☁️16☁️

235 37 5
                                    

Tak pernah Ika bayangkan ia akan berada disituasi kacau seperti ini. Sejak tadi pagi pertemuannya bersama Aliya hingga kini malam telah tiba tak sedikitpun ucapan Aliya sejenak sirna dalam benaknya.

"Bun, Bunda lagi enggak enak badan kah?" Tanya Dipha saat melihat sang istri sedari tadi hanya duduk diranjang sembari diam tak sedikitpun berbicara.

Tak mendapat jawaban dari sang istri membuat Dipha beranjak mendekati Ika.

"Bun, Bunda kenapa?" Tanya Dipha.

"Menurut Ayah, sebagai orang tua apa kita salah memberikan izin kepada putri kita untuk membangun sebuah hubungan cinta dengan lelaki yang ia suka?" Tanya Ika.

Mendengar pertanyaan sang istri membuat Dipha mengerti bahwa ini soal putrinya yang telah berpacaran dengan Lian.

"Bun, Syarel itu udah tujuh belas tahun, sudah mulai beranjak dewasa, jadi enggak ada salahnya kalau kita mengizinkan Syarel untuk membangun hubungan cinta, lagi pula kita kan juga tau lelaki yang menjalin hubungan dengan Syarel bukanlah lelaki sembarang, anak sebaik Lian, ayah yakin tidak akan menyakiti putri kita, apalagi mereka sudah bersama sejak kecil." Tutur Dipha.

"Lalu apa yang harus kita lakukan jika kita tau anak kita tidak diterima dengan baik oleh keluarga pasangannya? Membiarkannya agar anak kita tetap bisa bersama pujaannya? Atau memintanya untuk mengakhirinya agar putri kita tidak terluka jiwa dan raganya?" Tanya Ika

Dipha terdiam dan mencoba mencerna ucapan yang baru saja terlontar dari mulut istrinya itu.

"Apa ini ada hubungannya dengan kedatangan Bu Aliya ke toko kita tadi?" Tanya Dipha yang perlahan diangguki Ika sembari menahan air mata yang siap jatuh membasahi kedua pipinya.

Flashback

Mendengar ucapan Aliya membuat Ika bagaikan disambar petir di pagi hari. Sudah ia duga kedatangan Aliya di toko kue nya pagi ini bukanlah kedatangan biasa.

Dan benar saja, kedatangan nyonya konglomerat, ibu dari sahabat putrinya itu punya tujuan khusus yakni membuatnya berada pada pilihan yang berat.

"Bagaimana Bu Ika, bukankah penawaran saya cukup baik?" Tanya Aliya

"Apa yang salah dengan putri saya, hingga Ibu meminta putri saya untuk berpisah dengan putra Bu Aliya." Tegas Ika

Aliya mengulas senyumnya dengan hangat kala mendengar pertanyaan dari Ika.

"Syarel adalah anak yang baik, sopan, berbudi pekerti, pintar, dan cukup menyenangkan, maka dari itu saya sebagai ibu dari Lian mengizinkannya untuk berteman cukup lama dengan Syarel. Selama ini saya tidak pernah melarang putri anda bersama putra saya, tapi kali ini putri anda sudah melampau batasnya, saya tidak keberatan dia dekat dengan putra saya bukan berarti saya tidak keberatan jika dia menjalin hubungan cinta dengan putra saya." Tutur Aliya

"Seperti yang kita tau Bu Ika, perbedaan selalu ada didunia dari segi manapun, dan banyak perbedaan diantara Syarel dan juga Lian, yang membuat mereka tidak boleh bersama." Imbuh Aliya

"Apa karena Syarel bukan putri dari keluarga konglomerat seperti Lian putra keluarga konglomerat maka dari itu Ibu ingin memisahkan dua manusia yang saling mencinta hanya karena sebuah harta?" Tanya Ika

"Ini lebih dari sekedar harta Bu Ika, ini menyangkut harkat dan martabat keluarga, kesetaraan itu hal yang utama bagi sebagian keluarga, termasuk keluarga saya. Dan apa tadi? Bu Ika bicara cinta? Cinta itu datang karena terbiasa, dan cinta yang hadir diantara kedua anak kita hanya karena terbiasa bersama bukan dari hati mereka, maka dari itu kedatangan saya untuk bernegosiasi hari ini untuk mencegah luka yang akan semakin dalam jika diteruskan." Tutur Aliya

"Negosiasi anda bilang? Penawaran anda lebih berkesan seperti menawar harga kebahagiaan seorang anak pada ibunya." Tegas Ika

"Maaf jika penawaran saya terkesan seperti itu dalam benak bu Ika, tapi sungguh penawaran saya ini sangatlah baik, jika dibanding dengan luka yang akan anak ibu terima jika terus berhubungan dengan putra saya, kita sama-sama seorang ibu kan? Pasti tau dong bahwa seorang ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, apapun caranya." Ujar Aliya

"Berapa pun penawaran Ibu Aliya, saya tidak akan menjual kebahagiaan anak saya demi sebuah harta, karena kebahagiaan anak saya diatas segalanya." Tegas Ika dengan penuh penekanan.

Mendengar jawaban Ika membuat Aliya tersenyum devil, orang menengah kebawah memang selalu terlalu idealis tanpa memikirkan realistis itulah yang kini ada dalam benak Aliya.

"Jangan terburu-buru untuk mengambil sebuah keputusan besar, ingat kata pepatah bahwa kesempatan tidak datang dua kali, pikirkan dengan matang sebelum penyesalan menghantuin kehidupan, hubungi saya jika Bu Ika sudah berfikir tentang apa yang terbaik untuk putri Bu Ika." Ujar Aliya

"Yang terbaik untuk putri saya adalah membiarkannya merasakan bahagia yang telah ia buat sedemikian rupa, saya rasa obrolan kita cukup sampai disini Bu Aliya, dengan segala hormat saya minta Bu Aliya pergi dari toko saya."

"Saya sudah bicarakan baik-baik dengan Bu Ika, jadi jangan pernah salahkan saya jika kebaikan saya akan berubah menjadi kejahatan yang akan ibu sesali sepanjang masa." Tegas Aliya lalu beranjak berdiri meninggalkan Ika yang masih mencoba menguasai dirinya.

Dipha terdiam dan termenung, ia benar-benar tak menyangka akan berada di situasi seperti ini. Wajar saja jika istrinya tampak murung sedari tadi rupanya memang ini bukanlah hal yang mudah bagi dirinya dan istri sebagai orang tua.

Bingung harus berbuat apa membuat Dipha hanya membawa sang istri ke dalam pelukannya.

Dan tanpa mereka sadari sedari tadi ada Syarel yang tengah berdiri disamping pintu kamar kedua orang tuanya yang tak tertutup rapat. Syarel yang semula berniat untuk memberi tahu hasil fotonya bersama Lian seketika mengurungkan niatnya kala mendengar suara isak tangis sang Bunda yang membuatnya mengetahui semua yang tengah terjadi.

Dengan penuh keyakinan Syarel melangkahkan kakinya dan buru-buru masuk ke dalam kamarnya. Menutup kamar dengan rapat dan bersandar pada pintu kamarnya membuat air mata Syarel tak terbendung lagi.

Tangisan Syarel pecah namun sebisa mungkin ia menahan suaranya agar tak terdengar kedua orang tuanya. Kini Syarel mengerti mengapa Lian selalu mengatakan hubungan mereka tidaklah mudah, jadi inikah alasannya.

"Kenapa kamu enggak jujur sama aku kalau orang tuamu melarang kita menjalin kasih Lian? Kenapa? Bukankah jauh lebih baik aku mendengar kejujuranmu meski terluka dibanding aku harus mendengar semua ini dari kedua orang tuaku yang mungkin berujung sama lukanya sepertiku?" Batin Syarel dalam tangisannya.

Akankah Syarel tetap mempertahankan hubungannya dengan Lian ditengah situasi yang tak baik ke depan? Atau Syarel memilih mundur untuk kebaikannya bersama Lian?

Happy reading semuanya.
Maaf ya update nya sekarang lama
Tapi jangan khawatir sebisa mungkin aku akan selalu memberi update-an.
Doakan aku segera pulih ya
Biar bisa update setiap hari lagi kayak biasanya 😘😘

Terima kasih untuk semua yang masih mau membersamai aku dalam berkarya.
Aku menyayangi kalian semua 😘😘😘

ANTARESA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang