanya tinggal kenangan, dan ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia terperangkap dalam pernikahan yang tidak memberikan kebahagiaan.

Archen sendiri merasa tertekan dengan keadaan ini. Ia tahu bahwa Nara tidak pantas diperlakukan seperti ini, tetapi ia tidak bisa memaksa dirinya untuk mencintainya. Setiap kali ia melihat Nara, ia teringat pada Nata—cinta sejatinya yang telah pergi. Archen sering kali pulang larut malam atau bahkan dini hari, dengan bau alkohol yang kuat menguar dari tubuhnya. Nara, yang selalu menunggu di ruang tamu dengan harapan bisa berbicara atau setidaknya memastikan Archen baik-baik saja, hanya bisa menghela napas setiap kali melihat suaminya kembali dalam keadaan mabuk.

Ia menuntun Archen ke kamar dengan hati-hati, meski setiap langkahnya terasa berat karena rasa kecewa yang menghimpit. Nara sangat mencintai Archen, lebih dari yang bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Namun, cintanya terasa sia-sia, karena Archen bahkan tidak pernah menyadari perasaannya, apalagi sekarang ketika mereka sudah menikah.

Setiap kali Archen mabuk, ia sering merancau, menyebut nama Nata berulang kali. "Nata... kenapa kau pergi? Aku... aku tak tahu harus bagaimana tanpamu," gumam Archen dengan suara serak, matanya setengah tertutup namun penuh dengan kesedihan yang mendalam.

Nara menahan air mata yang ingin keluar, menggigit bibirnya agar tidak terisak. Ia tahu bahwa hatinya tidak pernah sepenuhnya diterima oleh Archen, bahkan setelah mereka sah menjadi suami istri. Dalam momen-momen seperti ini, Nara merasa seperti bayangan di rumahnya sendiri—tidak terlihat, tidak terdengar, dan tidak dianggap penting.

Suatu malam, ketika Nara sedang membantu Archen yang mabuk berat untuk naik ke tempat tidur, Archen tiba-tiba berhenti di tengah langkahnya. Ia menatap Nara dengan mata yang sayu namun penuh dengan kesedihan. "Kenapa bukan kau, Nata? Kenapa harus dia? Aku tak bisa... aku tak bisa hidup tanpamu," gumamnya sebelum jatuh ke pelukan Nara, tubuhnya yang berat nyaris membuat Nara terjatuh.

Nara menguatkan diri, memeluk Archen erat-erat meski hatinya hancur berkeping-keping. "Archen, aku di sini... Aku istrimu sekarang. Aku akan menjagamu," bisiknya, meski ia tahu kata-katanya tidak akan mencapai hati Archen yang tertutup oleh bayang-bayang masa lalu.

CAN I ??? [Joongpond]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang