Sore menjelang malam Arselio baru tiba di rumah sakit terbesar di kota itu sambil membawa sebuket bunga yang masih segar. Seorang satpam yang selalu mengenali Arselio langsung menyapa lelaki tegar itu. Begitu juga dengan suster yang memegang tanggung jawab bagian kamar rawat sahabat Arselio.
"Baru pulang kuliah ya?" tanya suster itu ramah.
"Iya," jawab Arselio mengikuti suster itu memasuki kamar rawat yang didominasi oleh warna putih dan coklat.
Suster itu memeriksa infus yang tak pernah lepas dari tubuh sahabat Arselio lalu menatap Arselio dengan lembut. Dari penampilan lusuh dan barang bawaan Arselio yang sedikit, sepertinya Arselio akan menumpang tidur di kamar itu.
"Kamu mau menginap lagi malam ini?"
"Mungkin. Terima kasih sudah memeriksanya setiap hari," jawab Arselio membungkuk hormat.
"Sudah tugas saya, Arsel. Terima kasih kembali. Kamu teman yang baik," ucap Suster itu sebelum pergi meninggalkan Arsel di kamar rawat itu.
Ketenangan menyambut Arselio. Perlahan dia memejamkan kedua matanya dan mengingat kejadian-kejadian yang sudah dia lalui selama di kampus. Arselio teringat dengan bisikan Hardin yang selalu mengganggunya, dia duduk tegap di samping tempat tidur sahabatnya dan menatap wajah pucat lesu itu.
"Bro. Ada yang mengenali gue, kayak lo mengenal gue. Dia memanggil gue Santana," ucap Arselio pelan.
Kedua matanya sendu dalam ketakutan. Hardin mengenali jati diri Arselio. Akhirnya ketakutan terbesar Arselio menjadi kenyataan. Ada seseorang yang berhasil menemukan legenda Santana. Terlebih lagi Hardin seorang pembalap mobil Rally yang sudah pasti akan menyeret Arselio ke masa lalunya.
"Gue terlalu takut untuk kembali ke jati diri gue," ucap Arselio memijat telapak tangannya. Dia kembali menatap sahabatnya dan berkata, "Gak mungkin gue pindah rumah lagi kan? Atau sekalian gue tidak perlu kuliah?"
Suara bip dari mesin EKG yang menyahut Arselio menandakan kalau sahabatnya mendengarkan keluh kesahnya, walau tidak berbicara. Arselio menangkup wajahnya dengan kedua tangan lalu menghembuskan nafas berkali-kali.
"Sahabat lo ini sekarang menjadi lelaki yang pengecut," ucap Arselio.
Lelaki itu kembali menunjukkan wajahnya dengan mata yang memerah sambil tertawa hambar. Tawa yang tidak berasal dari perasaan yang sebenarnya.
"Kalau ada lo, pasti gue gak gini. Iya kan? Lo harus cepat bangun, bro."
Arselio menarik selimut yang selalu menghangatkan tubuh kaku sahabatnya itu, Dia melirik pemandangan gedung-gedung di luar jendela dan seketika perutnya berbunyi. Tadi pagi Arselio meninggalkan sarapannya dan di kampus tadi dia tidak makan siang sama sekali, jadi sudah sewajarnya perut itu berbunyi.
Tanpa berfikir panjang, Arselio langsung meletakkan tasnya dan pergi keluar dari kamar rawat sahabatnya untuk mencari makan malam. Kebetulan sekali di rumah sakit itu ada kantin yang cukup besar dan tenang. Di sana Arselio melihat banyak pasien lansia yang ditemani oleh keluarganya. Sampai kedua mata Arselio menemukan sosok wanita yang duduk dikursi roda. Tubuh yang tegap dengan rambut hitam panjang itu membelakangi Arselio. Dari kejauhan Arselio bisa melihat pakaian mahal yang dikenakan oleh pasien wanita itu dengan tangan yang penuh noda aneh, tapi ketika pasien itu hendak menoleh tiba-tiba saja Arselio dipanggil oleh seorang dokter yang mengenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSELIO SANTANA
Teen FictionSINOPSIS: Pembalap muda terkenal dari perbatasan secara tiba-tiba meninggalkan jati dirinya selama berada di Rally Fortano. Hidup seorang Santana kini dipenjara oleh masa lalu yang membunuh keberaniannya untuk kembali menyentuh stir mobil balap keba...