Mbak Narti

7 1 0
                                    

Saat itu aku masih asyik menebak-nebak berbagai peristiwa yang ada dalam foto-foto itu, kulayangkan imajinasiku. Namun, seseorang tiba-tiba menepuk pundakku, membuat bulu kudukku seketika berdiri.

"Maaf, Ayah," ucapku reflek sembari membungkuk.
"Non, ini mbak Narti," jawabnya dengan suara pelan, agar tidak ada yang mengetahui keberadaan kami di sini.
"Eh, Mbak Narti, ini saya lagi lihat fo-" belum sempat kuselesaikan perkataanku, Mbak Narti menimpal
"Ayo, Non. Jangan di sini. Takut ketahuan oleh pelayan lain."
"Santai aja, Mbak. Mereka gak akan ngadu ke ayah kok. Kalau disuruh diam juga nurut."
"Nurut? Non, mereka itu kerja untuk ayah Non, mereka hanya menuruti perintah Tuan."
"Memangnya kenapa, Mbak? Toh, saya hanya sekadar lihat-lihat foto."
"Ada hal yang gak perlu Non tahu, jadi lebih baik, jangan cari tahu apa-apa."
"Hmm.. iya, Mbak. Sri gak akan kepo lagi. Tapi, Mbak harus kasih tahu soal ini ke Sri! Mbak tahu maksud 'Meja' yang tertulis di belakang foto ini?"

Kutatap lekat wajah Mbak Narti, berharap mendapat jawaban, kuperhatikan ekspresi yang timbul dari wajahnya. Selama beberapa saat tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, kulihat ia mengernyitkan dahi seraya berkata "Tidak tahu, tidak mau tahu."

"Mbak? Sri mohon, kalau Mbak tahu, jangan disembunyikan," jelasku.

Saat itu juga Mbak Narti merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah kertas berisi alamat lalu memintaku untuk mengambil kertas itu dari tangannya, "Mbak tidak akan jelaskan apa-apa, tidak ingin ikut campur, Mbak masih sayang nyawa, masih ada keluarga yang harus kubiayai hidupnya. Sebagai gantinya, kuberikan kertas ini, pergi ke alamat yang tertera di sana. Cari lelaki yang namanya Surya, sepertinya umur dia sekarang 25 tahun, tanyakan padanya semua hal yang ingin kamu ketahui."

"Terima kasih, Mbak," jawabku. Jujur saja aku masih ingin bertanya banyak hal, namun, melihat ekspresinya membuatku mengurungkan niat. Kuputuskan untuk berbohong dengan menitip pesan pada pelayan agar menyampaikan pada keluargaku bahwa aku menginap di rumah teman selama beberapa hari.

Ruang BerdebuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang