Bab 9 Jajan

2 1 0
                                    

Safa duduk di pinggir jalan, makan bola-bola telur.

Irwan sudah membujuknya untuk jangan makan di sana karena banyak orang berlalu-lalang.

Safa menolak dengan alasan sudah sangat lapar.

Karena kesal, Irwan mempunyai ide untuk membuat Safa kesal. Dia memanggil seorang yang jalan sendirian. Anak itu tak terlihat panik, sepertinya dia sudah familiar dengan daerah sini.

Irwan mendekati perlahan, takut disangka penculik. Dia mengiming-imingi anak tersebut dengan uang jajan yang jumlahnya tidak sedikit untuk anak kecil.

Anak tersebut mau, lalu melancarkan aksinya. Dia berlari, menabrak Safa dan menumpahkan minuman ke pakaian Safa.

Setelah aksinya, anak itu lari menjauhi Safa.

"Bikin kaget aja," gumam Safa. Dia membersihkan celana tanpa marah.

Di luar dugaan Irwan. Dia yang semuala berencana tertawa, kini menjadi tak bisa berkata-kata.

"Pulang, yuk!" ajak Safa.

Irwan menjadi merasa bersalah. Dia membuntuti Safa. "Nggak jadi beli sosis bakar?"

"Nggak. Bajuku kotor," jawab Safa.

"Kubelikan baju baru," kata Irwan menunjuk sebuah butik.

Safa tersenyum senang. "Ayo!" Safa tak sengaja menarik tangan Irwan.

(Sumber gambar : pinterest)

Setelah memilih, itulah pilihan Safa. Dia sangat berterima kasih pada Irwan.

Selanjutnya, Safa mengajak Irwan membeli bakso bakar di pinggir jalan.

"Eh, Irwan," sapa seorang wanita.

"Halo, Man."

Mereka bersalaman.

"Aku buru-buru. Selamat jalan-jalan sama adikmu." Wanita itu berlalu.

Nyut!

Adik? Apa Pak Irwan menganggap aku sebagai adik? batin Safa.

Setelah puas jajan, Safa langsung mengajak pulang.

"Sudah nggak bete lagi?" tanya Irwan di perjalanan pulang.

"Masih," kata Safa. Tapi betenya berubah sumber.

"Apa kita jalan lagi aja?" goda Irwan.

"Nggak!"

Okelah, karena sepertinya Safa sudah mangkel polll. Mari kita akhiri perjalanan duo sejoli ini.

Safa sudah tiba di rumah. Irwan pun sudah pulang. Rumah sunyi karena para penghuninya belum berkumpul.

Safa memutuskan untuk duduk di ruang tamu. Dia terlalu malas untuk kembali ke ruang makan.

"Cieee habis kencan," ledek Nata.

Safa hanya diam.

Memahami situasiny, Nata duduk di samping Safa. "Mau minum nggak?" Bukan menanyakan keadaan, Nata lebih memperhatikan kebutuhan Safa.

Safa mengangguk.

Dengan semangat, Nata mengambilkan segelas air ke dapur. Lalu kembali ke samping Safa. Gadis itu  ikut diam hingga Safa mengajak bicara.

"Baunya sedap banget. Nini masak apa sih?" tanya Safa.

"Sop daging sapi, sayurnya wortel sama kentang," jelas Nata.

Mereka makan malam dalam diam. Sebenarnya, Safa tidak nafsu makan. Tetapi jika tidak makan, Ayahnya akan memaksa dengan menggendongnya. Gadis itu sadar sudah tak pantas diperlakukan seperti itu. Dia merasa dirinya lebih berat.

Ketika Cinta Mekar KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang