MATAHARI telah meninggi, menyebarkan pendar-pendar yang menyeruak di balik celah jendela yang tak di buka lebar. Duduk di sofa dengan lutut yang peluk bosan adalah pemuda berparas manis, terdapat secangkit teh dan kue-kue yang menemani kebosanannya selama beberapa jam ini.
Dokter Liam telah selesai memeriksa keadaannya beberapa saat yang lalu, mengatakan bahwa warna ungu membengkak di lehernya akan memudar dalam beberapa hari jika dia rutin mengompresnya dengan air hangat serta mengolesinya dengan salep pemberian sang dokter kepercayaan klan Mackenzie.
Jungkook tidak mengatakan apapun pada keluarganya sejak saat di mana dia memilih menginap di kamar River. Entah apakah mereka mencarinya atau tidak, yang jelas, berada di sini tanpa seorangpun yang memergoki untuk sekedar menenangkan diri adalah suatu hal yang patut dia syukuri.
Walau begitu, anak itu total dilanda kebosanan sebab tidak ada satu hal pun yang bisa dia lakukan di sini. Entah jika itu sekedar scroll tiktok atau bermain Overwatch di PC. Bahkan tangannya sudah gatal untuk menggambar sketsa ide-ide baru yang muncul di kepalanya sebab hidup di Arcadia selama beberapa hari ini sontak saja membuat jiwa-jiwa Brigderton Jungkook meronta-ronta.
Si muda Winston menghela napas panjang untuk yang ke sekian kali, hampir terkantuk ketika ketukan pada benda berbahan kayu berkualitas membuat manik seindah bambi berganti dengan pancaran penuh antusias. Tanpa membuang waktu segera melompat turun untuk membuka pintu.
"River!" ranum secerah berry berujar sumringah, "lama banget sih, aku sampai bosen tau!"
Hanya saja, ketika pintu terbuka, alih-alih River Mackenzie—pria yang begitu dia tunggu-tunggu yang muncul, yang berada di hadapannya kini justru Lord Aslan—sekretaris pribadi Raja, tengah memandangnya penuh keterkejutan.
Apabila Lord Aslan terkejut, Jungkook lebih terkejut lagi sampai-sampai anak itu refleks menutup kembali pintu dengan kekuatan yang nyaris membuat kayu itu lepas dari engselnya.
Pintu tertutup dengan suara memekakkan yang dramatis sementara pemuda Winston sibuk merutuki betapa cerobohnya perbuatannya barusan. Jungkook jadi tidak berani membayangkan bagaimana reaksi Lord Aslan setelah melihatnya, atau masalah apa yang akan menimpanya jika sang sekretaris sampai memutuskan untuk melaporkan hal ini pada Raja.
Sementara keadaan di luar rupanya tidak jauh berbeda canggungnya sebab Lord Aslan bahkan merasa isi kepalanya mendadak kosong melompong, terlalu bingung harus berbuat apa. Padahal tujuannya adalah menemui River untuk mengingatkan tentang konferensi pers yang harus dilakukan oleh pangeran itu beberapa jam lagi. Namun yang ditemuinya justru hal di luar dugaan.
Pada waktu yang hampir bersamaan, River yang baru saja kembali dari ruang King'sguard untuk mengatur soal pengawal pribadi Casey di masa depan tengah berjalan santai menuju kamarnya. Kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana sementara wajah seindah Adonis melenggang tanpa ekspresi. Total tidak mengantisipasi akan kedatangan Lord Aslan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɪ ᴏɴᴄᴇ ᴡᴀꜱ ᴘᴏɪꜱᴏɴ ɪᴠʏ, ʙᴜᴛ ɴᴏᴡ ɪ'ᴍ ʏᴏᴜʀ ᴅᴀɪꜱʏ [ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ]
FanfictionJungkook menemukan dirinya terjebak dalam sebuah terowongan misterius saat ia dalam perjalanan pulang dari kantor. Ketika terowongan tersebut berakhir, ia justru mendapati dirinya berada di dalam dunia novel yang baru saja ia baca. Di himpit antara...