Bab 5

214 45 3
                                    

"Ada apa lagi?" Cara membalikan badannya ketika merasakan Galang yang masih mengekori langkahnya di belakang.

Mereka baru saja tiba di New York. Lebih cepat dari jadwal yang ada. Masih banyak waktu sebelum Cara melakukan pekerjaan barunya. Cara pikir, begitu mereka tiba di New York, Galang dan dirinya akan berpisah. Mengambil jalan masing-masing.

Ia kembali ke apartemennya dan pria itu ... pergi ke manapun dia mau pergi. Siapa yang peduli? Namun yang tidak disangka olehnya, begitu keluar dari pemeriksaan imigrasi. Galang masih tetap mengikutinya. Membuat Cara jengah, membuat Cara jengkel, apa ucapannya di pesawat tadi tidak ada satupun yang dimengerti Galang?

"Kenapa kamu bertanya begitu? Tentu saja ikut kamu pulang ke tempat tinggalmu."

"Kamu bisa pesan kamar di hotel kan? Di New York ada puluhan hotel yang bisa kamu datangi."

"Aku ngak mau. Belum booking juga. Belum tentu ada kamar kosong kan?"

"Oh, mau aku yang pesankan?"

"Tidak perlu. Untuk apa pesan kamar hotel kalau aku bisa tinggal di tempat istri?"

"Kamu ..." Cara mendadak sakit kepala. Kenapa Galang jadi tidak tahu malu seperti ini? Sama sekali tidak sama dengan Galang yang dikenalnya empat tahun lalu. Galang yang dingin, acuh dan juga ... galak mungkin?

Tapi Galang yang ini berbeda dengan yang ia kenal. Lihat saja tingkah tidak tahu malunya, senyum konyolnya dan juga tatapan matanya yang ... terlalu blak-blakan menatap Cara dengan cara yang berbeda? Membuat tubuh Cara meremang.

Dia bukan gadis kemarin sore yang tidak mengerti arti dari tatapan Galang yang begitu intens dan terang-terangan padanya. Bukan gadis tolol yang tidak tahu bila Galang jelas-jelas menunjukkan ketertarikan padanya.

Jika dirinya ini Cara empat tahun lalu, si gadis lugu nan bodoh berusia sembilan belas tahun. Ia mungkin akan tersipu malu dan merasa terbang ke langit ketujuh dengan sikap dan tatapan Galang yang jelas-jelas menunjukan kesukaannya pada dirinya. Namun Cara yang sekarang hanya merasa takut dan gelisah.

Takut hatinya akan kembali melemah pada antusiasnya sikap Galang. Gelisah bila hatinya kembali 'jatuh' pada pria yang telah menyakitinya ini. Karena ia tahu, terlibat kembali dengan pria ini hanya akan membuat hidupnya kembali ke titik nadir. Dan Cara tidak ingin itu terjadi lagi.

"Siapa kamu sebenarnya?" Cara bertanya sinis. "Kamu bukan Galang yang aku kenal. Galang yang dulu tidak mungkin sudi berada di dekat seorang Cara Solandra. Tidak mungkin sudi terbang jauh melintasi benua hanya untuk membuntutinya pulang. Jadi kamu pasti bukan Galang. Kamu makhluk asing yang tidak aku kenal."

Galang menelan ludahnya pahit mendengar ucapan Cara. Entah kali keberapa Cara mengucapkan kata-kata penolakan dan pengusiran atas kehadirannya. Perempuan ini ... sungguh-sungguh tidak ingin berada di dekat Galang. Tidak ingin lagi mengetahui apapun kabar mengenai dirinya. Sikapnya tawar dan dingin.

Ke mana sinar cinta yang dulu selalu di lihatnya di mata yang indah itu? Ke mana hilangnya rasa cinta yang dulu selalu diperlihatkan Cara padanya? Semuanya hilang, seperti debu tertiup angin. Hanya dalam waktu empat tahun, Cara sudah melupakan cintanya.

Namun tentu saja itu semua bukan salah Cara. Ini salahnya. Perlakuannya pada Cara yang membuat perempuan itu pergi menjauh. Sikap dinginnya yang membuat Cara mampu membunuh cinta di hatinya.

Kalau ada yang patut disalahkan. Dialah orangnya. Bukan Cara. Cara hanya bersikap seperti apa yang dulu ia lakukan pada perempuan ini.

Galang teringat dokumen perceraian yang kini masih tersimpan rapi di kopernya. Dokumen yang sudah ia tanda tangani dan hanya menunggu Cara untuk menanda tanganinya, setelah itu perceraian di antara mereka akan benar-benar terjadi. Bukankah itu tujuan awalnya ia datang ke sini?

Love in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang