Bab 2

234 48 5
                                    

Paris, panggung runway Haute couture.

****

Cara menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba saja melandanya.

Ini bukan runway pertamanya. Sudah ratusan kali ia berjalan di atas panggung runway memperagakan beragam pakaian dari desainer ternama dunia. Tapi ini pertama kalinya ia merasakan kegugupan dan rasa cemas di hatinya. Seperti ... ada rasa gelisah yang menyelinap ke hatinya.

Untuk menghilangkan kegelisahan hatinya, matanya dilayangkan untuk melihat pemandangan di sekitarnya. Ada sekitar tiga puluh model yang akan tampil di acara peragaan busana malam ini. Kali ini, ia akan memperagakan busana rancangan Elie Saab.

Di barisan depan sudah berdiri Gigi Hadid, sedangkan Cara berada di barisan nomor lima. Dan model di barisan paling belakang adalah Kendall Jenner. Mereka sedang menunggu aba-aba sang director untuk mulai tampil di panggung catwalk.

Tadi, sebelum Cara berganti gaun. Rosie, asisten pribadinya terlihat sangat cemas memandangnya.

"Are you okay, Cara? Wajahmu terlihat pucat. Kamu baik-baik saja kan?"

"It's okay, Rosie. I'm fine. Don't worry." Ucap Cara menenangkan asisten pribadinya itu yang sudah dua tahun ini bekerja padanya. Seorang perempuan asal Atlanta berusia 27 tahun. Ia empat tahun lebih tua dari Cara, hingga sering memperlakukan Cara seperti adik perempuannya.

Menurut Rosie, Cara berbeda dengan para supermodel terkenal yang pernah ditemuinya. Yang terkadang memperlakukan asisten pribadi mereka dengan seenak jidatnya. Memerintah ini itu, atau sering marah-marah dan memiliki temperamen kasar.

Cara berbeda, ia baik, lembut. Dan memperlakukan asisten pribadinya dengan baik. Hubungan mereka lebih seperti teman ketimbang seorang supermodel dan asisten pribadinya.

Padahal Cara sendiri termasuk dalam sepuluh supermodel berpenghasilan tinggi di dunia. Dua puluh juta dollar setahun. Hal inilah yang mungkin membuat Rosie betah menjadi asistennya.

Meski Cara sudah meyakinkan Rosie bila ia baik-baik saja, tapi Rosie masih terlihat khawatir.

Ah, kalau saja Rosie tahu. Wajah pucat Cara bukan karena kesehatannya yang buruk, tapi karena ia merasakan seperti ada sesuatu hal atau berita buruk yang akan ia terima.

Karena firasat buruk ini membuat hatinya cemas. Dan itu terlihat jelas di wajahnya.

Lagi, Cara menghembuskan napasnya pelan. Menekan rasa gelisah di hatinya. Mencoba sebisa mungkin menekan kecemasan yang melanda. Ia tersentak ketika mendengar suara musik mulai mengalun dan director yang segera memberi aba-aba untuk para model runway keluar dari balik panggung peragaan busana.

Cara mengangkat wajahnya, menegakan tubuhnya dan memusatkan pandangannya ke depan. Ketika model keempat mulai memasuki panggung runway, ia pun bersiap untuk keluar. Dan peragaan busana Haute Couture Elie Saab pun di mulai ...

****

Begitu acara peragaan busana itu selesai, Cara beserta asisten pribadinya, Rosie; bergegas meninggalkan tempat acara untuk segera kembali ke hotel tempatnya menginap. Ia harus mengejar penerbangan ke New York untuk pemotretan iklan Marc Jacobs.

Love in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang