16. HADIAH PALING SPESIAL

14 7 0
                                    

Lauren, perempuan yang tengah berbadan dua itu menepuk pelan bahu suaminya. Sontak kaget, Bagaskara pun menoleh, kemudian ia memberikan senyuman tipis pada sang istri dan bertanya.

"Ada apa sayang?? Kamu capek?? " tanya Bagaskara, seraya menatap mata indah sang istri. Lauren menggeleng, lalu ia menjawab. "Kamu gak jenguk Zean? " tanya balik Lauren.

Bagaskara menghembuskan nafas panjang, dan memalingkan wajahnya dari hadapan sang istri. "Aku mau jagain Rio, lagipula ada Dokter Naren juga yang merawat Zean. Jadi gausah khawatir, disini Rio lebih membutuhkan kita" balas panjang lebar Bagaskara.

"Biarkan Rio aku yang jaga, kamu jaga Zean aja. Jangan terus-terusan buat dia merasa sendiri terus, mas. Tolong, temani dia? Lagipula kamu belum tahu kan kondisi Zean gimana" jawab Lauren panjang lebar, akibat emosi menghadapi sifat egois sang suami.

"Baik? Zean pasti baik-baik aja, disini Rio lebih membutuhkan ayah bukan. Ya Tuhan, aku sangat takut sekali kehilangan Rio" batin Bagaskara.

Setelah lamanya menuai perdebatan yang sangat panjang, ia pun menurut dang mengiyakan apa kata sang istri. Ia pun keluar dari kamar sang anak, Rio. Bagaskara, ia mulai menyusuri lorong Rumah Sakit yang sepi. Bagaskara, berjalan pelan dengan tangan kosong menuju ruang rawat anaknya juga, yaitu Zean.

Setelah sampai didepan pintu ruang rawat, hal pertama yang ia lihat adalah pemuda yang tengah duduk terbatuk dengan bercak darah yang coba ia tampung dengan tangan kecilnya.

Bagaskara, yang melihat anaknya susah payah menampung darah yang keluar dari mulutnya dan hidungnya juga. Dengan cepat, ia masuk kedalam ruang rawat. Tangan nya refleks memeluk tubuh kurus sang anak, Bagaskara pun mencoba menepuk pelan punggung sang anak.

Melihat itu, dengan cepatnya Bagaskara memencet tombol merah yang berada diatas brankar sang anak. Ya, Bagaskara memencet tombol itu untuk memanggil dokter dan perawat lainnya.

Dengan lembut, tangannya mengelus punggung rapuh sang anak. Dari berbagai pertanyaannya yang muncul dipikirannya, yang sedikit membuat ia stress.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan anak saya. Mengapa kondisinya makin memburuk" batin Bagaskara

Beberapa petugas medis, masuk kedalam ruang rawat. Bagaskara mundur dan keluar, memberi ruang untuk mereka memeriksa tubuh putranya.

Skipp, pemeriksaan selesai. Dokter dan perawat
lainnya pun keluar, Bagaskara pun menanyakan
kondisi putranya.

Dalam percakapan
──────────────────

"Bagaimana kondisi anak saya, dok"

"Buruk, kondisi anak bapak sangat buruk.
dari sekian banyaknya pengobatan yang
masuk, itu semua tidak membuahkan
hasil sama sekali"

"Tapi, apakah anak saya masih bisa
disembuhkan dari penyakitnya"

"Dilihat dari kondisinya sekarang, saya
ragu, bahwa waktu hidup anak bapak
tak berapa lama lagi"

"Zean, untuk ini ayah egois. Ayah ingin Zean tetap disamping ayah" batin khawatirnya sang ayah yang melihat kondisi anaknya.

"Satu lagi, anak bapak yang bernama
Zean Bagaskara, telah memutuskan
untuk menghentikan pengobatan ini"
"Bahkan dia juga melarang saya untuk
menyelamatkan dirinya. Dikemudian
hati apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan padanya"

DEAR ZEAN BAGASKARA  [JAEMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang