Mimpi lagi

575 46 8
                                    

Malam hari, Archen tertidur di kamarnya yang sepi. Mimpi yang telah lama menghantuinya kembali datang, namun kali ini berbeda—lebih nyata dan lebih mendalam.

Dalam mimpinya, Archen melihat dirinya berdiri di sebuah padang yang luas, berlumuran cahaya senja. Di depan matanya, ada dua sosok yang sangat dikenalnya—Nata dan Nara. Mereka berdua berdiri di tempat yang berbeda, seolah menjadi dua sisi dari hidup Archen yang saling berlawanan. Nata, dengan senyum yang lembut, berdiri agak jauh dari Archen, sementara Nara berdiri lebih dekat, namun dengan wajah yang penuh kesedihan.

Archen "Nataa"

Nata hanya tersenyum tipis, matanya penuh kedamaian, namun ada jarak di antara mereka. Archen merasa kebingungan dan cemas. Dia ingin mendekati Nata, tetapi kakinya terasa berat, seolah ada sesuatu yang menahannya. Setiap kali Archen berusaha melangkah, dia merasa semakin jauh dari Nata.

Archen dengan nada putus asa) "Nata, kenapa kamu tidak mendekat? Tolong, katakan sesuatu! Bantu aku keluar dari semua ini!" Nata tetap tersenyum, tetapi kali ini dia menoleh ke arah Nara yang berdiri di sisi lain. Tatapan Nata penuh arti, seolah ingin mengatakan sesuatu kepada Archen, tetapi tidak bisa. Nata kemudian mengarahkan pandangannya kembali pada Archen, namun tetap tidak bergerak mendekat. Suasana menjadi semakin intens, dan Archen merasa semakin tertekan. Dia benar-benar membutuhkan Nata, namun Nata tampaknya tidak bisa mendekatinya.

Nata berbicara dengan suara lembut, namun penuh makna "Archen, ada hal-hal yang tidak bisa aku lakukan untukmu. Apa yang kamu butuhkan... bukan dariku." Tentu archen merasa bingung dengan kata-kata Nata. Dia melihat ke arah Nata dengan tatapan penuh pertanyaan, berharap ada penjelasan lebih lanjut. Tapi Nata hanya tersenyum, kali ini dengan sedikit kegetiran di wajahnya.

Archen dengan nada terputus-putus "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti... Kamu selalu ada untukku, kenapa sekarang tidak? Tolonglah, Nata!" Nata menggeleng pelan, lalu pandangannya kembali teralih ke arah Nara, yang kini tampak lebih dekat dengan Archen. Nara menatap Archen dengan mata yang penuh kesedihan dan luka, namun ada kehangatan yang samar terlihat di sana sebuah kasih sayang yang tertahan.

Nata dengan suara yang lebih dalam  "chen... yang bisa menolongmu sekarang adalah dia, bukan aku."

Archen bertanya tanya, dia? Dia siapa maksud nata, apakah itu Nara?? , merasa lebih bingung dari sebelumnya tapi kalo benar itu yg dimaksud Nara, Bagaimana mungkin? Dia tidak mengerti bagaimana Nara, yang menurutnya hanya sosok yang lemah dan tak berdaya, bisa menjadi penyelamatnya.

Archen dengan nada kebingungan "Nata, aku tidak mengerti..."

Nata hanya tersenyum lembut, kemudian mulai menjauh, semakin dan semakin jauh hingga bayangannya mulai memudar di kejauhan. Archen mencoba berlari mengejarnya, namun setiap langkahnya terasa seperti menembus kabut tebal yang menghalangi gerakannya. Nata hanya terus menjauh, meninggalkan Archen dengan perasaan hampa dan tak berdaya. Angin semakain kencang, hujanpun turun dengan deras, archen sendiri disitu nata sudah menghilang archen tidak tau harus apa.

Namun archen mendengar suara Nata dari kejauhan, dengan suara yang perlahan menghilang "Percayalah, Archen... jawaban yang kamu cari... ada di dekatmu."

Archen berdiri di bawah pohon besar, berharap batangnya yang kokoh akan melindunginya dari hujan yang deras. Namun, meskipun pohon itu besar, daun-daunnya yang lebat tidak mampu menahan air yang terus menetes, membuat Archen tetap basah kuyup. Angin dingin yang membawa hujan menusuk kulitnya, membuatnya merasa semakin kecil dan rapuh. Dia memeluk dirinya sendiri, mencoba mempertahankan sedikit kehangatan yang tersisa.

Namun, di tengah derasnya hujan dan angin yang menusuk, Archen tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda—sebuah kehangatan yang lembut dan menenangkan, menghapus dingin yang menggigit. Dia menunduk dan menyadari bahwa Nara, yang entah sejak kapan sudah berada di sana, memeluknya erat dari belakang. Meskipun hujan masih deras dan angin masih kencang, kehangatan dari pelukan Nara menyelimuti Archen, membuatnya merasa aman untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama.

Nara tidak berkata apa-apa, hanya memeluk Archen dengan penuh kasih sayang, tubuhnya yang kecil namun kuat melindungi Archen dari dinginnya hujan. Archen merasakan bagaimana pelukan itu bukan hanya sekadar melindungi dari dingin, tapi juga menyampaikan rasa peduli yang tulus, yang selama ini dia abaikan.

**Archen** (dalam hati, sambil merasakan kehangatan): "Kehangatan ini... apakah ini yang selama ini aku cari? Di tengah badai dan dinginnya dunia, ternyata dia yang selalu ada untukku, melindungiku tanpa aku sadari."

Nara terus memeluk Archen, seolah ingin mengatakan bahwa meskipun dunia di sekitar mereka penuh dengan badai, dia akan selalu ada untuk Archen, melindunginya dari segala rasa sakit dan dingin yang selama ini menghantui hidupnya. Archen perlahan-lahan merasa hatinya yang beku mulai mencair, sedikit demi sedikit merasakan kehangatan dan rasa aman yang selama ini dia pikir sudah hilang.

Mimpi itu kemudian berakhir tiba-tiba, meninggalkan Archen terbangun dengan napas terengah-engah. Keringat dingin membasahi tubuhnya, dan dia merasa lebih kacau dari sebelumnya. Meskipun terbangun dari mimpinya, kata-kata Nata terus terngiang di kepalanya dan jugaa... Sosok Nara yg ikut masuk ke dalam mimpinya itu membingungkan dan mengganggu pikirannya.

Archen merasa ketakutan dengan mimpi itu, namun tidak bisa mengabaikannya. Kata-kata Nata yang penuh makna, tetapi sulit dipahami, membuat Archen merasa kehilangan arah. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Nata, tetapi satu hal yang pasti—Nata tidak lagi bisa menjadi tempatnya bersandar, dan... Nara mungkin adalah jawabannya? Namun, menerima kenyataan itu adalah sesuatu yang Archen belum siap hadapi.
.
.
.
.

CAN I ??? [Joongpond]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang