Bab II : hutan

17 5 0
                                    


*6 tahun kemudian*

Api menghangatkan ruang tamu, buku-buku ditumpuk rapi di rak-rak. Denken sedang duduk santai di kursi dua berlengan, sedang membaca buku Hamlet by Shakespeare. 

"aku pulang!" pintu terbuka, si ibu masuk ke rumah,membawa keranjang penuh dengan beragam-ragam makanan. "halo bu" membalas balik kata si ibu dengan mata focus ke buku tersebut. "nih, saya belikan makanan favoritmu. Kacang pistachio" si ibu berkata. Mendekati denken dan mengkecup si denken, dan menaruh kantong kain dengan kacang pistachio di meja kecil. Disebelah denken. 

"terima kasih bu" kata si denken masih focus ke buku. "bu aku mau bertanya" kata si denken, berhenti membaca buku tersebut dan balik melihat ke ibu yang sedang menuju ke dapur. 

"hm? Ada apa nak?" kata si ibu melihat ke denken dengan si ibu tetap jalan ke dapur "sayakan sudah berumur 17.... Apakah bisa saya pergi keluar? Seperti eksplorasi sekitaran. Kan ibu sudah berusaha mengajari saya. Mengajari kemampuan apa-apa saja yang bisa saya lakukan dengan benda yang saya dikaruniai ini. Jadi pasti saya tidak apa-apakan kalau saya jalan sendiri disana?"kata si denken. 

Si ibu mengehela napas "dengar nak, aku tahu. Kamu sudah mahir dengan....kemampuan mu sekarang . tapi aku masih takut nak! Bagaimana kalau...nanti orang disekitran mu tau kalau kamu pakai kemampuan ini? Bagaimana kalau kamu dihukum dengan dengan kemampuan ini? Bagaimana...bagaimana kalau kamu dikucilkan oleh penduduk-sekitaran sini!!" kata si ibu, dengan penuh kecemasan dan ketakutan medantanginya. 

 Si denken diam sejenak "ibu, aku mengerti. Ibu sangat peduli dan sayang sama saya. tapi percayalah bu, saya akan tidak akan jauh-jauh pergi dari sekitran rumah. Serta. Kita kan sekarang ini berada di Tengah hutan. Jadi saya percaya. Saya akan aman disini..."Kata si denken, menjawab perkataan ibu dengan tenangnya. 

Kata si ibu diam sejenak "mungkin... kamu berada disekitran rumah tidak akan menyakiti mu..." dia berpikir sejanak. "baiklah. Tapi mohonlah, untuk tidak pergi jauh dari rumah ini?" kata si ibu akhirnya menerima dengan khawatiran secara bersamaan. 

"iya bu, percayalah.. aku tidak akan jauh dari rumah" kata si denken. Si ibu mengangguk, denken mendekati ibu dan mengkecup si ibu sebelum pergi keluar rumah. "dah ibu" si denken menyapahnya ibunya pada saat di membuka pintu. Si ibu menyapa balik. Satu injakan keluar dari rumah, akhirnya selama beberapa tahun-tahun. Berlatih dirumah, belajar dirumah, dan selalu melihat suasana kota hanya dari pandang jendela. 

Akhirnya dia tidak terisolasi di rumah dan melihat secara dekat...Alam.. denken menghelas napas, menghirup bau dan suasana alam "menyegarkan, akhirnya" kata si denken, dengan kelegaan dan senyum mendatanginya. 

"denken.. ibu kamu mengizinkan kamu keluar?" kata seseorang jauh.. tapi rasanya dekat. Si denken balik melihat siapa yang berbica, dia melihat seseorang itu berada di atas pohon. Denken tersenyum ke seorang itu.

 "tidak ada sapaan buck?" kata denken. Buck bukan seorang manusia, tetapi hewan, Yaitu tupai. Denken sudah belajar dengan ibunya bahwa dia bisa bicara pikiran makhluk hidup, yang artinya dia bisa bicara pikiran mereka dengan hewan-hewan. Buck bicara sama denken di atas pohon. 

Si buck menghela napas "kamu masih naive juga ya, sudah berapa tahun kita Bersama-sama. Hello denken. Apa kabar? Kamu akhirnya dizinkan? Puas?" kata si buck. Denken ketawa "haha maaf. Iya aku akhirnya diizinkan keluar dirumah menyentuh alam. Tapi ibu saya menyuruh saya untuk tidak jauh-jauh dirumah. "kata denken dengan sedikit kekecewaan dan kelegaan secara bersamaan.

 "kata ibumu ada benarnya. Karena jujur, suasana disana kayaknya agak.... Yah kamu tahulah" kata si buck agak khawatir. Tetapi denken tidak mengerti dan memiringkan kepalanya ke dia. Buck menghela napas "Pemerintahan disana sedang memburu...orang-orang yang... memiliki sesuatu yang mirip seperti kamu" kata si buck.

Denken wereld dan dunia yang dikaruniaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang