BAB VI: karunia

12 4 0
                                    

"Dengar bu. Kalau ibu dalam bahaya. jangan diam saja ya, langsung panggil saya. Hanya karena kita pindah rumah lagi, Itu belum berarti kita aman..." kata si denken yang sangat khawatir kepada ibunya yang dimana ia bicara lewat cermin ukuran sedang yang berbentuk oval. 

"tenang saja. Aku akan baik-baik saja sendiri. Dan saya juga janji. Kalau aku dalam masalah, Aku akan panggil kamu..." kata si ibu denken dengan penuh kasih sayang. 

"sementara itu... pakaian dan alat-alat lain sudah lengkap kan? Sebentar lagi kereta kuda bakalan berhenti di depan gerbang sekolah itukan?" kata si ibu bertanya ke denken. Denken membuka jendela kuda kereta dan mengeluarkan kepalanya dan melihat didepannya. 

"iya bu sepertinya saya akan sampai sebentar lagi.." kata si denken memandang istana sangat besar serta luas istana ini setara dengan kota denken sebelumnya. 

Dengan istana di Tengah lahan yang luasnya seperti kota saint itu serta di depan pintu masuk istana itu ada kolam ikan yang cukup Panjang dimana sampai gerbang yang mau mendekati kereta kuda denken. Denken sedikit lagi mendekati gerbang, dan ternyata bukan dia saja yang menunggu disitu. Melainkan beberapa murid lainnya berada di gerbang berdiri. Sambil kereta kuda mereka berbaris lurus untuk tetap masuk. Mengantar barang-barangnya. 

"baguslah, kalau begitu... hati-hati ya! Jangan bergaul dengan orang yang tidak baik untuk kamu dan jangan melakukan hal sembrono kayak pernah di hutan" kata si ibu yang memperingatkan si denken. 

"iya bu iya"

"baiklah aku akan berhenti berkomunikasi dengan mu. Aku menyayangimu nak." 

 "aku menyayangi ibu juga.." kata si denken. Dan akhirnya cermin itu menjadi cermin normal yang memperlihatkan muka denken. Denken menaruh cermin itu ke dalam tas. Secara bersamaan kereta kuda denken berhenti dan artinya harus keluar. Pada saat dia pegang pengangan pegangan pintu itu dia menghela napas sejenak, dikarenakan denken tidak pernah bertemu tempat yang penuh gerombolan dikarenakan lamanya dia berada dirumah. Dia akhirnya memberanikan diri dan membuka pintu. Dia melihat sekitaran banyak suara orang berbicara dan mengobrol Bersama. Dia melihat sekitaran bahwa bukan dari desa denken saja yang ada di depan gerbang. Dia juga melihat beberapa guru sedang berbaris menutupi gerbang depan. 

"Wah. Wah. Ternyata ini orangnya ya yang melakukan masalah di sekitaran kota saint.." denken melihat ke arah suara yang bicara sama denken. Dia melihat laki-laki berambut cokelat bicara ke denken .

"kamu bicara dengan saya?" kata si denken dengan tenangnya ke laki-laki itu. si laki-laki itu tiba kesal dengan muka denken yang datar itu. 

"tentu saja aku bicara sama kamu! Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan sama penjaga-penjaga organisasi via d'esclaive dan tuan celuel sampai-sampai mereka mengabaikan mu di pintu keluar. Tapi aku tahu, kamu pasti menggunakan kekuatan mu itu ke mereka...saya tidak tahu apa kekuatan mu itu tapi saya tetap harus mengawasi kamu..." kata si laki-laki itu. si denken mau bicara tapi tiba ada guru mulai bicara 

"Mohon diam, Murid baru!" berteriak guru Wanita dengan berpakian gaun yang berwarna ungu serta memakai pentup mata untuk sebelah mata sampai segerombolan murid diam. Laki laki berambut cokelat itu pergi dari denken dengan membahukan dia. Guru Wanita itu lanjut bicara dengan melihat seluruh murid. 

"baiklah, Kalian sudah tau apa alasan kalian berada disini. Didepan sekolah sihir yang lumayan besar ini. Tapi, sebelum itu. mari kita jelaskan Sejarah sekolah sihir ini" kata si guru Wanita itu tegas. Para segerombolan murid menolak untuk menjelaskan di depan gerbang istana, dikarenakan panas. 

"DIAM" salah satu guru pria disebelah kiri guru Wanita di Tengah itu bicara dengan pelan, tapi omongannya itu semakin membesar ke para murid sampai-sampai telinga mereka kesakitan. Dalam beberapa waktu sejenak sudah hilang rasa sakitnya. 

Denken wereld dan dunia yang dikaruniaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang