Masih bagian dari masa lalu...
______________"Hai Javier. Gila! Tubuh kamu keren banget. Berotot gitu. Lihat aku! Kurus jangkung begini. Eh, kamu nanti masuk smp mana? Biar bareng daftar sekolahnya kita?" Zafran menyapa akan kepulangan Javier yang entah darimana. Sejam yang lalu dirinya baru tiba seorang diri dari luar negeri. Hanya mengikuti keinginannya untuk menepati janji segera kembali pada teman gadisnya. Selain itu dirinya juga rindu tempat kelahirannya begitu juga keluarganya disini.
Javier tak menjawab. Netra coklat gelapnya memindai bagaimana Zafran tumbuh sekarang. Ya tak jauh beda dengan masa kecilnya. Hanya saja sepupunya itu tubuh dengan tinggi melampauinya. Perbedaan paling mencolok dari keduanya adalah fitur wajah. Wajah Javier makin bule atas genetik yang diturunkan Damian padanya. Tubuhnya pun dibekali otot besar. Tingginya tetap dalam batas wajar.
Sedang Zafran menuruni seluruh gen Prayudha. Tumbuh tinggi dari anak seusianya. Badannya kurus tapi tetap proposional. Mata yang bulat bening seperti anak rusa. Dibanding Javier yang putih warna kulit Zafran sedikit lebih gelap seperti madu.
"Jangan sok akrab! Emangnya kita kenal? Lalu jangan harap kita satu sekolah! Awas aja lo daftar di sekolah yang gue incer!" Seusai mengatakannya Javier langsung meninggalkan Zafran yang masih terheran akan sikap Javier yang terus saja memusuhinya. Sebenarnya dirinya punya salah apa sih?
Tapi daripada memikirkan Javier lebih baik dirinya bersiap menemui Berlian kesayangannya. Sudah lama mereka tak bertemu. Pasti gadis itu tumbuh dengan cantik seperti namanya.
"Bey. Aku pulang. Aku harap kamu masih ingat aku."
Lalu pemuda tanggung itu berjalan ke luar rumah. Diiringi mata Javier yang tak lepas memandang kepergian sepupunya itu. Bahkan Javier dengan jelas mendengar apa yang diucapkan Zafran.
Sebenarnya Javier yang masih penasaran akan Zafran tak benar-benar menjauh. Tapi bersembunyi di balik tembok lalu mengawasi gerak-gerik Zafran. Awalnya dirinya hanya penasaran akan reaksi Zafran padanya. Dan yang dirinya dapatkan hanyalah sebuah raut bodo amat dari sepupunya itu. Sepertinya Zafran memang sangat tertarik dengan manusia bernama Bey. Siapa Bey?
Rasanya Javier pernah mendengar nama itu?
***
Makan malam yang meriah. Hampir segala makanan terhidang. Hanya karena kepulangan cucu kesayangan keluarga ini. Javier sebenarnya malas tapi dirinya masih punya adab sedikit untuk menghargai usaha neneknya.
Lagipula dirinya sudah kebiasaan ikut makan malam. Menebus karena Javier bisa seharian tak pulang ke rumah. Kemana saja asal hari belum gelap. Lagian Javier harus menyempatkan diri untuk bertemu dengan orang rumah. Hanya sekedar mengingatkan bahwa dirinya masih hidup. Tetapi malas bersosialisasi saja dengan manusia-manusia di rumah ini.
Javier duduk di ujung meja makan. Bersebrangan dengan Prayudha. Di sisi kiri papi mami dan adiknya Xavier. Sisi kanan ada Daniar, Zafran lalu om Idan. Semuanya dengan hidmat makan dengan tenang.
Sampai kakeknya Prayudha membuka mulut dan memulai obrolan saat makanan itu sudah habis dimakan.
"Zafran. Senang gak balik ke Indo lagi?" Tanya Prayudha.
Zafran dengan wajah murungnya pun hanya mengangguk sebagai balasan. Tadi siang perasaan masih senang-senang saja Javier lihat. Ada apa dengan cucu kesayangan kakek itu?
"Terus kenapa mukanya ditekuk gitu kalau senang? Oh ya, bukannya kamu tadi berkunjung ke rumah pak Surya? Ketemu gak sama Bey-mu itu? Kakek sampai gak habis pikir loh saking gak sabarnya kamu nunggu supir kakek malah kamu berangkat sendiri naik taksi ke sana. Cucu kakek satu ini sudah besar ya, berani jalan sendiri lagi." Pujian yang begitu menggelikan di telinga Javier. Mari kita lihat respon sang bintang utama di cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End)
FanfictionBerlian terpaksa menjadi pengantin pengganti atas kaburnya adik kandungnya tepat di malam sebelum pernikahan itu terjadi. Tak ingin membuat dua keluarga tambah malu dirinya harus rela menjadi istri lelaki yang tadinya akan jadi suami adiknya. Harusn...