24

35 5 0
                                    











Abaikan Typo~











Suapan terakhir masuk sempurna kedalam mulut Jaemin, dari seorang Wanita. Wanita ini memberikan segelas air pada Jaemin.

"Terima kasih kak.." Setelah meneguk airnya sampai setengah gelas

Wanita ini tersenyum angguk. Menyimpan gelas dan mangkoknya diatas nakas samping ranjang Jaemin.

"Maaf.. kalau aku menganggu tidur malam, kakak."

"Tidak apa. Kakak malah senang kamu repotin seperti ini. Seandainya kalau kakak gak dengar benda jatuh dari dapur tadi, mungkin dapur sudah terbakar bukan?"

"Haha..." Jaemin menanggapi dengan tawanya

Iya benar, kalau kakaknya ini tidak datang. Mungkin dapur sudah kebakaran, karena dia ceroboh menaruh kain didekat kompor. Dan alasan lain.. karena dia tidak pandai memasak. Bukan berarti tidak bisa, hanya saja tidaj seenak kakak dan mendiang ibunya.

Pandangan Jaemin perlahan turun, saat teringat mendiang ibunya. Wanita ini yang menyadari perubahan raut wajah sang adik menjadi bingung.

"Ada apa Jae?"

"Apa benar Ayah yang membunuh ibu kak?" Tanyanya dengan suara lirihnya

Wanita ini terdiam, jujur dia juga merasa tidak percaya kalau Ayahnya membunuh sang Ibu, karena selama ini Ayah dan Ibu jarang sekali bertengkar, bahkan keduanya sering terlihat mesra didepan anak-anaknya.

Jaemin bertanya karena tadi Adiknya, Minju. Begitu marah setelah memutar video yang tersimpan di Flasdish, yang dimana Flasdish itu ditemukan di pakaian paling bawah milik sang Ibu.

Wanita dan Jaemin bersamaan mengalihkan pandangannya ke Minju yang terbaring diranjang sana, karena pingsan saking terkejutnya.

"Nanti kita tanyakan kebenarannya pada Ayah. Sekarang istirahatlah. Kakimu masih butuh pemulihan."

"Nee." Jaemin perlahan membaringkan badannya, menyamankan posisi tidurnya

"Kak.."

Wanita ini yang hendak beranjak, kembali duduk. Dan menatap Jaemin yang menatapnya sendu.

"Ada apa?"

"Maafkan aku.. karena dulu aku membiarkan Terry melukai tubuh dan mental kakak."

Yoon seo menanggapi dengan tersenyum hangat, tangan terulur mengelus rambut Jaemin.

"Yang berlalu biarlah berlalu Jae. Kamu juga udah menebusnya kan, sekarang? Membawa kakak pergi jauh dari Terry." Usapan dirambut Jaemin masih berlanjut

"Seandainya kalau aku tidak mengetahui fakta. Kalau kita lahir dari Ayah yang sama.. mungkin aku akan dihantui rasa bersalah seumur hidupku kak.. Aku dan Minju juga tidak bisa merasakan kasih sayang dari seorang kakak.. Aku--"

"Berhentilah Jaemin-na." Sela Yoon seo dengan suara yang begitu lembut

Tangan Yoon seo terulur menghapus air mata Jaemin yang mengalir dipipinya.

"Nyatanya sekarang kakak baik-baik saja kan? Kamu dan Minju bisa merasakan kasih sayang seorang kakak? Dan ucapan tadi hanyalah seandainya Jaemin-na." Kembali memberi usapan dirambut Jaemin

"Sekarang tidurlah.. Kamu masih memerlukan istirahat yang cukup, untuk pemulihan."

Jaemin mengangguk. Perlahan memejamkan matanya, tangan Yoon seo masih memberi usapan dirambut Jaemin sampai sang adik lelap dalam tidurnya.

You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang