post it (2)

278 35 4
                                    


---

Hari demi hari berlalu, dan Nara semakin terbiasa dengan post-it yang ditempelkan Archen di berbagai tempat. Setiap pagi, sebelum Nara sempat bertemu dengan Archen, selalu ada catatan kecil yang menantinya. Kata-kata yang tertulis di atas kertas kuning, pink, hijau dan berbagai warna lainnya itu bervariasi, namun semuanya memiliki satu kesamaan mereka selalu menyakitkan.

"Jangan harap aku akan mencintaimu." 
"Berhentilah mencoba, kau hanya  membuang-buang waktumu." 

"Jangan sentuh barang-barangku, ini bukan rumahmu."

"Jangan sentuh barang-barang Nata,tanganmu kotor nata tidak suka kotor."

"Kalo G bisa masak G ush masak! kau mau meracuniku? Lalu menghancurkan dapur rumahku? "

Setiap kali membaca pesan-pesan itu, hati Nara serasa ditusuk. Namun, ia tetap menyimpan setiap post-it itu, meskipun tak jarang ia meremasnya dengan air mata yang membasahi pipinya. Nara menempatkan post-it yang sudah ia simpan di dalam sebuah kotak kecil di sudut kamarnya, seolah-olah itu adalah tempat ia menumpahkan semua rasa sakitnya.

Meski hatinya rapuh, Nara tidak pernah membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan. Setiap hari, ia tetap menjalani rutinitasnya, menyiapkan sarapan yang tidak pernah disentuh Archen, bahkan nara selalu exited ketika siaran TV yang sedang membahas makanan ataupun resep makanan, lalu nara selalu melihat youtube dan membeli buku masak secara online, lalu ia juga selalu membersihkan rumah yang diabaikan suaminya, dan menunggu Archen pulang dengan keadaan yang sama: mabuk dan menyebut nama Nata

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Archen pulang terlambat. Pintu depan berderit saat ia membukanya dengan tangan gemetar, dan aroma alkohol segera memenuhi udara. Nara, yang sudah terbiasa dengan rutinitas ini, segera bangkit dari sofa dan menghampirinya.

Archen tampak berantakan, dengan rambut yang acak-acakan dan langkah yang tidak stabil. Matanya yang merah dan bengkak karena kelelahan, menatap Nara tanpa perasaan. Namun, meskipun begitu, Nara tetap mendekatinya dengan hati-hati.

Nara: "Kau ingin aku siapkan teh hangat? Atau mungkin air putih?" tanya Nara dengan suara lembut, berusaha mengabaikan aroma alkohol yang begitu kuat.

**Archen** tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan sebelum tubuhnya kehilangan keseimbangan, hampir jatuh ke lantai. Nara dengan sigap menangkapnya, menahan dan memeluk tubuh Archen yang berat dengan kekuatan yang ia miliki.

Dengan susah payah, Nara membantu Archen menuju kamar utama. Setiap langkah terasa berat, baik secara fisik maupun emosional, namun Nara tetap melakukannya. Ketika mereka sampai di tempat tidur, Archen langsung jatuh terkulai, tidak peduli dengan keberadaan Nara di sisinya.

Nara menatap Archen sejenak, berharap ada sedikit kelembutan di balik sikap dinginnya. Namun, seperti biasa, yang ia temukan hanyalah dinding tinggi yang tak bisa ditembus. Sambil menghela napas, Nara mulai membuka sepatu Archen, lalu mengelap tubuh archen dengan waslap dan menggantikan pakaian archen kemudian selimut tebal diselimutkan ke tubuhnya.

Ketika Nara sedang membuka pakaian archen untuk ia lap badan archen yg sedang mabuk agar nyaman tidurnya Nara merasa pipinya merah merona, ia malu dan salting, namun ini bukan saatnya, gimana jika archen mengetahuinya dan melihat keadaan Nara yg malu ini, Nara segera menggelengkan kepalanya dan melepaskan pakaian archen dan menggantikannya.

Setelah selai meskipun hatinya terasa hancur, Nara tidak pernah membiarkan dirinya larut dalam kesedihan saat merawat Archen. Ia mengelap wajah suaminya dengan handuk basah, memastikan bahwa ia nyaman, meskipun Archen tidak pernah mengucapkan terima kasih atau menunjukkan tanda penghargaan.

Ketika akhirnya Archen tertidur dengan lelap, Nara berdiri di samping tempat tidur, menatap wajahnya yang tenang saat tertidur dan Nara dengan pelan mengusap wajah archen dengan lembut. Dalam tidur, Archen terlihat begitu damai, seolah-olah semua beban dan kesedihan yang biasanya ia bawa telah menghilang.

**Nara** berbisik pelan, "Kenapa kau tak bisa melihatku, Chen? Aku di sini... Selalu di sini untukmu."

Air mata kembali menggenang di mata Nara, namun ia cepat-cepat menghapusnya. Ia tahu bahwa menangis tidak akan mengubah apa pun. Jadi, seperti malam-malam sebelumnya, Nara kembali ke kamarnya yang sepi dan sempit, mencoba untuk menemukan sedikit ketenangan di tengah badai emosional yang selalu menghantamnya.

---

Hari-hari berikutnya tidak jauh berbeda. Archen semakin sering pulang larut malam dalam keadaan mabuk, dan pesan-pesan di post-it terus menghantui pagi Nara. Namun, terlepas dari semua itu, Nara tetap menjalankan perannya sebagai istri yang setia, meskipun hatinya semakin terluka.

Di satu pagi, setelah malam yang panjang merawat Archen yang mabuk berat, Nara menemukan post-it lain yang tertempel di cermin kamar mandi. Pesan itu singkat, namun menghancurkan.

**Post-it:**

"Aku tidak pernah menginginkanmu dalam hidupku. Jika saja kau tidak ada, mungkin aku akan lebih bahagia."

Kata-kata itu terasa seperti racun yang menyusup langsung ke dalam hatinya. Nara meremas post-it tersebut dengan tangan gemetar, air mata tumpah tanpa bisa dibendung. Dengan langkah tertatih-tatih, ia meninggalkan kamar mandi, menuju kamarnya yang sepi dan kembali merasakan betapa kecil dan tidak berarti dirinya.

Namun, meskipun rasa sakitnya semakin dalam, Nara terus bertahan. Ia terus merawat Archen dengan hati yang tulus, meski setiap kali hatinya tersakiti, ia merasa semakin hancur. Nara tahu bahwa ia mungkin tidak akan pernah mendapatkan cinta dari Archen, tetapi ia tidak bisa berhenti berharap, meskipun harapan itu terus menghancurkannya sedikit demi sedikit.

---

Di setiap post-it yang Archen tinggalkan, Nara menemukan serpihan hatinya yang hilang. Dan meskipun semuanya tampak gelap dan tak berujung, Nara terus bertahan, berharap suatu hari Archen akan melihat kebaikan dan kasih sayang yang selama ini ia berikan—meskipun ia tahu, hari itu mungkin tidak akan pernah datang.

.
.
.
Segini aja dlu ya gaes, ditunggu kelanjutannya 🥰🤟

gimana gaes? Jujurly Sebenernya aku G tega buat Nara gini huhuhu :( 

CAN I ??? [Joongpond]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang