Bab 4

320 26 6
                                    

Setelah kepalaku dipukul, ingatanku menjadi kabur dan buram.



Hee-seong, yang telah diserang, berjuang keras. Dia berjanji pada saudaranya untuk bekerja sama sampai akhir bulan ini, dan dia tidak mampu untuk menghancurkan semuanya sekarang.


Meskipun rasa sakit yang luar biasa akibat pukulan di kepalanya, Hee-seong mengayunkan helm yang dipegangnya dengan liar ke siapa pun yang mendekat. Ada sekitar empat atau lima penyerang, yang mungkin mencoba mencuri obat-obatan darinya. Hee-seong berhasil menangkis mereka dengan helm, sambil berusaha mencari celah untuk melarikan diri.


"Aaaaargh!"

Ketika merasakan nyeri yang menusuk di kakinya dan tubuhnya ambruk, Hee-seong menyadari ada pisau yang menusuk pahanya. Rasa sakit yang luar biasa akibat tusukan itu membuatnya tidak bisa berdiri, dan ia pun jatuh ke tanah sambil meringkuk.

"Dasar bajingan tak berguna. Dan temperamennya sangat buruk."

Seseorang menendang perut Hee-seong dengan keras saat ia memuntahkan hinaan. Tanpa sempat berteriak, Hee-seong menggeliat di tanah, terengah-engah. Kemudian, para penyerang mengacak-acak sepeda dan tubuhnya, mencuri obat-obatan yang diberikan kepadanya oleh para serigala.

'Tidak, ini adalah barang yang kakak suruh aku ambil….'

Sambil menggertakkan giginya, Hee-seong mencabut pisau yang tertancap di pahanya. Dalam usaha terakhirnya yang putus asa, ia mencoba merangkak mengejar mereka, tetapi tawa mengejek para penyerangnya menghilang di kejauhan.

Ditinggalkan di gang, Hee-seong secara naluriah merasa bahwa jika dia pingsan di sini, dia akan mati.


'Aku tidak boleh ke wujud asliku sekarang….'


Namun dia sudah berubah menjadi anak anjing kecil, fenomena alamiah bagi manusia binatang yang terluka yang sedang mencari pemulihan.


Anak anjing itu merangkak ke sudut, berusaha sekuat tenaga menggerakkan tubuhnya yang semakin mengecil.


'Kakak bilang… itu terakhir kalinya….'

Tubuhnya babak belur, terasa begitu sakit dan ketidakadilan yang dialaminya sungguh tak tertahankan. Ia ingin menangis, tapi rasa sakit itu membuatnya mustahil untuk menangis.

Anak anjing itu berhasil menyeret dirinya sendiri di sepanjang dinding beton, membuat setengah lingkaran di sekitar bangunan. Berpikir bahwa runtuhnya bangunan di tempat yang kemungkinan besar terdapat orang akan meningkatkan peluangnya untuk kembali ke saudaranya.


Namun, bangunan itu, sangat besar, tampak tak berujung, tidak peduli seberapa jauh ia melangkah. Berdarah dan berlumuran darah, Heeseong akhirnya ambruk, tak berdaya.

Saat kesadaran mulai memudar, suara yang familiar disertai aroma rokok datang dari atas.

"Kenapa dengan anak anjing kecil lusuh ini?”

Ojo Ngganggu Kirik!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang