Bagian 8

441 74 10
                                    


Kemarin Freya dan Christy baru saja memenangkan olimpiade debat bahasa dan tentu keduanya menjadi juara satu.

Kabar kemenangan mereka pun sudah menyebar keseluruhan sekolah.

"Waah! Fiony bangga banget sama kalian. Akhirnya bisa ngalahin Ashel," ujar Fiony penuh semangat.

"Iya, kita juga bangga banget. Akhirnya kalian bisa bikin mereka bungkam," sahut Jesson.

"Makasih, Christy juga gak nyangka bisa menang." semua tersenyum.

Freya hanya tersenyum mendengar itu, sedari tadi dia dan Christy di banjiri pujian dan ucapan selamat dari orang-orang yang berpapasan dengan mereka.

PERHATIKAN UNTUK SELURUH SISWA DIHARAPKAN UNTUK BERKUMPUL DI LAPANGAN SEKARANG!!

Mendengar panggilan itu seluruh siswa siswi SMA Wijaya langsung bergegas menuju lapangan.

Sekitar lima belas menit barulah seluruh barisan rapih. Biasalah kalo di suruh kumpul itu susah sampe bikin emosi.

Kepala sekolah SMA Wijaya langsung naik ke podium.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu."

"WAALAIKUMSALAM WAROHMATULLAHI WABAROKATU!!"

"Disini saya mengumpulkan kalian ingin memberi pengumuman yang sepertinya beberapa dari kalian sudah tahu ya. SMA Wijaya tahun ini menang lagi dalam lomba debat bahasa. Dan itu di menangkan oleh Freyana Khaulah Tamara dan Christy Anggelina Nation," jelas kepala sekolah.

"Untuk Freyana dan Christy silahkan maju kedepan."

Keduanya berjalan maju kedepan, banyak orang menatap kagum pada mereka. Sedangkan Abang-abang mereka entahlah mereka merasa ada yang salah pada diri mereka.

Sedangkan Ashel menatap benci pada kedua gadis itu.

"Bapak ucapakan selamat pada kalian berdua, tingkatkan lagi prestasi kalian." Freya dan Christy tersenyum seraya menerima piala dan medali yang di kalungkan di leher mereka.

Freya melirik dan menatap sinis pada Zean dan teman-temannya.


"Look at girls more than him." Freya mengucapkan itu tanpa suara kearah Zean dan yang lain.

~~~~

"Abang gak nyangka kamu bisa menang," ujar Aldo.

Saat ini keduanya tengah berada di kamar Freya.

"Gue kan udah bilang, ngalahin tuh bocah gampang banget buat gue." Aldo tersenyum.

"Oh satu lagi, itu sih anzo-anzo emang udah kepelet kali ya sama sih ulet keket itu," ujar Freya.

"Kamu bisa aja," ujar Aldo.

"Sebenernya kenapa sih kalian tuh sayang banget sama dia? Sampe lupa kalo punya adik yang gak kalah unggul dari tuh bocah?" tanya Freya.

"Pertama karena kita kasian sama dia, dan dia bilang kalo kamu sama Christy sering kasarin dia. Yang kedua karena dia itu cerdas, dan keturunan Nation itu gak mau punya keturunan yang bodoh kayak kamu sama Christy, maka dari itu semua lebih sayang ke dia walaupun dia anak haram." Freya mengangguk paham.

"Emang Gila," gumam Freya.

"Kalo gitu Abang ke luar dulu ya," pamit Aldo, Freya hanya mengangguk acuh.

Zean mendengar pembicaraan mereka hanya bisa menghela nafas berat lalu pergi dari sana.

"Apa gue bilang, gampang banget ngejatuhin tuh anak haram. Heh, dikit lagi gue juga bakal bikin bungkam tuh tua bangka."

Di lain tempat, Christy tengah duduk berdua dengan Bundanya.

"Bunda bangga banget sama kamu sayang. Coba aja dari dulu kamu tunjukkan kemampuan kamu, pasti Abang akan sayang sama kamu." Christy tersenyum.

"Ini semua berkat Freya Bunda, Freya yang terus kasih support ke Christy. Dan soal Abang, Christy udah gak perduli lagi." Bundanya menatap kaget padanya.

"Loh kenapa? Bukannya kamu mau Abang sayang ya ke kamu?" tanya beliau.

"Itu dulu Bunda, sekarang Christy udah sadar kalo Christy gak butuh sosok Abang. Christy gak perlu perhatian dari Abang, yang Christy butuhkan cuma dukungan dari Bunda." Bundanya menggenggam erat kedua tangan Christy.

Christy langsung memeluk Bundanya.

"Maaf sayang, Bunda sering ninggalin kamu karena bisnis."

"Bunda, Christy gapapa kok di tinggalin selagi Christy masih berani sendiri kenapa harus ditemenin. Christy udah besar Bunda," ujar Christy.

Bundanya menatap bangga pada putrinya. Christy bukan lagi anak manja yang selalu merengek-rengek saat di tinggal. Christy bukan lagi gadis cengeng saat dalam keadaan melow seperti ini.

Christy sudah berubah dan ini semua berkat Freya.

"Bunda bangga sama kamu nak," ujar Bundanya.

Keduanya tak menyadari ada orang yang terluka mendengar ucapan Christy, dia menatap sendu pada Christy.

"Maafin Abang dek."

~~~~

"Shifa aku kangen banget sama kamu," lirih seorang pemuda pada gundukan tanah.

"Kenapa kamu ninggalin aku?"

"padahal aku belum mengungkapkan isi hati aku," lanjutnya.

"Aku hancur Shifa, gak ada yang bisa aku lakukan sekarang."

Pemuda itu terus mengusap batu nisan yang ada di depannya.

"Aku pulang dulu ya, besok aku ke sini lagi."

Pemuda itu melangkah dengan berat hati meninggalkan gundukan tanah tersebut.

~•~•~•~•~

Ada yang bisa tebak siapakah pemuda itu?

Ok segitu dulu

Ok see you guys, everybody

Shifa or Freyana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang