Masih Cinta

155 36 2
                                    

(Playing : Kotak - Masih Cinta)

(Disclaimer : Abaikan jam yg di chatnya ygy~ hehehe)

« "Mba Pacar" »

•••

Kejadian dua minggu yang lalu membuat Arin benar-benar tidak dapat tidur nyenyak. Untuk makan saja Arin tidak berselera. Ia merasa bersalah dan sungguh kecewa pada dirinya sendiri yang bertindak sangat egois. Mementingkan kebahagiaannya sendiri, padahal ada perasaan orang lain yang menjadi korbannya. Meskipun, toh, Arin memang tulus mencintai Wandi, tetapi, ia tidak jujur perihal hubungannya.

Kebiasaan Arin masih sama seperti sebelum-sebelumnya ketika ia sudah tidak bisa lagi menghubungi Wandi, yakni menatap room chat nya bersama sang pujaan hati. Tatapannya berakhir pada pesan-pesan terakhir yang dikirimnya dan itu membuat matanya terasa panas. Ia menghela napas berat sambil sesekali mengedipkan matanya.

Sejujurnya, Arin masih mencintai Wandi. Namun, ia juga tak dapat memaksakan perasaan gadisnya itu. Jadi, Arin mencoba pasrah dengan kehidupan percintaannya bersama Wandi. Walaupun jauh di dalam lubuk hatinya, ia ingin kembali menjalin kasih dengan gadis tersebut.

Bunyi ketukan pintu pada kamarnya membuat Arin terkesiap dari lamunannya.

"Kak, dipanggil Bunda, tuh, disuruh makan," seru sang Adik dari luar kamar. "Kak? Gue izin masuk, ya," lanjutnya lagi dan langsung membuka pintu kamar sang Kakak.

Jovanka menatap Kakaknya yang sudah tampak seperti mayat hidup. Wajahnya tidak secerah biasanya. Ia menghela napas panjang ketika melihat betapa amburadul nya sang Kakak.

"Kak, lo cuti kerja bukan buat sedih-sedihan gini. Gue nggak suka, ya, liat lo udah kayak zombie, jelek banget. Mana Kakak gue yang cantik, judes, dan galak itu?"

Arin melirik lemah Jovanka. Ia sungguh tidak bertenaga untuk membalas ucapan menyebalkan dari Adiknya itu, tetapi, kalau tidak dibalas, Arin takut Jovanka akan semakin melunjak.

"Pergi lo, Dek, dateng-dateng malah ngajak ribut."

Jovanka terkekeh. "Abisnya muka lo suram banget. Lo nggak mandi apa? Mandi, gih, Kak, sekalian keramas biar seger pikiran lo. Terus, turun buat makan, ditungguin Bunda, tuh."

Arin memutuskan untuk mengambil cuti kerja. Pikiran dan hatinya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Jadi, daripada pengaruh ke pekerjaannya, Arin memilih cuti sementara dan pulang ke rumah orang tuanya. Selain itu, ia juga rindu masakan sang Bunda.

"Keluar, lo, ntar gue nyusul. Gue mau ke kamar mandi bentar," usir Arin sambil mendorong tubuh Jovanka.

"Anjir, lo kecil-kecil tenaganya kuat juga. Untung gue nggak jatuh."

"Berisik," dumel Arin yang segera meninggalkan Jovanka untuk berjalan ke kamar mandi.

Jovanka menatap nanar punggung sang Kakak. Ia sampai menghela napas panjang dibuatnya.

"Lo yang bikin rumit sendiri hubungan lo sama kak Wandi. Udah dikasih saran juga, bebal banget jadi kakak, heran." omel Jovanka pelan lalu beranjak dari kasur Arin.

"BUNDA! KAK ARIN MASIH SEMBUNYI DALEM SELIMUT, TUH!" teriak Jovanka ketika sudah sampai pada ambang pintu kamar Kakaknya. Dasar Jovanka jahil.

Sementara itu, Arin yang mendengar teriakan Jovanka mendelik seketika. "Anjir! Adek laknat emang."

Mba Pacar [WENRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang