10. HANGATNYA PELUKAN AYAH

10 7 0
                                    

Flashback of :

"Sudah lama sekali, terakhir kali kita bertemu anak itu tak sekurus ini. Dan banyak sekali yg berubah pada dirinya," lirih Rey saat keluar kamar.

Flashback on :

"Dia masih pakai seragamnya, ga mungkin dia sekolah sepagi ini," lirih curiga Bagaskara.

Tiba-tiba sang anak menghampiri ayahnya sembari meraba-raba dinding karena ia masih terlihat lemah setelah bangun dari pingsannya.

"Mau ngapain kamu? Kamu tidak punya mata?? Lihat jam, itu jam berapa. Ini bukan waktunya untuk bermain-main Zean" tegas sang ayah.

"Ayah, Zean minta maaf. Maaf karena Zean ga menepati janji semalem." Padahal ia belum selesai berbicara, namun ayahnya menyalip pembicaraan.

"Saya tidak punya waktu untuk berbicara dengan kamu Zean Bagaskara" tegas ayah nya.

Lalu Zean angkat bicara lagi sembari memohon mohon kepada ayahnya. "Tolong yah, kali ini aja, tubuh Zean semuanya sakit, kaki juga sering susah digerakin... Zean takut yah."

Tiba-tiba Rey terdiam, dan ia menatap sang anak yg tak berdaya didepannya dengan tatapan yg sulit diartikan. "S-sakit...Yah..."

Anak itu mengeluh, dan mengungkapkan isi hatinya dengan suara yg sedikit bergetar dan serak pada sang ayah. Namun, jawaban sang ayah benar-benar diluar kepala.

"Saya kirimkan kamu uang, pergi berobat sendiri," tanya tawar sang ayah.

"Zean ga butuh uang ayah, Zean cuma mau ayah. Bayangin 1 bulan ayah diemin Zean, dan seolah-olah ayah ga anggap Zean ada. Gak cukup ayah benci Zean terus-terusan?? Zean harus gimana supaya ayah bisa sayang Zean seperti ayah sayang bunda dan Rio."

Ucap panjang lebar Zean, kedua bola mata memerah. Tidak ada lagi tatapan penuh harapan dikedua matanya. Zean, menyerah dan putus asa untuk melelahkan hati sang ayah.

"Zean takut yah.. Zean belum mau pergi. Zean mau sembuh, mau tumbuh dewasa disamping ayah sama bunda juga" udah Zean panjang lebar yg kedua kalinya.

"Maaf, Zean minta maaf ayah, jangan terus benci Zean. Zean takut pergi sebelum dapet kata MAAF dari ayah" ucap dalam hati.

Pov : Rey.

Widya
──────────────────

(Mantan istri yg udah metong)

Dya, anak itu sudah besar. Sama seperti kamu
maaf karena saya belum bisa terima dia kembali...

Zean, merasa lemah, kakinya tak mampu menopang tubuhnya yg rapuh. Namun, sebelum tubuhnya benar-benar jatuh. Ayahnya dengan cepat menghampiri. Laku sang ayah meraih tubuh yg sedikit kurus itu.

Dalam rangkulan ayah nya, Zean merasakan kehangatan yg dulu selalu ia rasakan setiap kali cengkraman tangan sang ayah.

"Ayahh...." bisik Zean yg susah payah sembari menatap kesamping.

"Diam! Jangan banyak bicara Zean!!" Ayahnya berbicara dengan tatapan lurus. Dengan kesadaran penuh yang mulai kabur dengan cepat, Zean, merasa dihanyutkan oleh rangkulan ayahnya.

Tiba-tiba Zean terjatuh pingsan, sontak sang ayah pun dengan cepat membawa Zean ke Rumah Sakit.

Pov : Rey.

Rio
Ayah dimana?

Ayah di Rumah Sakit

Bunda
Loh, kamu sakit??

Rio
Ayah kenapa

Ayah gapapa, ayah juga ga sakit.
Tapi Zean yg lagi sakit.

"Zean?? Gua gatau harus senang atau sedih. Tapi gue tebak, lo pasti senang banget kan karena ayah ada disamping lo" ucap dalam hati Rio

"Astagfirullah, kenapa lagi dengan anak hamba. Dia sakit apa, tolong beri kesembuhan untuk anak hamba," khawatir Bunda nya.

Skip, Dokter keluar ruangan

Pembicaraan dokter dan Bagaskara.

"Dengan wali dari pasien"

"Iya saya ayahnya"

"Begini, kondisi anak bapak sudah melewatkan pengobatan 1 bulan yg lalu, dan kini kankernya menyebar dengan sangat cepat. Penyakit kanker anak bapak sudah memasuki stadium 3, lalu kondisinya juga sudah memburuk sejak 2 minggu kebelakang. Namun, anak bapak lebih memilih menghentikan pengobatan nya.

"Ini ga salah denger kan," lirih Zean didalam kamar.

Setelah memberi info, dokter pun pergi.

"Ya Tuhan kenapa secepat ini??" Lirih Bagaskara.

Lanjut bab 11, up 2-3 hari sekali
dah dulu, mimin capek banget
Besok' lagi yaa, klo ada waktu!!

Follow dan vote terus yaa
Babayyy👋👋😘

Komen ya klo ada yg typo, maaf yaww




DEAR ZEAN BAGASKARA  [JAEMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang