Abaikan Typo~
Air mata yang sedari tadi akhirnya tidak terbendung, air matanya terus saja mengalir dipipinya tanpa ada niat untuk berhenti.
"Kenapa semua tidak sesuai harapanku?!!"
"Kenapa?~"
"Aku sudah melakukan yang terbaik~"
"Tapi kenapa aku harus mengalami hal ini...Untuk kedua kalinya~"
Tangisan Ara pecah, memilih memberhentikan mobilnya ditepi jalan.
"Apa salahku?~"
"Apa salahkuu~?!!" Sembari memukuli kemudi mobilnya, ditengah tangisnya
"Kenapa hidupku begini? Hikss~!!"
"Kenapa hidupku selalu berantakan?~~!!"
"Padahal aku sudah berjuang memulai hidup yang baru. Aku sudah lelah.. Aku ingin lepas dari penderitaan.... Tapi kenapa tidak bisa~~ Hiikkss~~!!"
Racauan Ara berhenti.. menyenderkan punggungnya disandaran kursi kemudi, sembari mata terpejam.
Air matanya masih saja berjatuhan dengan mata yang masih terpejam, rasanya dia ingin menghilang, dia ingin dunia ini runtuh saat ini, karena dia takut untuk kabur.
Mata Ara perlahan terbuka, karena getaran yang berasal dari ponselnya, Ara mengambilnya dari jaket yang ia pakai.
Tanpa melihat siapa yang menelfon, Ara langsung mengangkatnya. Namun tidak menyahut, tapi panggilan sudah terhubung.
"Ara..."
Suara seseorang disebrang sana. Membuat mata Ara perlahan kembali terbuka.
"Kenapa?..."
Tanya orang dari sebrang sana. Ara masih tidak menyahut. Matanya melirik spion mobilnya yang ada dipintu sisinya.
Ada mobil yang terparkir tepat dibelakang mobilnya. Ara tentu mengenal mobil siapa itu? Iyap, milik Suaminya.
"Pergilah..." Sahut Ara setelah terdiam sejenak
"Aku akan pergi. Setelah mengantarmu pulang..."
Ara tertawa di sebrang sana. Mata Steve tak lepas memandang mobil milik Istrinya.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya?"
"Kenapa kau masih melakukan ini padaku?!!"
Steve memilih tetap diam tidak menjawab. Tapi rintikkan air mata, sudah menjelaskan bagaimana suasana hatinya sekarang.
"Aku ingin kau...."
"Sangat-sangat menderita."
Steve diam, tapi telinga mendengarkan. Setiap kata yang diucapkan Istrinya, menunjukkan betapa kecewanya Ara pada dirinya.
"Aku ingin kau...."
"Menangisi aku setiap malam."
Tangan Steve yang bebas menyandarkan sikunya di dekat kaca mobil. Menutupi matanya.
"Setiap kau memikirkanku...."
"Aku ingin kau runtuh."
Steve menangis tanpa suara, telapak tangannya masih menutupi matanya.
Perlahan mata Ara terbuka, pandangannya menatap lurus kedepan.
"Aku harap aku bisa mati depresi karena memikirkanmu. Agar kau... merasa bersalah seumur hidupmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know
Short StoryKamu tidak akan pernah tau yang sebenarnya. Kalau kamu belum pernah menjadi diriku