prolog

106 52 28
                                    

"Sudah hampir satu bulan Taewon-ssi, kapan kamu akan menyelesaikan misi ini?" tanya Mike lurus menatapku.

Baru saja aku mendaratkan pantatku dikursi kulit, tepat dihadapan lelaki bule itu. Kami dipisahkan oleh meja persegi dihadapan kami. Setelah sebelumnya aku dibawa paksa oleh orang-orang berbaju serba hitam menuju ke gereja. Tadinya aku sedang mengendarai mobilku dari Tower M menuju apartemen pribadiku, secara tiba-tiba mobilku dihalangi mobil hitam, aku memberhentikan mobilku kemudian orang-orang yang ada didalam mobil hitam itu yang merupakan petugas gereja menyuruhku keluar dari mobil. Aku tidak berusaha kabur karena aku tau cepat atau lambat aku akan dijemput paksa seperti ini. Itu karena aku yang tidak memenui panggilan gereja melalui surat yang kuterima sejak berminggu-minggu yang lalu.

"Aku akan segera menyelesaikannya," kataku mantap.

"Kapan itu? Ingat kau sudah selama ini belum membawa siapapun masuk ke sini. Aku tidak tau bagaimana nasipmu kedepannya jika kau terus menunda, jangan kira mereka tidak tau apa yang kau lakukan saat ini, Taewon-ssi," peringatnya lugas.

Aku menghela nafas pelan. "Mianhamnida, Mike-ssi. Aku dan group benar-benar sedang sibuk dengan jadwal kami apa lagi aku juga ada jadwal promosi album soloku."

"Disini tidak menerima alasan konyol seperti itu Taewon-ssi, yang kami inginkan itu kau segera menyelesaikan misi yang sudah kau sepakati, ingat perjanjian itu Taewon-ssi, bukankah kau masih ingin melihat eomma dan nunamu?" Mike menatap tajam mataku.

Jantungku berenti sejenak mana kala ia mengingatkan eomma dan nuna. "Tidak, jangan sakiti eomma dan nuna. Aku janji segera membawa seseorang untuk bergabung dengan kita secepatnya."

Ia menepuk bahuku pelan. "Bagus, aku tunggu kabar darimu Taewon-ssi. Aku dengar kau akan konser di Indonesia, kau bisa menyerahkan seseorang disana." Ia tersenyum lebar kemudian.

"Di Indonesia? Apa itu tidak bahaya?" tanyaku terkejut.

"Tidak, aku akan menghubungi petinggi di Indonesia agar mengizinkan kau melakukan misi disana jika kau tidak sempat kembali ke Korea Selatan. Aku juga akan membuatkan surat pengantar untuk petinggi di Indonesia."

Aku berusaha menjaga ekspresiku sedatar mungkin. "Baik lah, apa aku sekarang boleh pergi?"

Ia mengangguk. "Pergi lah!" Ia mempersilakan dengan tangan terbuka.

Penasaran? Comment!

Bersama Kegelapan, Beautiful DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang