Blossoming Connection

132 13 1
                                    


Yibo berdiri memandang gemerlapnya lampu kota dari jendela besar di apartemennya yang terletak di salah satu gedung bertingkat mewah di pusat kota. Seharusnya ia sudah tertidur saat ini, mengingat banyaknya tugas yang  dikerjakan tadi siang. Namun, kali ini rasa kantuk tidak juga menghampiri dirinya. 

Berbeda dengan anggota keluarga lainnya, tempat tinggal Yibo hanyalah sebuah apartemen dengan dua kamar walau memang terletak di lingkungan elit. Ia tidak mempunyai banyak barang pribadi di sini. Hanya sebuah lemari yang menyimpan koleksi helm terbatas dan beberapa hadiah dari teman-temannya saat Yibo berada di luar negeri. Beberapa piala terpajang rapi di atas sebuah rak gantung. Beberapa di antaranya merupakan hasil kejuaraan balap motor. Sejumlah berkas terkait dengan pekerjaannya tergeletak di sofa sementara laptopnya dibiarkan menyala di atas meja. Sesuai perintah yang ia dapatkan, Yibo harus mempersiapkan laporan awalnya di divisi marketing, tapi pemuda itu sedang tidak ingin melakukannya saat ini. 

Pikiran pemuda itu kini tengah tertuju kepada Xiao Zhan. Walau sepertinya ia terlihat bagaikan sosok yang tidak punya emosi, Yibo sangat mengerti bahwa Xiao Zhan tertarik padanya. Tentu saja, semua orang pasti bisa melihat kalau sang manajer sepertinya dengan sengaja meluangkan waktu untuk sekadar menyapanya di pagi hari atau sekadar bertanya apa jenis kopi favoritnya saat mereka berpapasan di ruang pantry. 

Yibo sebenarnya tidak ingin terus mempertahankan sosoknya yang pendiam di depan Xiao Zhan, tetapi ia masih mempunyai tugas yang harus dilakukan dan Yibo menyakini kalau ia hanya akan menambah masalah jika dirinya terlibat asmara dengan satu-satunya “Kekasih idaman” di kantor mereka. 

Sebuah dering dari gawainya membuat Yibo mengalihkan pandangan dari jendela. Ia meraih benda tersebut dan melihat nama yang berpedar di layar.

“Halo, Ma,” sapanya.

“Yibo, kau masih belum tidur? Sudah larut malam ini.” Suara seorang wanita terdengar.

“Ada beberapa hal yang masih harus kuselesaikan, Ma.”

“Tumben. Apa pekerjaan barumu benar-benar menyita waktu hingga kau masih terjaga sampai sekarang?”

“Bukan begitu, Ma. Hanya saja….” Yibo kembali terdiam. Ia masih bimbang apakah harus menceritakan soal Xiao Zhan kepada sang ibunda.

“Ada sesuatu yang mengganggumu? Atau mungkin seseorang?” tanya Nyonya Wang dengan nada penuh khawatir.

“Tidak ada yang menggangguku, Ma. Rekan kerjaku sangat baik.”

“Termasuk si manajer?”

Sebuah senyuman kecil terulas di wajah Yibo saat mendengar perkatanya Ibundanya. 

“Ah, putraku ternyata hanya seorang manusia biasa yang tergoda oleh pesona seorang Xiao Zhan,” goda Nyonya Wang.

“Bagaimana–”

“Wang Yibo, aku ini ibumu, Apa kau pikir aku hanya wanita biasa yang berdiam di rumah dan tidak tahu apa-apa?” 

Mendengar perkataan ibunya, Yibo kembali tertawa kecil. Sejak saat ia kanak-kanak dulu, sang Ibu memang selalu berhasil meredakan ketakutan yang ia rasakan dengan sekadar candaan atau perkataan sederhana, bahkan ketika ia harus menjalani operasi yang mungkin saja akan merenggut nyawanya saat itu. 

“Aku hanya khawatir, Ma,” ujar Yibo setelah beberapa saat terdiam. “Aku mempunyai tugas di tempat ini dan harus memenuhi harapan Papa. Bukannya menjalin hubungan asmara,” ujar Yibo. Pemuda itu menghela napas panjang seraya kembali memandang ke luar jendela.

“Yibo, kau bukanlah ayahmu. Kau tidak harus mengikuti seperti apa yang ia lakukan. Sejak dulu, kami selalu membebaskanmu untuk mengejar hal yang kau sukai. Termasuk siapa pun yang akan kau jadikan kekasih” Nyonya Wang berusaha meyakinkan putra bungsunya tersebut. 

Mendengar perkataan ibunya, pikiran Yibo kembali tertuju kepada Xiao Zhan, bagaimana senyumannya mampu memberikan semangat dan menenangkan. 

"Aku tidak tahu apa harus membiarkannya masuk ke dalam hatiku, Ma."

"Xiao Zhan pasti sangat istimewa sampai berhasil memukau putraku dalam beberapa hari." Terdengar suara tawa kecil dari Nyonya Wang. "Dulu aku juga merasakan hal yang sama saat bertemu ayahmu, Yibo. Kami sangat berbeda tapi dia adalah satu-satunya yang bisa melihat aku yang sebenarnya dan bukannya seorang gadis kaya yang manja."

"Jadi, Papa yang mengejarmu dulu?"

"Tentu saja, memangnya kau pikir, Mama akan mengabaikan harga diri Mama untuk sekadar mengejar seorang pria?" Nyonya Wang kembali tertawa kecil. "Papamu berhasil memukau Mama dengan perhatian kecil yang ia lakukan setiap hari  sehingga ketika akhirnya ketika ia menyatakan perasaannya, aku baru menyadari bahwa aku juga mempunyai perasaan yang sama."

Yibo terdiam mendengar perkataan ibunya. Pikirannya lagi-lagi tertuju ke arah Xiao Zhan dan bagaimana pria muda itu selalu memberikan perhatian khusus terhadapnya. 

"Aku tidak tahu harus berbuat apa, Ma," keluhnya.

"Percaya pada hatimu, Nak. Kau akan mengetahui apa yang seharusnya kau lakukan," saran Nyonya Wang. "Jangan lupa, bawa dia ke rumah ketika kalian sudah menjadi lebih dekat. Kami ingin melihat seperti apa seseorang yang mampu memukau putraku." 

Kali ini giliran Yibo yang tertawa kecil. Setelah berkata bahwa ia akan menyanggupi permintaannya, Yibo mengakhiri pembicaraan telepon dengan sebuah perasaan yang jauh lebih tenang. Kenyataan bahwa kedua orang tuanya tidak mempermasalahkan siapa yang ia suka membuat sebagian kekhawatirannya menghilang. 

The Lover's PlaybookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang