Mimpi

251 28 0
                                    

Saat malam mulai larut, Archen merasa lelah dan memutuskan untuk tidur lebih awal. Namun, tidurnya tak nyenyak, terganggu oleh bayang-bayang kenangan lama yang tiba-tiba menghampiri. Di dalam mimpinya, Archen mendapati dirinya berada di sebuah taman yang sangat dikenalnya—taman tempat ia sering menghabiskan waktu bersama Nata. Taman itu terlihat lebih indah dari biasanya, bunga-bunga bermekaran, dan langit cerah dengan sinar matahari yang hangat.

Di tengah taman itu, ia melihat Nata berdiri di bawah pohon besar, tersenyum manis seperti biasa. Wajahnya terlihat tenang, namun ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya—seperti menyimpan sebuah rahasia. Archen merasa hatinya berdebar, berjalan mendekati Nata dengan perasaan rindu yang tak tertahankan.

"Nata..." bisik Archen, suaranya hampir tak terdengar.

Nata menoleh, senyumnya makin melebar. "Archen, akhirnya kau datang," kata Nata dengan nada lembut namun misterius.

Archen terdiam, mencoba memahami perasaan yang muncul dalam dirinya. "Aku rindu padamu, Nata. Apa kabar?"

Nata mengangguk pelan, tetapi tidak menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya, dia mulai berbicara dengan cara yang aneh, menggunakan peribahasa dan kata-kata yang jarang digunakan dalam percakapan mereka sebelumnya.

“Kupu-kupu takkan hinggap di bunga yang tak mekar, Archen,” kata Nata dengan tatapan mendalam. “Namun, ingatlah, bunga yang tak mekar juga memiliki keindahan tersendiri.”

Archen mengerutkan kening, merasa bingung dengan maksud kata-kata Nata. "Apa maksudmu? Mengapa kau berbicara seperti ini?"

Nata hanya tersenyum samar, lalu melanjutkan, “Air yang tenang jangan disangka tak beriak, dan ombak yang besar tak selalu menenggelamkan perahu.”

Archen semakin bingung. Dia tahu ada pesan tersembunyi dalam kata-kata itu, tetapi tidak bisa memahaminya. "Nata, aku tidak mengerti. Apa yang kau coba katakan padaku?"

Nata menatapnya dengan lembut, lalu menggenggam tangan Archen dengan erat. “Archen, lihatlah dengan hati, bukan hanya dengan mata. Yang kau cari mungkin lebih dekat dari yang kau kira.”

Archen merasa hatinya semakin berat dengan kebingungan. Sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, Nata mulai berjalan menjauh, meninggalkannya sendirian di taman. Archen berusaha mengejar, tetapi kakinya terasa begitu berat, seolah-olah terikat oleh sesuatu yang tak terlihat. Dia memanggil nama Nata berulang kali, namun sosok itu semakin jauh, menghilang di balik bayang-bayang pepohonan.

Tiba-tiba, Archen terbangun dengan napas terengah-engah. Kamar tidur mereka terasa begitu sunyi, hanya ada suara detak jam yang terdengar. Dia menatap sekeliling, mencoba meredakan jantungnya yang berdetak kencang. Mimpi itu terasa begitu nyata, tetapi kata-kata Nata terus menghantui pikirannya.

“Kupu-kupu takkan hinggap di bunga yang tak mekar…”

Archen mengulangi kalimat itu dalam pikirannya, mencoba mencari makna di baliknya. Apa yang Nata coba sampaikan? Dan mengapa dia merasa ada hubungan antara peribahasa itu dengan Nara?

Archen bangkit dari tempat tidurnya, berjalan menuju jendela kamar, menatap langit malam yang gelap. Pikiran tentang Nata dan Nara berputar-putar dalam benaknya, menciptakan perasaan yang tidak nyaman. Dia tahu ada sesuatu yang harus dipahami, tetapi dia belum bisa menemukan jawabannya.

" Ada sesuatu dari itu?" gumam Archen pada dirinya sendiri, terjebak dalam kebingungan yang diciptakan oleh mimpi aneh itu.

Namun, satu hal yang pasti, mimpi itu akan terus menghantui pikirannya, memaksanya untuk mencari arti dari setiap kata yang diucapkan oleh Nata dalam mimpi itu. Archen tahu, dia tidak bisa mengabaikan ini begitu saja.

Di kamar tamu yang sunyi, Nara duduk di lantai, merapikan kamarnya. Dia mengumpulkan kertas-kertas post-it dari Archen yang penuh dengan kata-kata menyakitkan, lalu menatanya dengan hati-hati ke dalam kotak kecil. Meskipun setiap pesan itu menyayat hati, Nara tidak bisa membuangnya—post-it itu adalah satu-satunya pengingat bahwa Archen masih memikirkannya, walaupun dengan cara yang menyakitkan.

Setelah selesai, Nara menyimpan kotak itu di dalam lemari, tersembunyi di balik pakaian. Dia menatap langit-langit, merasakan campuran kesedihan dan harapan yang samar. "Aku akan tetap bertahan," bisiknya pada dirinya sendiri, meskipun tahu bahwa cintanya mungkin takkan pernah terbalas.

Pagi itu, Nara menyiapkan sarapan dengan penuh harap, berharap mungkin hari ini ada sedikit perhatian dari Archen. Ia menata meja dengan rapi, memastikan setiap detail sempurna. Ketika Archen muncul di ruang makan, Nara menyambutnya dengan senyuman kecil.

Namun, Archen hanya melirik sekilas ke arah meja makan, tanpa ekspresi. Dia tidak menyentuh makanan yang Nara siapkan, hanya melihatnya sejenak sebelum berkata dengan datar, "Ambilkan dokumen di kamar kerjaku. Yang berwarna biru."

Hati Nara terasa berat. Ia tahu dokumen itu—itu adalah berkas-berkas lama yang berhubungan dengan Nata, tunangan Archen yang telah tiada. Permintaan ini membuat dadanya terasa sesak, namun tanpa membantah, ia mengangguk pelan dan bergegas ke kamar kerja.

Nara menemukan dokumen yang diminta dan membawanya kembali ke ruang makan. Dengan tangan gemetar, ia menyerahkannya kepada Archen. Tapi, seperti biasa, tidak ada ucapan terima kasih atau perhatian dari Archen. Ia hanya mengambil dokumen itu, lalu tanpa sepatah kata, berbalik dan keluar rumah menuju mobilnya.

Nara menatap punggung Archen yang semakin menjauh, berharap ada satu momen, satu kata, atau satu sentuhan yang bisa membuatnya merasa lebih dihargai. Namun, Archen hanya masuk ke mobil dan menghidupkannya, meninggalkan rumah tanpa pamit, tanpa melihat kembali ke arah Nara.

Nara berdiri di pintu, melihat mobil Archen menghilang di kejauhan, air mata menggenang di matanya. Dia merasa kesepian di rumah besar itu, namun ia tetap bertahan, dengan harapan bahwa suatu hari mungkin Archen akan melihat usahanya dan menghargai keberadaannya. Tapi untuk hari ini, harapan itu kembali hancur, dan Nara hanya bisa kembali ke dalam rumah, melanjutkan hari-harinya yang sepi dan sunyi.

CAN I ??? [Joongpond]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang