7. BERBOHONG

17 8 1
                                    

"Katanya mau belajar privat, baru dikasih rumus Teorima Pythagoras aja udah alesan pusing-pusing," tanya Rio pada Zean.

Rio, yg memperhatikan Zean setiap gerak-geriknya. Laki-laki yg usianya 2 bulan lebih muda dari saudaranya itu mengerjakan pemberian soal yg ia berikan dengan begitu lambat. Padahal, menurut Rio itu tidak terlalu rumit.

"Lama banget ngerjain nya," tanya Rio yg kesal pada saudaranya.

Lalu Zean menoleh, dan memberikan tatapan tajam sembari berkata "DIEMMM, GUA LAGI BERUSAHA" ketusnya.

Setelah 15 menit kemudian, Rio melihat jam pukul 22:45

"Tidur, besok sekolah??" tanya Rio. Lalu Zean menoleh dan melihat jam yg menunjukkan sudah jam 11 malam.

Sebenarnya, Zean itu sudah mengantuk dan capek. Namun, ia ingin terus belajar sampai bisa menyelesaikan soalnya itu. Pasalnya, pelajaran yg dipelajari saudaranya itu hanya masuk sedikit kedalam otaknya.

"Tidur, gue tau lo capek. Apalagi tadi siang lo habis kemo kan? Jangan banyak bohong??" Tanya Rio pada Zean. Ya, Rio itu curiga pada saudaranya karena berbohong padanya.

"Gue ga tau kenapa akhir² ini gua sering khawatir sama dia. Tapi entah rasa peduli, atau rasa kasihan," lirihnya.

"Enggak, klo lo mau tidur. Tinggal tidur duluan aja," jawab Zean sambil menulis jawaban soalnya di buku.

"Ini udah malem, papa sama bunda udah tidur. Tinggal kita berdua yg belum tidur. Lo mau dimarahin ayah lagi!?!" jawab Rio dengan tegas..

"Kenapa, takut?? Kalau takut, tidur aja duluan sana. Lagian percuma kalau gue tidur juga, nilai gue tetap jelek, yg ada gue pasti dimarahin lagi sama papa. Gue kan serba salah dimata papa," balas nya Zean panjang lebar.

Ya, memang benar. Zean itu serba salah dimata ayahnya. Sangat² berbeda dengan saudaranya yaitu Rio.

"Kok sakit yaa, denger dia ngomong gitu," ucap nya dalam hati. Tak berapa lama, Rio pun menidurkan dirinya di salah satu kursi. Matanya sudah memerah akibat menahan rasa ngantuk berat.

Namun, saat ia baru tidur beberapa menit. Ia dikagetkan dengan suara Zean yg berlari ke kamar mandi sampai kesenggol meja, yang membuat Rio terbangun dari tidurnya.

Dukk
"Anjing" ceplos nya Zean.

Rio langsung terbangun dari tidurnya, dan langsung mengikutinya ke arah pintu kamar mandi yg tertutup rapat. Tak ada suara didalam selain suara air keran yg mengalir dari wastafel nya.

"Zean, ngapain lo. Lo gapapa kan", tak ada jawaban. Rio pun meneriaki nya lagi. "Zean, lo ga jawab gue, gue dobrak ya pintunya," tetap tak ada jawaban. Entah kenapa, saat ini ia sedang dirundung gelisah.

"Kenapa harus sekarang," katanya dalam hati sambil menatap darah yg keluar dari mulutnya dan hidungnya itu.

Maksudnya Zean itu muntah darah, sekaligus mimisan.

Namun, sebelum ia mendobraknya. Pintu itu sudah terbuka duluan, dan terlihat Zean dengan wajah yg pucat, dan ada bekas bercak darah di pipinya.

Rio, menatap beku, sembari menatap Zean.

"Kita sampai sini dulu belajar nya," ucap Zean sambil menatap Rio.
"Lo kenapa??" tanya saudaranya.
"Gue? Gue gapapa, cuma kurang istirahat aja," jawab Zean dengan nada bergetar.

Zean, menarik rambutnya, dan helaian rambut itu menempel pada tangannya.

Keesokan harinya:

Jam menunjukkan pukul 07:30, posisi nya. Ayah sudah berangkat kerja, Rio masih tertidur karena hari ini adalah hari libur, dan bunda sedang tak enak badan.

Tak butuh waktu berapa lama, ia pun memulai tugasnya. Di mulai dari awal :
-menyapu
-membersihkan kaca
-mencuci piring

Namun, saat cuci piring. Kedua tangannya tiba-tiba keram. Alhasil, saat ia ingin mengambil piring tangannya kurang tepat hingga membuat piring itu jatuh dan pecah...

Pov bunda.
Bunda mendengar suara pecahan dari bawah.

"Zean, itu suara pecahan apa sayang. Kamu ada mecahin barang," teriak bunda sambil berjalan menuruni anak tangga.

Lalu Zean jawab, "Iyaa, bunda... Tangan Zean licin, jadi piring nya jatuh dan pecah. Maaf bunda."

Lalu bunda memberi tawaran, "Gapapa bunda bantuin ya??" dan Zean menjawab "Gausah bunda, Zean aja."

"Bunda aja yg beresin, kamu istirahat aja di kamar. Jangan lupa minum obat," jawab bunda.

Namun, Zean keras kepala. Ia tetap menolak, "Gapapa bunda, nanti aja" jawab Zean.

Namun, sang bunda berdecak sebal, Zean hanya pasrah karena permintaan sang bunda dengan paksa.

Disaat rasa sakit yg menusuk, kepalanya seolah memperingati bahwasa akan ada yg celaka.

Tiba-tiba ada suara jatuh, dan ia menoleh ke belakang. Ternyata benar, sang bunda terjatuh di dekat wastafel akibatnya ada sedikit air dari pecahan piring tadi, sampai membuat sang bunda pendarahan...!!!

"BUNDAA!!!" munculnya Rio dengan tergesa-gesa, Zean yg berusaha untuk mendekatkan dirinya. Namun, saudaranya itu lebih dulu menyingkirkan tangannya...

"Engga, jgn dulu. Jangan sampe bunda dan calon adek bayi pergi. Ya Tuhan, tolong..." batinnya

"Pembawa sial, mati aja lo." Batin Rio.

Rio pun merogoh sakunya, untuk menelpon sang ayah. "Halo, Yah, pulang yah. Bunda jatuh di dapur, sekarang Rio lagi bawa bunda ke Rumah sakit!!
Location📍 RS kasih bunda"


Bagaskara menjawab, "Ya sudah, kamu bawa bunda dulu, nanti ayah nyusul."

.


Lanjut bab 7, up 2-3 hari sekali
dah dulu, mimin capek banget
Besok' lagi yaa, klo ada waktu!!

Follow dan vote terus yaa
Babayyy👋👋😘

Komen ya klo ada yg typo, maaf yaww

DEAR ZEAN BAGASKARA  [JAEMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang