Sebersah Cerita Yang Akan Dimulai

8 4 2
                                    

ON REC

Gya mengelus pipi lembut Adrianna saat perempuan itu tertidur pulas. Saking pulasnya, bibir itupun membuka kecil. Lantas dengan keadaan begitu, Gya mengambil kesempatan untuk bergantian membelai bibir itu sesekali. Adrianna lalu bergeliat kecil. Entah barangkali merasakan sensasi kulit kasar yang menggilas bibirnya. Namun bukan berarti sentuhan Gya berhenti di situ saja.

Jemari Gya bermain kembali menyelusuri wajah Adrianna dengan lamat seraya sorotan kamera bergerak mengikuti gerak-gerik tangannya yang seperti tengah menguntit.

Sorotan demi sorotan begitu tendesi ke setiap inci wajah Adrianna dari jarak yang cukup indah di mata Gya yang kini menontonnya sekarang, yaitu melalui jarak sedekat mungkin untuk mendetailkan titik-titik apa saja dalam melingkari gejolak tengah mengerumuni Gya.

Mulai dari ujung kepala Adrianna; dahi dengan rambut alus di permukaan kulitnya; hidung mungil alangkah menjadi gigitan kecil untuk menjahili perempuan itu; lalu berpindah lagi ke wajah perempuan itu. Wajah akan senantiasa menjadi riasan, reaksi, serta apapun mewarnai Adrianna, hal yang menjadi begitu gairahnya adalah sebuah ikrar ketika usaha Gya mampu menciptakan sensasi di wajah Adrianna. Sensasi memerah.

.. hingga kembali berpadu dalam bibir perempuan itu. Untuk kali ini, hanya dari satu sentuhan jari Gya yang menggelayuti bibir perempuan itu, perlahan begitu memboyongnya untuk mengecupkan sensasi yang lebih mewah. Gelora tengah membutuhkan dekapan.

Gelora menjadi tulang belulang Gya untuk berpijak di atas harapan yang menjadi ratapan. Namun Gya tidak keberatan untuk itu di tengah kesulitan Gya menjejalkan titik-titiknya dalam permukaan ratapan itu, ratapan di dalam diri Adrianna.

Dan dari sekian perasaan yang berkecambah, menjadi berkelak-kelok seiring isapan demi isapan Gya belurkan pada Adrianna begitu menuntut, membuat Adrianna membukakan mata.

Sementara itu juga, Gya sudah tidak mempedulikan posisi kameranya oleh degupan yang menjalar kencang di tubuhnya untuk ingin segera ditangguhkan. Alhasil, sorotnya kini tengah memperlihatkan langit ruangan kamar yang hampa.

"Hmhmmh .. Gy--Gy-ah." Getaran melambung tinggi pun bergemuruh di benak Gya, bahkan hanya dalam keadaannya tengah menyaksikan rekaman itu. Suara yang bergetar di sana, seakan menjadi titik didihnya di tengah kesenyapan berusaha melenyapkan dirinya di dalam dinding di sekitarnya yang dingin.

"Ha-i, kamu terbangun ya? Maafkan aku yang mengganggu tidurmu."

...

Jael pun menceritakan sepengetahuannya tentang kondisi Adrianna di Banda Neira kepada Chico ketika mereka semua kecuali Adrianna, telah lengkap untuk berkumpul di ruang makan Nicho. Chico yang duduk di sisi lain, di hadapan Jael, menatap Jael dengan pancaran yang sulit dijelaskan selama Jael mencurahkan diri.

Sulit pula untuk mencerna omongan Jael lantaran setiap suara Jael hadir untuk menjabarkan keadaan Adrianna dan keraguan Jael kepada Gya yang belum surut, menggumpali bisikkan di kepala Chico yang langsung menghantam Chico secara sekaligus.

Suara berbagai suara yang menyerap energi Chico untuk menalarkan gambaran peristiwa Jael temukan. Tentang spekulasinya, tentang tanda tanyanya, tentang bayangan Chico terhadap sosok Gya bagaimana melalui cerita Jael sehari-hari lalu sekarang. Dan juga, tentang bagaimana perasaan Adrianna sekarang yang tengah Adrianna pendam.

Wajah Jael sendiri menjadi kusut kembali sesaat menceritakan semua yang terjadi selama di Banda Neira. Pikirannya tengah menjadi buih-buih keruh untuk meneruskannya di wajah tegas milik Jael. Seraya itu, Jael tidak henti-hentinya berdecak lalu menggaruk rambutnya.

"Dan sekarang, gua bingung gimana mau nanyanya sama Adri soal kejadian ke marin. Gua pingin dengar dari mulutnya. Karena ya selama di sana, yang cuma bisa jelasin si Gya!" ucap Jael pada akhirnya.

ASA YANG MERAJUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang