Saran (Nggak Mutu) dari Best(a)i

396 49 7
                                    


Tak disangka, hubungan yang terjalin antara Wandi dan Arin sudah memasuki bulan kelima. Selama itu pula mereka menjalaninya dengan cukup bahagia seperti pasangan kekasih pada umumnya. Mereka juga perlahan mulai memahami satu sama lain sedikit demi sedikit, seperti halnya kebiasaan-kebiasaan yang tidak diketahui sebelumnya.

"Kamu kenapa milih jurusan kedokteran gigi?" tanya Arin penasaran.

Saat itu, Wanda sedang berada di apartemen Arin. Lebih tepatnya, Arin yang meminta agar Wanda bisa sesekali mampir ke apartemennya untuk bermain atau bersantai. Bisa sekalian menghemat budget kencan juga.

Tidak, Arin bukan orang pelit, hanya saja terkadang ia terlalu malas untuk pergi ke luar. Ia sudah sangat lelah karena pekerjaannya.

"Pengen aja, itu juga udah jadi cita-cita aku dari kecil," jawab Wandi menatap sekilas Arin, lalu kembali menonton film di ruang tamu apartemen kekasihnya itu.

Arin mengangguk sebagai jawaban, lalu ia melihat agak risih ke arah Wandi. "Aku perhatiin, kamu sering banget gigit-gigit kuku, nggak baik, lho, Sayang. Nanti kuku kamu jadi jelek," ujarnya sembari menarik tangan Wandi yang sedang menggigit-gigit kecil ujung kuku jarinya.

"Udah jadi kebiasaanku, Mba."

Arin menghela napas. "Sekarang jangan dibiasain, Wandi..." katanya sambil menarik tangan Wandi untuk digenggam dan diletakkan di atas pahanya agar tidak menggigit-gigit ujung kukunya lagi.

"Oke," jawab Wandi singkat sambil sesekali mencuri pandang ke arah Arin.

Sebenarnya, Wandi sedikit kurang nyaman dengan penampilan Arin saat itu. Pasalnya, Arin hanya mengenakan kaos kebesaran serta dalaman yang sangat pendek dan juga tipis.

Sungguh, kalau saja Wandi yang tidak kuat-kuat iman, Arin akan habis olehnya saat itu juga, tetapi Wandi bukan gadis yang sembrono. Ia masih menjaga Arin dengan tidak menyentuhnya lebih jauh. Wandi hanya terlalu gugup saja saat itu.

Setidaknya, untuk sekarang. Eh!

Arin masih fokus pada film yang sedang ditontonnya, sementara itu, Wandi sudah tidak fokus lagi gara-gara sang kekasih.

"Mba Arin..." panggil Wandi pelan.

"Hng?"

Hening. Arin sampai harus menoleh ke samping guna melihat Wandinya yang lama tidak menjawab.

"Kenapa?"

Wandi menghela napas untuk menetralisir kegugupannya. "Mba Arin kalo di rumah pake baju begini? Nggak ada baju yang lebih baikan, gitu?"

"Iya, aku selalu gini kalo di rumah sendiri. Malah, sering pake lingerie, sih," jawab Arin tanpa beban.

Jawaban yang diberikan Arin membuat Wandi melotot terkejut. Ia menelan salivanya berat ketika mendengar kata 'lingerie' yang keluar dari mulut Arin.

"Udah jadi kebiasaan aku dari dulu. Toh, di apartemen sendiri ini, kalo ada tamu, baru ganti baju yang bener. Kecuali tamunya dua sahabat laknatku, ngapain ganti juga, orang sahabat sendiri," imbuh Arin menjelaskan.

Mba Pacar [WENRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang