006 𑁍ࠬܓ lantana

91 22 32
                                    

KALIAN barangkali bertanya-tanya, bagaimana karakter figuran kita yang baru saja mendarat di Arcadia ini bisa berubah menjadi karakter utama dalam kurun semalam; selayaknya Cinderella yang berubah menjadi white swan berkat magic sang fairy godmother.

Well, biar ku beritahu rahasianya, dan percayalah, itu bukanlah sesuatu yang seindah sihir ibu peri Cinderella; melainkan sebuah kesepakatan yang hadir dari pemaksaan dan pemerasan.

Tiga hari yang lalu tepatnya, atau sehari setelah Summer berbicara pada Jungkook yang menjadikan pemuda itu ingin cepat-cepat minggat dari istana. Pada siang hari yang sibuk di istana Buckingham, sang pemeran utama yang asli—Summer, mengajak karakter utama pria kita yang mempesona bertemu di taman belakang istana.

Pemilihan tempat yang sedikit aneh, jika kalian ingin tahu— sebab taman yang dimaksud oleh Summer mengarah pada pintu khusus yang hanya diketahui oleh beberapa orang saja di istana. Pintu tersebut bermuara pada labirin-labirin lain yang lebih sempit. Setidaknya, seseorang tidak akan bisa memergokimu jikalau kau ingin melakukan sesuatu yang; tidak pantas untuk dibicarakan disini.

River yang waktu itu tengah disibukkan oleh tugasnya di militer kerajaan menjadi was-was oleh keributan apalagi yang akan ditimbulkan oleh Summer. Pria itu menolak dengan tegas permintaan tunangannya, selain dia yang malas untuk melihat muka Summer, River juga sedang bertugas.

Hanya saja, setelah mendengar kata Casey meluncur dari belah bibir Summer, River pada akhirnya berjalan seorang diri menuju kandang singa secara sukarela. Sesuatu yang jarang sekali dilakukan oleh pangeran itu.

"Katakan apa yang kau ingin katakan. Aku tidak punya banyak waktu." itu adalah kata yang pertama kali terucap dari bibir River bahkan sebelum Summer bisa bicara apapun.

"Sangat to the point, tidak pernah berubah."

Tuan Muda Linwood itu menyeringai, menepuk-nepuk tempat kosong pada kursi di sisinya, mengisyaratkan agar River duduk. Pria itu mengikuti saja, walau dengan iringan dengusan jengah khas River Mackenzie.

"Tiga hari lagi pengumuman pertunangan kita akan sampai di publik." buka Summer, pandangannya mengarah lurus ke depan.

"Lalu?" sebelah alis River terangkat, mengisyaratkan bahwa dirinya juga tahu hal itu bahkan tanpa Summer harus memperjelasnya.

Mendengar sahutan datar itu, Summer melirik. "Kau terdengar biasa saja."

"Memangnya kau berharap aku melakukan apa?"

Ditanya seperti itu, Summer mengendik, "Entahlah, sesuatu yang cukup efektif untuk membatalkan pertunangan kita?"

"Bagaimana? Dengan melarikan diri dari sini seperti dirimu dulu?"

Summer mendengus, "Itu adalah kesalahan. Berhenti mengungkit hal itu lagi."

"Jangan khawatir, itu hanya sedikit dari kebodohan yang sudah kau lakukan, Summer."

"Aku benar-benar membencimu."

"Kau pikir aku menyukaimu?" balas River telak.

"Karena itu kita tidak akan pernah bisa bersama. Kita itu tidak cocok." gerutu Summer.

"Kekanak-kanakan." River merotasi mata malas. "tidak ada yang peduli kau menyukainya atau tidak, Summer. Pernikahan ini jauh lebih penting dari keinginanmu." yah, memangnya apa yang lebih penting dari keinginan Summer? Tentu saja permainan politik keluarganya. Summer paham itu.

Dan Summer juga tahu lebih dari siapapun bahwa berbicara pada River hanya akan membuatnya berakhir dalam emosi. Pria itu sejak dulu tidak pernah bisa diajak kerjasama. Namun, Summer ingat bahwa tujuannya memanggil River adalah berkaitan dengan masa depan dirinya. Jadi, anak itu berusaha menahan diri. Ia menyandarkan punggung ke kursi, berusaha rileks.

ɪ ᴏɴᴄᴇ ᴡᴀꜱ ᴘᴏɪꜱᴏɴ ɪᴠʏ, ʙᴜᴛ ɴᴏᴡ ɪ'ᴍ ʏᴏᴜʀ ᴅᴀɪꜱʏ [ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang