Arselio memijat kedua tangannya dengan tatapan lesu di depan dokter Han. Kemarin Arselio tidak masuk kuliah dan memilih untuk mengurung diri di kamar, tetapi karena dia dihubungi oleh dokter Han terpaksa Arselio keluar rumah dan pergi ke rumah sakit. Dia juga lupa kalau ada janji pertemuan dengan dokter Han untuk membahas masalah beasiswa. Namun, melihat tingkah aneh Arselio selama lebih dari 15 menit itu membuat dokter Han khawatir dan langsung membelikannya teh hangat.
"Kamu sudah sarapan?" tanya dokter Han.
Dengan tangan yang rapuh Arselio menerima segelas teh hangat itu dan menatapnya dengan tatapan kosong. Arselio tidak mungkin berkata bohong di depan seorang dokter yang lebih tau dengan kondisi tubuh seseorang hanya dengan sekali lihat.
"Belum."
"Dokter sudah pesankan makan untukmu. Kamu kuliah siang hari ini?" tanya dokter Han lagi, tetapi Arselio tidak menjawab. Dia pun duduk di depan Arselio sambil menatap jari-jari anak lelaki itu yang pucat, "Arsel, apa ada masalah?"
"Tidak ada," jawab Arselio serak.
"Minum dulu," ucap dokter Han.
Arselio meneguk teh hangat dan merasakan air itu mengalir lancar di tenggorokannya dan menghangatkan dadanya yang sejak kemarin terasa kosong. Saat tubuhnya merasa lebih baik, Arselio pun memberanikan diri untuk menatap dokter Han dan menanyakan sesuatu.
"Apa dokter tidak keberatan menjadi wali saya?"
"Ya? Wali apa?" tanya dokter Han mencondongkan tubuhnya agar bisa mendengar suara Arselio lebih jelas.
"Untuk formulir pendaftaran beasiswa," ucap Arselio.
Dokter Han langsung mengerti lalu tersenyum tipis dan menjawab, "Tidak masalah."
"Terima kasih dok," ucap Arselio menatap dokter Han dan membalas senyumannya.
Melihat senyum tipis Arselio sedikit membuat dokter Han tenang, tetapi rasa khawatir itu belum juga hilang. Kelihatannya Arselio sedang dilanda masalah biaya kuliah dan biaya hidup lainnya. Dokter Han pun meletakkan gelasnya lalu menatap Arselio serius.
"Arsel, kamu sudah tidak berkomunikasi lagi dengan kakekmu?" tanya Dokter Han.
Arselio mengangguk pelan.
"Setelah saya meminta warisan ibu untuk tidak dijual."
"Kenapa kamu tidak setuju untuk dijual?" tanya Dokter Han penasaran. Bila warisan itu tidak dijual, maka seharusnya warisan itu milik Arselio sekarang.
"Saya tidak mau menerima warisan apa-apa dan meminta kakek untuk tidak menjualnya karena hanya itu peninggalan terakhir ibu dan salah satunya yang berharga," jawab Arselio cepat.
"Dokter tau kamu kecewa dengan kakekmu, tapi kalian masih keluarga. Apa tidak masalah kalau kalian berbicara baik-baik masalah warisan itu? Kamu bisa menerima warisan itu atau menjualnya demi biaya hidupmu," tanya Dokter Han pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSELIO SANTANA
Teen FictionSINOPSIS: Pembalap muda terkenal dari perbatasan secara tiba-tiba meninggalkan jati dirinya selama berada di Rally Fortano. Hidup seorang Santana kini dipenjara oleh masa lalu yang membunuh keberaniannya untuk kembali menyentuh stir mobil balap keba...