"Hayo, pada gosip apa lo?"

18 2 0
                                    

Setelah kembali dari ruang meeting, Maura menyempatkan diri menuju toilet lebih dulu. Ia harus menenangkan dirinya karena efek tingkah Abhi tadi

"Ternyata, lo masih segitu suka nya sama mas Abhi ya Mau" suara itu terdengar dari balik tubuhnya

Dari pantulan kaca, Maura bisa melihat dengan jelas kehadiran Ayu disana.

Tak ingin menyahutinya, Maura membasuh tangannya kemudian menarik tissue hendak beranjak keluar

"Gue ingetin ya Mau. Mas Abhi itu punya gue, jangan deh lo coba coba usik dia" ujar Ayu

Langkah Maura terhenti mendengar itu. Ia berbalik menatap nyalang Ayu. Emosi nya itu mulai terpancing

Gadis itu tersenyum tipis, melangkah mendekat kearah Ayu "Dengar ya Ayu Ningtyas, gue ngga peduli" katanya tegas dan menatap Ayu tajam. "Sama sekali ngga peduli Abhipraya punya siapa. Gue ngga tertarik" tekan gadis itu

Telunjuknya terangkat tepat didepan wajah Ayu "Kalau lo bilang gue masih suka sama Abhipraya, gue rasa lo juga masih ngejar ngejar mantan pacar gue itu, kan?" ujarnya santai sarat akan nada merendahkan

"Usaha lo kencengin dikit lagi, kali aja bisa berhasil. Ngga kayak kisah lalu, mental" ujar Maura kemudian berlalu meninggalkan Ayu yang memendam amarah.

"Maura brengsek!!!!" teriaknya keras bahkan masih bisa didengar oleh Maura

Setiba dimeja kerjanya yang berada tepat diluar ruangan pak Bram, Maura duduk sejenak. Menarik nafas berkali kali untuk menenangkan amarah dalam diri nya.

Tingkah Ayu berhasil membuat Maura mengingat kisah bertahun lalu yang kembali membuat nyeri di dada.

Ayu, Abhi dan Maura.

Cerita masa lalu yang bertemu lagi dimasa kini. Maura harus menyiapkan diri untuk kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi nantinya.

Hingga suara intercom miliknya berbunyi, menarik Maura dari emosi nya

"Ya pak Bram" sapa Maura lebih dulu

"Maura, tolong keruangan saya sekarang ya" pinta pak Bram

Begitu panggilan terputus, Maura menarik ipad dari atas meja kemudian dia melangkah menuju ruangan pak Bram

Gadis itu mengetuk pintu lebih dulu hingga suara sahutan dari dalam terdengar mempersilahkan masuk.

"Permi..si" suara Maura terputus ketika melihat sosok yang duduk dimeja seberang pak Bram.

"Masuk Mau. Ada yang ingin saya sampaikan" ujarnya.

Maura melangkah mendekat, ia memilih untuk tetap berdiri dibalik tubuh Abhi

"Duduk Mau, ada yang ingin saya dan pak Abhi bicarakan" perintah pak Bram tidak bisa ia tolak, dengan terpaksa Maura duduk disebelah Abhi

Jantung Maura berkali kali berdetak dengan cepat. Wangi khas milik Abhi semakin membuat nyeri pada hati gadis itu. Dalam diri Maura, jelas ia merindukan Abhi. Sangat merindukan. Ingin rasanya Maura memeluk tubuh pria itu, namun Maura tentu enggan kembali membuka luka lama.

Maura sempat melirik pria itu sekilas, tidak ada pergerakan sama sekali dari Abhi. Pria itu tampak santai dengan raut wajahnya yang selalu datar.

Maura ingat, ketika mereka bersama duku hampir tidak pernah Abhi menyuguhkan wajah datarnya pada kekasih hatinya. Abhi selalu menjadi pria humoris dan ceria.

"Jadi Maura saya panggil kamu kesini karena ada yang ingin saya sampaikan. Sebenarnya saya berat menyampaikan ini Mau" ucapan pak Bram tertahan membuat Maura mengernyit heran.

PAST - FUTURE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang