Bagian 4

383 60 0
                                    

"Buruan! Lama banget!!" bentak Freya pada ketiga laki-laki tadi.

Mereka mendengus sebal, gara-gara taruhan tadi, jadinya selama sehari mereka harus menjadi babu Freya dan membayar semua apa yang Freya ingin beli.

Flashback!!!

"Apa Lo bilang? Gadis bodoh?" tanya Freya pada ketiga pemuda itu.

"Iya Lo gadis bodoh!" ketus mereka.

"Oh. Kalo gitu kita taruhan, kalo kalian menang kalian boleh minta apapun dari gue selama setahun! Dan kalo gue menang kalian harus jadi babu gue selama sehari. Dan harus bayar semua yang mau gue beli, gimana?" tanya Freya.

Mereka nampak tertarik dengan penawaran Freya lalu mengangguk.

"Setuju. Tapi taruhannya dalam hal apa?" tanya pemuda yang sepertinya adalah bos mereka.

"Adu jatos."

"Haahaha! lawak lo?"

Mereka menertawakan Freya, Freya tersenyum miring lalu dengan kecepatan kilat langsung menerjang wajah ketua mereka hingga membuatnya terjatuh.

Freya tersenyum sinis.

"Ayo, lawan gue." Kedua anak buah pemuda itu maju, namun dengan mudah Freya membuat tumbang.

"Alah segitu doang, lemah Lo pada. Gaya doang selangit, baru gue keluarin jurus dasar aja udah tumbang." Mereka mengeram kesal.

"Gue menang. Dan kalian kalah, sesuai perjanjian. Kalian bertiga jadi babu gue, dan berhubungan kalian udah jadi babu gue. Gue mau tahu dong siapa nama kalian?" tanya Freya.

"Olan." Oh ternyata nama ketuanya adalah Aziz.

"Lukman."

"Jasson."

"Ok."

"Sekarang ikut gue. Gue mau jajan di kantin. Dan kalian yang harus bayar!"

END!!!

"Makanya jangan sok keras!" sinis Freya.

Freya menyuruh ketiga laki-laki yang ia ketahui namanya tadi adalah, Olan, Jasson, dan Lukman.

Christy dan Fiony baru saja tiba langsung menghampiri Freya yang duduk santai dengan ketiga babunya.

"Fre, Aku cari kemana-mana ternyata malah disini."

Christy dan Fiony langsung bergabung dengan mereka.

"Fre, kok mereka disini?" tanya Fiony.

"Ya karena memang harus berada disini," jawab Freya.

Christy menatap takut pada mereka lalu mengajak Fiony memesan makanan, karena ketiganya terkenal badboy di SMA ini.

Saat mereka tengah asik menyantap makanan tiba-tiba kantin menjadi ricuh, banyak pekikkan-pekikkan dari mulut gadis-gadis yang ada di kantin.

Freya melirik pada babunya, terlihat jelas wajah tak suka mereka saat mendengar pekikan itu.

Freya hanya mengangkat bahunya tak acuh lalu melanjutkan makannya.

Namun tiba-tiba makannya terhenti karena sebuah tangan dengan sengaja menjatuhkan bakso di sendoknya.

Ketiga babu dan dua sahabat Freya terdiam sekaligus terkejut.

Freya yang mulutnya masih terbuka mengerjakan mata beberapa kali.

Lalu meletakkan sendoknya di mangkuk baksonya.

Freya melihat mereka semua yang menjadi sorot perhatian di kantin barusan.

Freya berdiri.

"Lo minta ditonjok ya?" tanya Freya.

Gadis itu dengan menunduk seperti korban.

"Ma-maaf kak, aku gak sengaja," cicitnya.

"Otak Lo gak sengaja!!" bentak Freya.

"Freya! Dia udah minta maaf, kenapa sih malah di besar-besarkan?" Freya menoleh pada lelaki yang berada di samping gadis yang tak lain adalah Ashel.

Freya menyerngit.

"Emang dulu pas ada yang ngemis maaf sama kalian, kalian kasih maaf?" tanya Freya jelas menyindir.

"Lagian Lo siapa? Gue gak ada urusan sama Lo!" ketus Freya.

"Freya dia bang Matthew, abangnya Christy." Freya menoleh pada Christy yang menunduk.

"Ooo! Jadi ini yang sering nampar Lo?!" tanya Freya dengan sengaja mengeraskan suaranya.

Membuat beberapa orang berbisik-bisik membicarakan mereka.

Ketiga babu Lora terkekeh sinis karena mereka suka saat para saingannya kalah telak.

"Denger ya, bahkan satu pentol bakso itu lebih berharga dari pada Lo!" ketus Freya menunjuk pada Ashel.

"Freya cukup!!" bentak Zean.

"Friyi cikip, bacot! Lo pikir gue takut sama Lo? Mimpi sana, denger ya Abang-abangan gue. Gue gak peduli siapa kalian, mungkin Lo memang Abang biologis gue. Tapi dalam hal Abang yang sesungguhnya, Lo bukan siapa-siapa gue. Gue gak punya Abang!" tegas Freya. Bukankah mereka bukan siapa-siapa Freya yang sekarang?

Dan hal itu mampu membuat ketiga abangnya terdiam, ada rasa sakit di hati mereka saat Freya tak menganggap mereka Abangnya.

"Sama kayak Lo Matthew, Christy udah bukan adik Lo lagi!" Christy langsung menoleh pada Freya.

"Gak ada Abang yang tega nyakitin adiknya demi anak haram macam dia!"

Zean mengangkat tangannya hendak menampar Freya tapi dengan cepat di tahan oleh Jesson yang berada dekat dengan posisinya saat ini.

"Jangan kasar sama cewek. Lo banci kalo berani nampar cewek," ujarnya tenang.

Freya melirik lalu tersenyum.

"Ada gunanya juga Lo Jes," ujar Freya.

Jesson hanya mendengus.

"Seorang pelaku yang menyamar menjadi korban, suatu saat akan mendapatkan karmanya. Kehancuran menantimu cantik."

~•~•~•~•~

Ekspresi Freya ketik baksonya jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekspresi Freya ketik baksonya jatuh...

Shifa or Freyana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang