ㅡ🌷 A Private Invitation

183 17 3
                                    

I HATE U, I LOVE U

Jaemin duduk di kursinya dengan tatapan kosong menatap layar laptop di depannya. Twitter yang biasanya penuh dengan cuitan-cuitan tajam kini terasa sepi, meskipun mention-nya masih dipenuhi komentar dari para penggemar yang bertanya-tanya tentang perkembangan aneh antara dirinya dan Mark. Ketegangan itu masih menggantung di udara, seakan semua orang menunggu ledakan berikutnya.

Namun, saat itu, yang mengisi pikiran Jaemin bukanlah rencana cuitan baru untuk menghina Mark. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya yang terus membingungkan. Setelah semua hujatan dan perang kata yang mereka lakukan di media sosial, kini Mark justru mengundangnya untuk bertemu lagi. Bukan di tempat umum seperti sebelumnya, melainkan di suasana yang lebih pribadi— lebih intim.

Jaemin masih ingat pesan itu. Singkat tapi penuh makna.

🐦‍⬛r_e__m___ : Ayo ketemu lagi. Gue pengen ngobrol lebih banyak sama lo. Gue ngerasa kita punya banyak hal yang perlu dibahas.

Jaemin menghela napas panjang. Setiap kali dia mengingat pesan itu, hatinya campur aduk. Di satu sisi, dia masih merasakan kebencian yang membara, terutama ketika memikirkan betapa populer Mark dan The Dream. Di sisi lain, ada ketertarikan yang semakin hari semakin sulit dia tolak. Ada sesuatu tentang Mark yang membuatnya penasaran— dan itu sangat mengganggunya.

"Jadi lo bakal pergi?" Renjun bertanya sambil berdiri di ambang pintu kamar Jaemin, matanya penuh dengan rasa ingin tahu yang tak bisa disembunyikan.

Jaemin melirik temannya. "Gue nggak tahu. Ini aneh banget. Kenapa dia mau ketemu gue lagi?"

Renjun menyandarkan dirinya ke pintu, menyilangkan tangan di dada. "Mungkin karena dia pengen kenal lo lebih jauh. Lo udah jelas punya pengaruh besar buat dia, walaupun lo nggak nyadar."

"Pengaruh? Maksud lo gue bikin dia terganggu?" Jaemin tertawa kecil, tetapi suara tawanya tidak menyembunyikan kebingungan yang dia rasakan.

"Atau mungkin justru lo bikin dia tertarik," Renjun membalas dengan santai. "Gue bilang sama lo dari awal, benci sama cinta itu beda tipis, Na. Dan gue rasa lo udah sampai di titik di mana lo harus nentuin, lo bakal terus ngehujat dia atau mulai tertarik sama dia."

Jaemin menghela napas lagi, lalu mengalihkan pandangannya dari Renjun ke jendela yang menatap langit malam. Dia merasa terjebak di antara dua dunia yang saling bertabrakan— antara kebencian dan ketertarikan, antara persona Mark sebagai vokalis terkenal dan manusia nyata di balik itu semua.

"Kalau lo nggak pergi, lo bakal terus kepikiran," Renjun menambahkan dengan bijak. "Lo nggak akan bisa tidur karena lo penasaran apa yang bakal terjadi kalau lo setuju buat ketemu dia lagi."

Jaemin menggigit bibirnya, kemudian tanpa berkata apa-apa lagi, dia bangkit dari tempat duduknya dan mengambil jaket serta kunci mobil.

ㅡ🌷

Di sebuah kafe yang tersembunyi di sudut kota, suasana terasa hangat dan tenang. Lampu redup menerangi ruangan dengan warna keemasan, menciptakan suasana yang jauh lebih santai daripada pertemuan pertama mereka yang canggung di tengah kerumunan.

Mark sudah duduk di salah satu meja di sudut kafe, mengenakan jaket hitam dan topi yang agak menutupi wajahnya. Meskipun sederhana, Jaemin tahu bahwa kehadiran Mark masih bisa menarik perhatian. Bagaimanapun, dia adalah Mark Lee, vokalis dari The Dream, yang wajahnya terpampang di mana-mana.

Ketika Jaemin masuk ke kafe, mata mereka bertemu seketika. Ada ketegangan yang menggantung di udara, tapi kali ini bukan karena kebencian, melainkan karena rasa canggung yang tak bisa dihindari.

[3] I HATE U, I LOVE U; MARKMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang