15

32 7 0
                                    
















Abaikan Typo~















Langkah Ara terhenti diambang-ambang pintu utama. Memperhatikan sang Suami yang duduk sendiri di gazebo depan sana, tempat biasa dipakai Seon hyun untuk bersantai.

Lalu pandangannya beralih ke taman bunga milik Tiffany, ada Girene dan Seungji yang tengah asik menghirup aroma bunga sana-sini.

Sohun sedang asik tertawa ria bersama Seon hyun yang mengangkatnya tinggi, mendusel-duselkan hidung mancungnya pada perut Sohun, yang mengundang gelak tawa tanpa suara dari si kecil.

Pemandangan itu membuat senyuman Ara merekah. Andai putranya masih hidup, mungkin dia bisa melihat pemandangan seperti ini setiap harinya, melihat putranya yang tertawa dengan sang Suami. Iya, Janin Ara berjenis kelamin laki-laki.

Puk!
Pundak tertepuk pelan, membuat Ara mengalihkan pandangannya ke samping.

"Ngelamunin apa, hemm?" Tanya Tiffany sembari menggendong Jiyoung

"Gak ada Mom..." Senyum Ara

"Jangan berbohong pada Mommy, Ara..."

Ara masih menjawab dengan gelengan kepalanya, pelan.

"Ngobrol dari hati ke hati, jangan menggunakan emosi, jangan libatkan masalah lain, dalam obrolan kalian."

"Arraseo Mom~."

Tiffany ngangguk pelan. Lalu berjalan menghampiri suaminya, mengajak cucu-cucu sahabatnya keluar.

Setelah kepergiaan mobil Seon hyun, baru Ara melangkahkan kakinya menghampiri sang Suami yang sudah berdiri dari duduknya, menatap kearahnya.

Steve kembali duduk, bersamaan dengan Ara duduk disebrang sebelahnya. Sama-sama menatap depan.

Entah kenapa mereka duduk berdua seperti ini, terasa begitu canggung, apa karena sudah lama tidak ketemu? Atau karena hal lain?

Sudah 10 menit mereka diselimuti dengan keheningan, lebih fokus dengan pemikiran masing-masing. Walaupun masih siang hari, tetapi udara mulai terasa sedikit dingin, karena mau memasuki musim dingin.

"Kamu membenciku?"

Ara diam sejenak, masih enggan menatap Suaminya.

"Tidak."

"Lalu? Jika tidak membenciku kenapa kau menjauh?"

"Kau tau? Menjauh bukan berarti membenci, Aku hanya menyelamatkan diriku agar tidak merasakan luka itu lagi."

"...."

Steve mengalihkan pandangannya kedepan. Suasana kembali hening untuk beberapa saat.

"Maafkan aku."

"Maafkan aku yang kembali menyakitimu..."

"Sudah berapa kata maaf yang kau ucapkan, padaku?." Kembali membuka suaranya

Steve terdiam.

"Maaf. Kenapa kau harus minta maaf? Kau bahkan tidak tau artinya benar-benar menyesal. Karena kau tetap mengulanginya."

"Apa harus melalui Daddy? Untuk menemuiku?"

"Sudah berapa kali aku mencoba menemuimu? Di apart, menunggu dijalan sebrang rumahmu, bahkan kantormu juga ku datangi.. tapi apa? Kamu selalu menghindar. Aku tau saat aku datang ke kantormu, kamu ada. Tapi kamu menyuruh staff kantormu bilang kalau kamu berada diluar."

You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang