One Day With You

537 53 3
                                    

(Playing : Lany - I Love You So Bad)

« "Mba Pacar" »

• • •

Hari Minggu biasanya diisi dengan berdiam diri di rumah. Sekadar beristirahat atau melakukan kegiatan lainnya di dalam rumah karena Wandi terlalu malas untuk pergi. Namun, akhir-akhir ini rutinitas tersebut berubah. Minggu tenangnya kini dihabiskan untuk kencan bersama kekasih 'senior'nya.

"Udah lama nunggu, Mba? Maaf, ya, tadi aku beberes dulu," ucap Wandi ketika masuk ke dalam mobil Arin dengan tergesa.

Arin tersenyum sambil menggeleng pelan. "Nggak begitu lama, kok. Aku masih sanggup kalopun harus nunggu kamu seribu taun lamanya," balasnya mulai menggombal.

Bibir Wandi terangkat ke atas sebelah sembari tangannya yang sibuk mengaitkan sabuk pengaman. "Masih pagi, lho, Mba. Udah ngegombal aja," katanya dengan agak tersipu sebenarnya.

"Justru karena masih pagi, kalo nanti-nanti belum tentu bisa gombalin kamu."

"Ya, ya, ya, terserah kamu aja, Mba, sesenengnya kamu," balas Wandi pada akhirnya. "So, where are we going?" tanyanya penasaran.

Si pemilik mobil belum berniat untuk meninggalkan tempat yang digunakannya untuk menunggu Wandi. Arin masih berpikir sambil jari-jarinya yang mengetuk kemudi dengan asal.

"Kamu maunya ke mana?" tanya Arin balik dan menoleh ke samping guna melihat wajah Wandi.

Wandi balas tatapan Arin. Untuk sejenak, tatapan mereka terkunci. Mengamati wajah masing-masing hingga jantung Arin berdetak tak karuan rasanya saat menatap kekasihnya itu.

Dua menit setelahnya, keduanya sama-sama tersadar dan memutus kontak mata mereka dengan salah tingkah.

Arin berdehem. "Mmm... Gimana kalo kita sarapan dulu di tempat favoritku? Di sana nasi uduknya enak banget, kamu doyan nasi uduk, nggak?"

"Su-suka, k-kok," jawab Wandi terbata. Ia masih dalam tahap menormalkan degub jantungnya.

Sebenarnya, Wandi juga tidak tahu dengan dirinya sendiri dan kalau boleh jujur, Wandi belum memiliki rasa cinta pada Arin. Namun, ia sudah ada sedikit rasa sayang sekaligus nyaman jika dekat dengan Arin. Wajar saja Wandi merasa seperti itu karena mereka berdua juga baru mengenal satu sama lain ketika sudah menjalin kasih dan itu pun belum semuanya ia ketahui.

"Kenapa? Kok, diem?" tanya Arin melirik sekilas ke samping sambil matanya yang fokus ke jalanan di depannya. "Kamu ada yang mau diomongin? Ngomong aja sini, aku bakal dengerin," lanjutnya masih fokus menyetir, kedua tangannya sangat lincah memainkan kemudi.

Wandi ambil napas terlebih dahulu sebelum ia buang kasar. "Kalo aku jujur, Mba Arin marah, nggak?" tanyanya takut-takut.

"Soal apa emang?"

Wandi menatap sekilas Arin, lalu menunduk sambil menggigit bibir bawah bagian dalamnya. "Maaf ya, Mba, aku belum bisa bales perasaan Mba Arin sepenuhnya," ucapnya pelan tetapi masih bisa terdengar oleh Arin.

Mendengar pernyataan tiba-tiba dari Wandi tentang perasaan kekasihnya itu, refleks membuat Arin mengencangkan pegangan tangannya pada kemudi. Mendadak ia juga jadi deg-degan. Ketakutan-ketakutan yang tak seharusnya dipikirkan, menjalar begitu saja di pikirannya.

Mba Pacar [WENRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang