Hari sudah berganti. Perkuliahan berlalu. Tugas-tugas sudah terselesaikan dengan baik. Kini tinggal menunggu jadwal UAS.
"Udah muncul!" teriak Syifa begitu tiba di depan pintu kamar kos Safa.
Safa yang sedang merapikan sepatu ke rak, mengernyit. Dia tidak tahu apa maksud Syifa. Tiba bukannya salam, tapi memberi informasi tidak jelas.
"Apa?" tanya Safa karena Syifa sepertinya tak berniat untuk menjelaskan. Safa mengikuti Syifa masuk kamar.
"Jadwal ujian. Udah lihat?" tanya Syifa.
"Alah, paling masih dua minggu lagi. Kelas kita kan selalu akhiran," cetus Safa.
Syifa membenarkan dengan mengacungkan jempol tangan.
"Mending unduh dulu kartunya. Daripada lemot sistemnya," kata Safa. "Punyaku sekalian maksudnya," lanjut Safa sambil terkekeh.
Tok tok tok!
Walau pintu terbuka, ada orang yang bersopan santun mengetuknya.
"Eh, Pak Indra," kata Syifa yang lebih dulu melihat keberadaan Indra.
"Ladies, pergi, yuk!" ajak Indra.
"Ogah!" kata Safa. Bersamaan dengan itu, Syifa mengiyakan.
"Aku nggak mau. Nanti dikira merayu biar dapat nilai bagus," kata Safa.
Indra kembali mengetuk pintu.
"Apa sih, Pak!" Safa sedikit meninggikan suara.
"Loh, bukannya kamu kalau permintaannya nggak terkabul selalu berbuat seperti ini di kamar saya? Kok saya nggak boleh," protes Indra.
Syifa sebagai saksi mata atas kelakuan Indra dan Safa selama ini menutup mulut untuk menahan tawa.
Pada akhirnya, perempuan tetap menang. Indra menyerah dan keluar sendiri.
"Kok ditolak, sih?" tanya Syifa.
"Aku cuma malas. Kita nggak sedekat itu untuk dekat satu sama lain," jelas Safa. Kini memakan sosis, persediaan di kamar untuk pengganjal perut.
"Kemarin jalan, besok nggak, jalan lag ...." Omelan Syifa terputus karena sorot tajam mata Safa.
"Kamu ingat kan mottoku?"
"Daripada sengsara karena cinta, mending menua di panti jompo," kata Syifa dengan lancar.
Syifa mengacungi jempol. "Sudah, ya. Mau mandi dulu," pamit Safa walau kamar mandinya ada dalam kamar.
"Cinta baru tahu rasa, Saf. Gue sumpahin!" kata Syifa agak keras agar Safa dengar.
"Nggak dengar!" teriak Safa dari kamar mandi.
Selesai mandi, dihadapkan dengan Syifa yang heboh. "Lihat, pengumuman di kelas. Katanya mata kuliah Pak Mar bebas UAS kalau mengumpulkan hasil karya nyata yang sudah diterbitkan di penerbit," jelas Syifa sambil menyodorkan ponsel pada Safa.
Safa menutup mulut saking terkejutnya, matanya melebar, dan tak bisa berkata-kata. "Gas, ayo kita kumpulkan karya kita. Siapa tahu Pak Mar suka, kita bisa dapat relasi lebih luas. Karena Pak Mar kan relasinya luas."
"Jadi buku kita yang di Penerbit Pad laku keras," kata Syifa antusias.
Mereka berdua melakukan tos.
"Aku ganti baju dulu, habis ini kita langsung ngurus," kata Safa.
Pict by pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Mekar Kembali
Teen FictionBahkan jomlo dari orok pun tahu rasa sakit karena kandasnya hubungan. Apalagi Safa yang sering sakit hati layaknya flu, musiman. Cerita ini adalah cerita yang dikemas ringan. Menceritakan kehidupan mahasiswa yang membosankan karena tokohnya termasuk...