Memutar Memori

23 10 2
                                    

7 tahun yang lalu
Bandung, 1980

Kepalaku penat, aku bingung harus percaya pada siapa. Ada beberapa anak yang hilang di tempat tinggalku belum ditemukan hingga sekarang, dan kini.. adikku yang bernama Tomo juga hilang, sudah 2 hari tidak nampak keberadaannya. Itu membuatku hampir setengah gila. Tomo, adik kesayanganku, meskipun kita berbeda ibu, wataknya yang lembut membuatku amat menyayangi anak itu.

Malam demi malam, hari demi hari aku menunggu kehadiran Tomo, tetapi hasilnya nihil. Sampai aku mendengar rumor bahwa, Bayu adalah dalang dari penculikan anak di tempat tinggalku. Entah siapa yang pertama mengatakan hal tersebut, namun yang pasti, kini rumor itu sudah menyebar. Aku yang frustasi menunggu kehadiran Tomo, membuat raga ini tidak bisa berpikir dengan benar, dengan bodohnya aku menelan mentah-mentah rumor itu.

"Sri! Tolong, jangan percaya rumor tentangku, itu sama sekali tidak benar! Kita sudah lama berteman dekat, tidak mungkin aku berniat menghabisi nyawa adik dari temanku sendiri."

"Bayu, aku tidak sebodoh yang kamu kira. Mana ada pelaku yang mau mengakui tabiat busuknya. Maaf bila menyinggung, sedari dulu kau orang yang tidak memiliki banyak harta, bahkan keluarga saja tidak punya. Jadi, tidak menutup kemungkinan bahwa kamu dalang dari penculikan ini. Oh iya, belum lama kau bercerita dengan wajah sumringah padaku, bahwa kau baru saja membongkar celenganmu, dan kau mengatakan bahwa kau sudah memiliki cukup uang untuk melamar orang yang kau dambakan itu. Sayang sekali bila wanita itu tau, bahwa lelaki yang akan melamarnya, menggunakan uang untuk menikahinya dari hasil menculik anak."

"Kau benar. Aku memang bukan orang dengan harta melimpah, aku orang berkecukupan, yang ditinggal oleh keluargaku sendiri. Tapi, perlu kau tau, tak pernah sekali pun terlintas di benakku untuk mengambil keuntungan dengan cara menculik dan menjual manusia. Uang tabunganku, uang yang sengaja aku simpan untuk melamar gadis yang kusuka, adalah hasil jerih payahku sendiri, hasil bekerja dari pagi sampai malam. Aku mohon, jangan terhasut omongan warga, mereka hanya asal menuduh, tidak memiliki bukti," ucap Bayu terus menerus meyakinkan diriku yang sepertinya hatiku sudah seperti batu pada saat itu.

"Tanpa kau minta, aku juga tidak akan percaya. Aku tidak akan percaya pada lelaki dengan wajah polos, namun hati busuk sepertimu."

"Sri, tolong percaya ucapanku. Aku sudah lama mengenalmu, kau bukan orang yang akan berkata seperti ini pada orang lain."

"Cepat kembalikan adikku. Jika tidak, daripada hidup seperti ini, kau lebih layak untuk mati. Juga wanita yang akan kau lamar, aku harap dia akan menolak lelaki berhati busuk sepertimu, kasihan sekali jika wanita itu menerimamu, hidupnya pasti sangat malang."

BODOH

KENAPA AKU BEGITU BODOH HINGGA BERKATA SEBURUK ITU PADANYA?

KUKIRA, AKU BISA MENJADI SESEORANG YANG BAIK UNTUKNYA. NYATANYA.. AKU HANYA IKUT ANDIL MEMBUATNYA SEMAKIN SENGSARA, BAHKAN HINGGA AKHIR HAYATNYA.

Ruang BerdebuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang