KING EDWARD tidak pernah menoleransi sebuah kesalahan. Itu adalah pelajaran mahal yang River dapatkan ketika usianya bahkan tidak lebih dari enam tahun. Kesalahan pertama yang membuat River kecil berusaha keras untuk mendapat pengakuan sang Ayah, bagaimanapun caranya.
Sejak dulu, River cukup payah dalam hal yang membutuhkan banyak kesabaran, akurasi, dan konsentrasi jangka panjang; sebut saja olahraga panahan. Pemuda dengan tinggi 6'4'' ini adalah sosok yang lebih menyukai tindakan langsung sehingga ia bisa terlibat dalam pertarungan fisik. Hal ini menjadikan River cenderung menyukai seni berpedang yang memungkinkannya untuk berada di garis depan pertempuran, benar-benar sesuai dengan sifatnya yang berani juga cenderung konfrontatif.
Sayangnya, sang Raja tidak terlalu terkesan. Menurutnya, kemampuan itu diperuntukkan untuk seorang prajurit. Terlebih, sifat impulsif River bisa sangat menyusahkan apabila telah tiba waktunya pesta berburu; di mana anak itu cenderung tidak bisa diam dan justru mengacau dengan bidikannya yang payah.
Dalam hal ini, River telah bersumpah bahwa dia tidak akan pernah menyia-nyiakan setetes keringat pun dalam hidupnya selain digunakan untuk menjadi terlihat dimata sang Ayah; yang sayangnya, semua usaha itu barangkali akan lenyap dalam beberapa menit ke depan.
Seiring dengan tapakan pantofel itu menaiki anak tangga dengan tarikan napas yang berat, pikiran River sudah mampu menebak bagaimana semua ini akan berakhir. Bahkan dia tidak memiliki waktu untuk mengganti pakaiannya yang basah sehabis terjun bebas ke dalam danau bersama Casey, kini, dia sudah berdiri di hadapan pintu besar yang menjadi sekat antara keberadaannya dengan Raja Edward.
Sejenak, mata elang itu melirik ke atas hanya untuk menemukan lambang keluarga Mackenzie yang tergantung di dinding, tepat di atas pintu. Dengan tulisan kecil di bawah lambang gunung berapi yang begitu akrab di telinganya, "born of fire".
Dia adalah seorang Mackenzie, sebuah nama yang berarti keberanian, ketangguhan, dan karakter yang tak tergoyahkan.
Maka, kali ini biarkan River menghadapi sosok yang paling ia takuti dengan keberanian selayaknya nama belakang yang ia sandang. Sebagai seorang Mackenzie.
Dengan begitu, River mengangguk pada Lord Aslan Heinrich, Steward kerajaan yang sudah menunggu di depan pintu. Hanya saja, ketika akan membukanya, sosok itu mendadak berhenti dan berbalik memandang River.
"Anda yakin tidak ingin berganti pakaian dulu, Pangeran?" tanyanya, "saya akan mengulur waktu untuk anda."
Sedang River hanya terkekeh kecil, mata sedingin kedalaman samudra itu sedikit merunduk untuk melihat seberapa basah dirinya—yang rupanya, well, tidak terlalu buruk juga. "Yang aku tahu, Ayahku tidak suka menunggu, Sir."
Walaupun disertai keraguan, pada akhirnya Lord Aslan segera membukakan penyekat yang berdiri megah di hadapan mereka, dan masuk mendahului River yang masih terdiam setengah menggigil di depan pintu.
"Your Majesty, His Highness Prince River Mackenzie telah tiba."
"Biarkan dia masuk." suara berat di dalam menyahut, begitu tidak bersahabat.
Maka, dengan keberanian yang terpupuk dari mata elangnya, River menghadap sang Ayah.
"Your Majesty." tubuh kokoh itu menunduk untuk menunjukkan penghormatan.
"Kau berani memanggil Ayahmu seperti itu setelah kau membuatku malu hari ini, River?" pria itu berdiri menghadap jendela besar yang membingkai pemadangan kebun hijau istana, dengan kedua tangan yang bersidekap gagah, masih enggan menatap putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɪ ᴏɴᴄᴇ ᴡᴀꜱ ᴘᴏɪꜱᴏɴ ɪᴠʏ, ʙᴜᴛ ɴᴏᴡ ɪ'ᴍ ʏᴏᴜʀ ᴅᴀɪꜱʏ [ᴛᴀᴇᴋᴏᴏᴋ]
FanficJungkook menemukan dirinya terjebak dalam sebuah terowongan misterius saat ia dalam perjalanan pulang dari kantor. Ketika terowongan tersebut berakhir, ia justru mendapati dirinya berada di dalam dunia novel yang baru saja ia baca. Di himpit antara...