10

156 26 6
                                    

"Bagaimana? Apa kau sudah melakukan tugasmu?" Tanya seseorang dengan suara bariton di ruang gelap dengan cahaya temaram.

"Su-sudah tuan.. A-aku sudah memprovokasi penyusup yang menjadi asisten profesor gila itu" sahut seseorang berjubah hitam, wajahnya tertutup sebuah penutup kepala.

Suara petir dengan awan hitam terdengar menggelegar di pendengaran. Kilat terus bergantian bercahaya di ruang yang gelap itu.

"Bagaimana dengan mayat profesor? Apa kamu sudah membuangnya?" Tanyanya lagi.

"Sudah tuan.. Aku sudah melakukan semua tugasku.." sahutnya.

"Bagus Deylean! Kamu memang selalu dapat diandalkan.. Kamu tahu bukan siapa yang kau racuni tadi siang?"

Deylean terlihat membuka penutup kepalanya kemudian tersenyum tipis, "Dia kekasih baru, kekasihku Alice" jawabnya dengan seringai miliknya.

"Bagaimana rasanya? Kau akan menyingkirkan gadis sainganmu.. Dan kamu kembali bersama nya" tutur pria yang duduk disinggasana di hadapannya.

"Aku akan sedikit bermain-main tuan dengannya" senyuman licik terpampang dicahaya kilat yang terus menerangi ruangan gelap itu di sepanjang cuaca buruk dimalam yang terasa amat dingin itu.

"Lakukanlah.. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau di sini" sahut sang pria.

Deylean terlihat menunduk, untuk berpamitan. Ia berjalan meninggalkan aula besar itu menuju ke luar.

"Aku punya akhir yang bagus untuk kalian The Evermore melalui orang terkasihku.." batinnya sambil kembali menutup kepalanya dengan penutup kepala(tudung) hitam miliknya.

***

Badai di Evermore terasa menyiksa seseorang yang terus menggeliat kesakitan.

"Aghhh!!" Teriaknya.

"Emili?! Bertahanlah sayang!! Ada apa denganmu?!" Panik Alice yang terlihat memeluk Emili yang terus menggeliat kesakitan.

"Aghhh A-Alice sakit!!" Erangnya.

"Iya yang mana yang sakit?! Katakan padaku Emilia?!!"

"Tubuhku.. Arghhh!!"

"Sial! Sudah kuduga, tidak mungkin ramuan itu tidak menimbulkan reaksi!!" Gerutunya. Alice pun bergegas memangku tubuh Emilia untuk dibawa ke luar dari kamarnya.

"Bertahanlah aku akan meminta bantuan" lembutnya sambil mengecup-ngecup tubuh Emilia yang terus bergerak menggeliat didekapan Alice.

Di tengah badai itu, ia memeluk erat Emilia berlari ke arah asrama di sebrang untuk menghampiri Clara dan Annie meminta bantuan mereka berdua.

Saat keduanya hendak naik..

"Kak Alice?" Panggil seseorang yang tentu saja suara itu terdengar sangat familiar ditelinga Alice.

"Annie! Annie kebetulan sekali kamu di sini.. Aku butuh bantuanmu! Emilia!!"

"Aghhhh" erang Emilia membuat Annie menyadari situasi yang terjadi.

"Apa yang terjadi pada Emilia?!"

"Aku akan menjelaskannya di dalam, ayo tak ada waktu lagi!! Selamatkan Emilia kumohon!!" Pintanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Golden HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang