Discalaimer 📣 :
1. Cerita 100 fiksi
2. Terinpirasi dari cerita yang sedang ramai di aplikasi hijau
3. Di buat karena author lebih suka dengan second lead daripada mc *agak lain sih
4. Alur agak melenceng dari cerita asli
5. Terdapat beberapa perubahan karakrer
6. Bagi yang suka sama cerita ini jangan lupa folow, vote dan comment untuk meramaikan lapak ini
7. Author masih pemula, harap maklum kalau ada kesalahan kata atau pengejaan *cmiiw
oo00oo
Kedua mata Claudine secara perlahan terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah hamparan pepohonan rimbun yang menjulang hamper menyentuh langit. Tempat yang begitu asing baginya. Tentu saja ia bukan berada di kamarnya.
"Aw kepala ku." Claudine memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Rasanya kepalanya sakit sekali. Gadis itu mencoba untuk bangun, namun tak bisa. Tubuhnya benar-benar sangat lemas.
Claudine kembali merintih. Kedua manik biru nya memandang sekitar dengan tatapan sendu. Sebenarnya ada dimanakah dirinya sekarang? Bagaimana bisa ia berada di tengah hutan seperti ini? Bukankah terakhir kali ia tengah menangis di kamarnya setelah menerima surat yang berisi berita tentang kematian pria yang sangat ia cintai?
Riette Von Lindman.
Claudine kembali merapalkan nama itu dalam hatinya. Rasanya ia masih tak menyangka bahwa ia harus kehilangan sosok pria yang sangat ia cintai. Mirisnya, Claudine bahkan belum sempat membalas pernyataan cinta Riette padanya saat itu. Padahal Claudine berniat membalas pernyataan cinta Riette setelah pria itu pulang dari peperangan.
Namun apalah daya. Hal tak terduga terjadi. Riette harus meninggal dalam pertempuran karena di tebas oleh pedang dari pihak musuh.
Claudine tertawa miris. Dalam keheningan malam gadis cantik itu menertawakan takdirnya yang begitu menyedihkan. Bayangkan saja, dari kecil ia sudah di didik keras oleh ke dua orang tuanya untuk menjadi wanita bangsawan yang sempurna, kemudian perlakukan kasar yang ayahnya berikan padanya, belum lagi ia yang di paksa untuk menjadi ducess dengan cara di jodohkan dengan lelaki brengsek yang tidak ia cintai, kemudian ia di selingkuhi oleh tunangan nya sendiri.
Matthias Von Herhardt dan Layla Llewellyn. Dua orang itu adalah dua orang yang begitu Claudine benci. Karena merekalah ia harus menjadi gadis malang yang terlantar dan begitu menyedihkan.
Tangis Claudine pecah begitu saja. Air matanya mengalir deras membasahi pipi tirusnya. Dalam lubuk hatinya yang begitu dalam, Cudine berharap agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk mengubah takdirnya menjadi bahagia dan berakhir dengan orang yang ia cintai
"Riette..."
"Riette..."
"Riette Von Lindman. Ku mohon kembali lah Riette. Aku...aku mencintaimu" Claudine terisak dalam heningnya malam.
Kemudian entah darimana sebuah tangan terulur. Mata Claudine mengerjab. Ia memandangi tangan itu dengan sorot bingung. Lalu perlahan tatapannya naik ke atas hingga dapat melihat pemilik dari tangan tersebut.
"R—Riette?" Claudine benar-benar tak percaya kalau sosok yang di hadapannya adalah Riette. Riette Von Lindman, pria yang sangat ia cintai.
"Hai." Riette tersenyum manis. Senyum yang selalu membuat Claudine jatuh hati, kini bisa ia lihat kembali. Claudine tersenyum senang. Riette nya benar-benar kembali.
"Riette!" Claudine segara menyambar uluran tangan Riette kemudian berdiri. Claudine langsung memeluk tubuh Riette dengan kencang sampai-sampai tubuh Riette sedikit terhuyung ke belakang.
"Hey pelan-pelan saja, Lady." Riette terkekeh. Tangannya bergerak membalas pelukan Claudine.
"Riette, aku merindukan mu, ku mencintai mu, sangat. Ku mohon jangan pergi." Tangis Claudine kembali pecah. Bahunya bergetar hebat, hal itu membuat Riette panic dan segera melepaskan pelukannya.
"Kau baik-baik saja? Kenapa menangis?" tanya Riette seraya menghapus air mata Claudine dengan ibu jarinya.
"Kau pergi meninggalkan ku Riette." Claudine mendongak, menatap Riette dengan mata sembabnya dan wajahnya yang memerah seperti tomat,
Melihat itu Riette tertawa pelan. Sungguh, Claudine benar-benar sangat menggemaskan sekarang. "Aku tidak meninggalkan mu. Lihatlah, kau bahkan memeluk ku barusan."
"Tidak! Kau meninggalkan ku Riette! Kau meninggalkan ku untuk selamanya karena kau mening—"
"Sssttt, jangan bicara hal buruk." Riette meletakkan jari telunjuknya di bibir Claudine, memotong ucapan Claudine. "Dengar, aku tidak akan pernah meninggalkan mu, sampai kapan pun itu. Karena aku mencintai mu, Claudine," katanya sambil menatap manik biru milik Claudine yang selalu terlihat indah dimatanya.
"Katakan, apa kau juga mencintai ku?"
"Iya! Aku mencintai mu Riette, aku sangat mencintai mu," jawab Claudine cepat. Ada perasaan lega karena akhirnya ia berhasil menyatakan perasaanya pada Riette.
Riette tersenyum manis. "Syukurlah, aku senang mengetahui bahwa kau juga mencintai ku." Suara Riette terdengar begitu lembut di telinga Claudine, sampai-sampai Claudine terlena dan tak sadar bahwa tangan Riette bergerak meraih dagunya dan secara perlahaan wajahnya mendekat seiring dengan debaran jantung Claudine yang makin menggila di dalam sana. Mata Claudine reflek memejam saat jarak antara wajahnya dengan wajah Riette hanya tersisa satu jengkal.
Nampaknya Claudine harus merelakan first kiss nya malam ini. Tak lama, Claudine merasakan sebuah metarial basah dan lembut menempel pada keningnya.
Cukup lama Riette mencium keningya, namun Claudine sama sekali tidak masalah. Ia justru menikmati moment ini.
"Claudine Von Brandt. Berjanjilah padaku bahwa kau akan selalu bahagia. Sekarang kau berhak menentukan kebahagian mu," bisik Riette setelah mengecup kening Claudine.
Claudine yang mendengar itu tentu bingung. Ia hendak bertanya pada Riette, namun pria itu malah menjaga jarak dengan nya. Riette tersenyum, namun matanya menyiratkan kesedihan yang begitu mendalam.
"Riette kau—"
"Berbahagialah, Lady."
Entah apa yang terjadi, secara peralahan tubuh Riette yang tadinya bersih kini muncul luka-luka seperti bekas tembakkan dan sayatan pedang. Pakaian berwarna putih yang sebelumnya bersih tanpa noda pun sekarrang penuh dengan darah.
Melihat hal itu tentu Claudine histeris. "Riette! Kau terluka!"
Saat Claudine hendak menghampiri Riette, tiba-tiba saja tubuh pria itu berubah menjadi butiran debu kemudian hilang terbawa angin. Claudine kembali menangis pilu.
"RIETTE!" Untuk kedua kalinya, pria itu meninggalkan Claudine.
Claudine yang masih terisak kemudian ambruk ke tanah. Gadis itu mendadak lemas dan secara perlahan kesadaran nya mulai menghilang. Di sisa-sisa kesadarannya, Claudine dapat mendengrar sebuah suara yang terdengar asing di telinganya.
"Kau mendapatkan kesempatan untuk menrubah takdir mu. Kejarlah, dan dapatkan kebahagian yang kau impikan itu."
Kira-kira begitulah suara yang tertangkap oleh Claudine sebelum akhirnya gadis itu tak sadarkan diri.
oo00oo
a/n ; baru prolog, gimana menurut kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
A SECOND CHANCE
Fiksi Penggemar"Jika aku tidak bisa memiliki mu, maka orang lain pun tidak bisa." - Matthias Von Herhardt "Claudine, aku menyukai mu. Ku harap, kau juga memiliki perasaan yang sama." - Riette Von Lindman "Harusnya tidak serumit ini? Tapi mengapa semuanya jadi rumi...