Siang itu, Jerry masuk ke kamar Bian saat Bian tak ada di kamarnya.
Bian ijin untuk pergi keluar jalan-jalan pada revandra pagi tadi.Kesempatan itu Jerry gunakan untuk menyelinap masuk ke kamar Bian yg tidak terkunci.
Hanya satu yg ia cari, foto ibunya, Rania.Lama,, Jerry mencari foto ibunya yg mungkin Bian simpan di salah satu laci di kamarnya.
Hingga tak sadar ia sudah membuka semua laci yg ada di kamar itu, lemari pun tak luput dari jangkauan Jerry.Tak lama ia menemukan satu tas Bian yg tersimpan di lemari paling bawah.
Tas itu adalah tas yg Bian bawa saat ia pertamakali datang.
Jerry mengambil tas ransel itu dan membuka resletingnya satu persatu.Nihil, tak ada apapun didalam sana.
Hingga akhirnya ia menemukan satu buku tulis yg didalamnya terdapat banyak catatan resep masakan.Di ujung buku, ia temukan satu potret wanita yg tengah tersenyum bersama Bian kecil.
"Mama,,," ucap Jerry sambil mengusap wajah Rania di photo itu.
Tak lama Bian datang dan langsung merebut buku yg tengah Jerry pegang.
"Lo!! Ngapain dikamar gue?!!" Pekik Bian.
"Gue cuma mau lihat photo mama. Sebentar, pinjem dulu gue belum puas liatnya." Ucap Jerry sambil berusaha menggapai buku yg kini ada di tangan Bian.
"Gak!! Sana Lo keluar!! Ini punya gue! Satu-satunya barang gue yg berharga!" Ucap Bian masih dengan emosi.
"Eh itu juga nyokap gue!! Lagi pula itu cuma photo! Sini pinjem dulu, gue mau foto ulang photonya, biar gue juga punya photo mama." Ucap Jerry.
"Engga!! Lo gak berhak ambil photo mama, setelah apa yg udah kalian lakuin ke mama, sekarang Lo mau berlagak care gitu, sama mama?!" Ucap Bian.
"Please Bian, gue cuma mau bikin foto ulangnya doang, abis gitu gue balikin lagi ke elo." Ucap Jerry.
"Gak ada!! Sana keluar Lo!" Ucap Bian sambil mendorong Jerry agar keluar dari kamarnya.
Jerry tak tinggal diam, ia sigap merebut buku di tangan Bian, lalu Jerry berlari pergi meninggalkan kamar Bian.
Bian tentu ikut keluar mengejar Jerry.Hingga akhirnya sebelum Jerry mencapai pintu kamarnya, Bian keburu menarik baju belakang Jerry.
Akibatnya Jerry terjatuh kebelakang, akibat tarikan tangan Bian yg cukup keras.Jerry jatuh terduduk, ia masih memegang buku yg ada foto Rania didalmnya.
Bian langsung merebut buku itu, namun Jerry tetap memegangnya erat."Lepas!! Ini punya gue!!" Ucap Bian kesal.
"Engga!! Gue cuma pinjem doang!" Ucap Jerry tak mau kalah.
Akhirnya pertengkaran mereka terdengar sampai ke lantai bawah.
Jeffry yg baru saja pulang dari acara nge gym nya, sedikit terganggu dengan suara pertengkaran Bian dan Jerry dari lantai 2 rumah mereka.Jeffry langsung menaiki tangga ke lantai 2.
Saat tiba disana, ia melihat Jerry yg tengah terduduk di lantai sambil mempertahankan satu buku, yg ingin Bian ambil.
Jeffry pikir, Bian tengah menyakiti Jerry.Hingga akhirnya Jeff menghampiri mereka dan mendorong Bian agar menjauh dari Jerry.
Bian yg terdorong cukup keras pun, terjatuh hingga posisinya sama dengan Jerry, duduk di lantai."Apa-apaan Lo?!! Barusan?? Mau nyakitin dia?! Sini lawan gue!!" Ucap Jeffry salah paham.
"Lo yg apa-apaan anjing!! Dateng-dateng dorong orang sembarangan!" Ucap Bian sambil berusaha berdiri.
"Balikin buku gue!! Lo udah nyuri buku gue sekarang so mau playing victim hah?!" Ucap Bian pada Jerry.
"Gue pinjem bentar doang." Ucap Jerry masih memohon.
"Bentar, jadi bener yg dia bilang? Lo nyuri buku dia?!" Tanya Jeffry.
Jerry mengangguk pelan.
Tanpa basa-basi lagi, Jeff langsung merebut buku di tangan Jerry, dan melemparnya pada bian.
Bian langsung mengambil buku itu.
"Bang, kok dikasih lagi sih, gue cuma-"
"Udah sih!! Itu kan bukan punya Lo! Ngapain juga ngambil buku begituan!!" Ucap Jeffry.
"Tapi di buku itu ada foto mama bang, gue cuma mau foto ulang photonya aja." Ucap Jerry.
"Denger ya, kita gak punya mama lagi!! Wanita sialan itu udah ninggalin kita dari dulu!! Ngerti Lo!!" Ucap Jeffry.
Bian yg mendengar itu tentu tak terima.
"Jaga mulut Lo ya!! Jangan kurang ajar sama mama!!" Ucap Bian.
"Kenapa? Emang dia sialan kan?! Wanita baik mana yg ninggalin anak-anaknya demi laki-laki lain?!!" Ucap Jeffry mulai emosi.
"Brengsek Lo ya!! Bukannya Lo udah tau kebenarannya?! Mama cuma di fitnah, gue buktinya!! Gue anak kandung revandra! Sama kayak Lo!! Dan itu cukup membuktikan kalo mama gak selingkuh!!" Ucap Bian.
"Persetan!! Gue gak percaya!! Lo bukan adek gue!! Dan bagi gue mama udah mati dari dulu!!" Ucap Jeffry.
Bian tak bisa membendung kekesalannya lagi, akhirnya ia layangkan tinjuannya pada rahang tegas milik Jeffry.
BUGH!!!
Jeffry sedikit terdorong, akibat tinjuan Bian.
Jeffry tersenyum smirk saat ia mengusap pelan sudut bibirnya yg mengeluarkan sedikit darah.BUGH!!
BUGH!!
Jeffry membalas pukulan dari Bian.
Bahkan berkali-kali lipat.
Bian kewalahan, badan Jeffry jauh lebih tinggi dan besar dari Bian, ditambah Jeffry itu mantan atlet tinju.
Tak heran jika kini Bian hanya bisa terbaring lemah setelah menerima beberapa pukulan fatal dari Jeffry."Bang!! Cukup!! Bisa mati dia!!" Ucap Jerry menahan tubuh tegap Jeffry.
"Dia yg mulai duluan!" Ucap Jeff dengan nada rendah.
Bian masih meringkuk memegangi dadanya yg tadi kena pukul Jeffry di area itu.
Jerry lalu mendekati Bian, ingin memastikan keadaan Bian."Bian,, Lo gak papa?" Tanya Jerry.
Bian hanya menepis tangan Jerry, ia lalu berusaha bangkit, dan beranjak pergi ke kamarnya.
"Udah biarin aja! Dia yg mulai kok!" Ucap jeffry pada jerry.
"Tapi kayaknya dia kesakitan banget bang, Lo tadi mukulnya kelewatan!" Ucap Jerry ketus.
"Salah sendiri! Ngapain mukul gue duluan!" Ucap jeffry.
"Kalo ayah tau, bisa gawat!" Ucap Jerry.
"Yaa jangn sampe ayah tau lah! Kalo pun tau juga gue gak takut, orang dia yg mulai duluan." Ucap jeffry seakan tak peduli.
Sementara itu dikamar Bian, Bian tengah mengaduh kesakitan akibat pukulan Jeffry tadi.
Area bawah dadanya sedikit membiru akibat pukulan Jeffry tadi.
Setiap Bian menarik nafasnya, area itu akan berdenyut sakit.Bian kini membuka kaosnya dan mulai bercermin.
"Sssh,, sialan,, kenapa jadi sakit gini?!" Gumam Bian.
Ia lalu membaluri lukanya dengan minyak angin yg biasnya ia pakai jika masuk angin.
Agak gak nyambung, namun setau Bian minyak angin itu cukup hangat bila ia pakai, dan yg penting, aromanya itu mengingatkan ia pada Rania ibunya.Dulu, Setiap kali Bian sakit karena masuk angin, Rania pasti akan membaluri punggung dan perut Bian dengan minyak angin itu.
Makanya aroma minyak angin itu selalu mengingatkan Bian pada Rania.
Dan ingatan itu selalu memberikan efek menenangkan bagi Bian.
Hingga akhirnya rasa sakit itu sedikit tersamarkan dengan memory manis tentang ibunya dulu.***
BIANANTA
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANANTA
Teen FictionCerita Bian yg , suatu hari ia diantarkan ibunya untuk tinggal bersama ayahnya. kehadirannya yg tak di inginkan membuat kekacauan di rumah ayahnya...