Arselio membereskan barang-barangnya yang sudah berdebu di gudang bengkel tempat dia bekerja. Sepulang dari kejuaraan kemarin Arselio tidak pernah keluar dari kamarnya. Seharian penuh dia hanya tidur dan tidak bekerja. Tenaganya terkuras karena sudah lama tidak mengikuti kejuaraan Rally. Nanti malam adalah perayaan dari kemenangan mereka dan Arselio harus bersiap-siap dari sekarang.
"Bapak dengar kamu juara satu kemarin," ucap Pak Gideon yang sejak tadi memperhatikan Arselio dari pinggir pintu gudang sambil merokok.
"Ya, tim saya menang kemarin. Maaf saya tidak memberitahu anda lebih awal pak," ucap Arselio.
Pak Gideon berjalan mendekati kotak dus yang berisikan barang-barang Arselio dan menatapnya cukup lama, "Kalau begitu jangan taruh barang-barang ini di gudang lagi."
Kedua mata Arselio menatap wajah Pak Gideon dari samping dengan serius. Dia berfikir apakah Pak Gideon ingin menggunakan Gudang itu lagi sampai-sampai menyuruh Arselio membawa semua barang miliknya pergi?
"Saya akan membereskan dan membawanya pergi," ucap Arselio menundukkan kepalanya.
"Kamu akan pulang?" tanya Pak Gideon kini menatap Arselio.
"Tidak. Hanya saja saya akan mencari tempat untuk menaruh barang-barang saya," jawab Arselio.
"Kalau begitu kamu masih ingin bersembunyi," ucap Pak Gideon tersenyum tipis lalu mematikan putung rokoknya dan menghembuskan nafasnya panjang. Dia menepuk bahu Arselio sehingga anak lelaki itu mau menatapnya. "Saya harap kamu kembali menggunakan barang-barang ini, bukan menyembunyikannya lagi."
Arselio terdiam dan menatap kardus yang sudah berdebu itu lalu tersenyum tipis, "Terima kasih pak."
"Ada acara nanti malam?" tanya Pak Gideon.
"Acara perayaan? Semacam itu," jawab Arselio membuat Pak Gideon senang.
"Jangan lupa bawa sisa makanannya ke sini," ucap Pak Gideon dengan senyumnya yang lebar.
"Saya akan membelikannya buat bapak," ucap Arselio membalas senyuman itu.
Pak Gideon mengangguk lalu pergi lebih dulu meninggalkan gudang itu, sedangkan Arselio memilih untuk menetap disana dan kembali membersihkan barang-barangnya. Dia membersihkan debu yang menempel di barang-barangnya dan mengatur ulang dengan kardus yang baru. Saat memindahkan barang-barang itu, Arselio tak sengaja menemukan kuas cat dengan ujung yang cukup tajam. Dia menatap lama benda runcing itu dengan kerutan dari dahinya.
"Ini punya mama?" tanya Arselio pada dirinya sendiri. Dia terus menatap kuas cat yang sudah bernoda itu lalu pergi menuju ke tempat sampah.
Sebelum Arselio membuang benda itu, tiba-tiba dia melihat sebuah lukisan dari canvas yang robek di tempat sampah. Kedua matanya menatap nanar lukisan itu. Lukisan yang menampilkan dua mobil yang bertabrakan dengan dominasi warna merah darah. Detak jantung Arselio mulai berpacu dengan cepat hingga terasa sesak. Dengan cepat Arselio menggeleng dan membuang kuas cat itu lalu menutup tempat sampah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSELIO SANTANA
Teen FictionSINOPSIS: Pembalap muda terkenal dari perbatasan secara tiba-tiba meninggalkan jati dirinya selama berada di Rally Fortano. Hidup seorang Santana kini dipenjara oleh masa lalu yang membunuh keberaniannya untuk kembali menyentuh stir mobil balap keba...