Happy reading all🎉
⚠️Tandai typo
Give me a vote and comment, please. Thank you🤗
------------------------
"Agensi ada projek baru," kata David ketika aku baru saja duduk di jok mobil yang akan mengantarkan aku kembali ke apartemen setelah hampir lima belas jam lamanya aku duduk di pesawat.
Aku menatapnya setenga minat. "Projek apa?"
"Ilicil akan dibuatkan dokumenter yang berjudul The Lost Boys, dokumenter itu menceritakan kehidupan kalian sebelum dan sesudah menjadi idol, apa saja halangan yang kalian lalui selama ini," jelas David.
Mataku langsung terbuka lebar setelah mendengar penjelasan David. "Apa para member sudah diberitau?"
"Sudah, manajer Yoo membagikan berita ini di group manajer Ilicil," jawab David sembari menyentuh iPad-nya.
"Apa ada yang lain?" tanyaku yang sudah mempersiapkan jantungku jika ada jadwal baru yang membuatku tercengang.
"Agensi juga membuat konser untuk semua supyunit NCT, NCT Nation to the World. Selain itu konser ini juga akan didokumentasikan."
Aku mengerutkan dahi. "Didokumentasikan seperti apa?"
David menjelaskan secara singkat padaku, membuatku sedikit bernafas lega. Pasalnya film Nation to the World ini tidak begitu menguras tenaga seperti Dokumentasi series Ilicil tadi. Besok, aku mulai syuting untuk dokumentasi Ilicil. Kemudian berlatih untuk konser NCT. Meski hanya digelar di dua negara, Korea Selatan dan Jepang, aku dan para member harus mempersiapkan penampilan kami sebaik mungkin. Apa lagi tadi David mengatakan akan ada siaran langsung konser NCT untuk para NCTzen yang tidak bisa menghadiri konser NCT secara langsung.
Sesampainya aku di apartemen, aku bersih-bersih badan sebelum mengistirahatkan badanku di atas tempat tidur. Meraih ponsel aku melihat chat dan Instagram. Tidak ada yang menarik, tapi, tunggu. Tak sengaja netraku melihat satu pesan yang mencuri perhatianku. Mengedipkan mata beberapa kali chat itu masih ada di sana. Berarti aku tidak sedang berhalusinasi kan? Dia benar-benar mengirimiku pesan. Ingatanku langsung terbayang dikejadian waktu di hiburan malam di New York. Aku melihatnya yang sedang bercinta denganku, bukan wanita yang mirip dengannya. Ah, sial! Bangkit berdiri, aku harus menyelesaikan hasratku yang bangkit karena Ivy di kamar mandi. Aku menghela nafas lega, memikirkan gadis Indonesia itu sudah membuatku tegang bukan kepalang. Sial! Kembali duduk di atas tempat tidur sebaiknya aku mengalihkan pikiranku. Melihat nomor noona, aku menyentuh icon telepon disamping profilnya.
"Noona, mana keponakanku?"
"Yeoboseyo, Au," sindirnya. Noona mengerucutkan bibir. "Jadi kau meneleponku untuk bertanya keponakanmu saja?"
Aku tertawa. "Yeoboseyo, Noona," balasku. "Ani noona, aku juga merindukanmu."
"Noona juga merindukanmu," balasnya sembari tersenyum. "Sebentar, aku panggilkan dulu dia," lanjutnya, kemudian memanggil keponakanku.
Tak lama aku bisa melihat keponakanku yang masih sangat menggemaskan, ia baru berumur tiga tahun. Aku jadi mengingat ketika noona memutuskan untuk menikah, aku ikut bahagia noona menemukan pria yang mencintainya dengan setulus hati. Tak aku pungkiri aku juga merasa kehilangannya karena setelah menikah aku tidak bisa sebergantung itu dengannya lagi. Kalau boleh jujur aku sebenarnya pria yang sulit dekat dengan orang lain selain noona, tetapi karena keadaan yang memaksaku dan semangat dari noona, eomma dan appa yang membuatku berani melangkah, aku bisa berdiri sampai sekarang berkat dukungan mereka.
Teringat kembali kilasan masa lalu, ketika noona hendak menikah ia menitipkan undangan pernikahan untuk Jungho Suh. Sejak awal noona memang mengidolakan pria Chicago itu. Pernah ada media yang bertanya padaku, siapa member NCT yang akan aku pilih untuk menjadi teman kencan noona? Dengan tenang aku menjawab, "Untung saja noona sudah menikah." Dalam arti lain aku tidak mau noona berkencan dengan salah satu member NCT. Aku tidak mau saja menghancurkan pertemananku dengan member NCT, jika noona disakiti pasti aku tidak bisa menerima siapapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Kegelapan, Beautiful Darkness
General FictionKetampanan, kekayaan, ketenaran, kesuksesan semua itu telah menjadi milikku. Siapa yang tak mengenalku? Siapa yang tak menginginkan aku? Rasanya tidak ada, semua bisa aku dapatkan. Para gadis rela melemparkan tubuhnya untukku secara cuma-cuma, para...