{Seperti menghirup, dan tertatih}∆∆∆
Jakarta, Keesokan Harinya.
Nicho mengucek matanya yang terasa memberat seraya berusaha membukakan kelopak matanya lalu mengusap seluruh wajahnya sebelum mengatur posisi tidurnya untuk melingkarkan tangan ke pinggang Adrianna. Dan begitu sudah mulai merengkuh punggung Adrianna, kepalanya lekas tenggelam ke dalam tengkuk leher Adrianna.
Nicho mengendus sesaat aroma leher Adrianna yang tak pernah berubah untuk membuatnya begitu gemas. Nicho semakin mempererat pelukkannya hingga sedikit mengganggu tidur nyenyaknya perempuan itu.
Nicho melihat punggung ringkih perempuan itu sempat beberapa kali bergoyang, tetapi tetap pada sisinya mempertahankan keteguhannya dari siapapun akan menangkapnya.
Tak terkecuali kepada Nicho yang sudah hampir 48 jam berada di samping Adrianna.
Nicho katakan, itu menjadi rekor baginya bisa berada di sisi Adrianna yang begitu lama. Biasanya, semenjak berakhirnya hubungan mereka, Nicho tentunya membatasi diri dari sosok yang sudah mengambil seluruh hidupnya.
Adrianna pernah bilang kepadanya bahwa perempuan itu masih mau saja berteman dengan Nicho. Namun atas nama harga diri pria itu, Nicho memilih untuk menyudahi semuanya tanpa celah sedikit pun.
Nicho tak pernah mengirim pesan rutin kepada Adrianna. Tak pernah menegur perempuan itu saat Nicho menongkrong di kantin fakultas Adrianna atau main ke rumah Adrianna untuk bertemu Jael--sekaligus memantau keadaan Adrianna di sela-sela waktunya.
Nicho telah putuskan untuk mengakhiri semuanya seperti kemauan Adrianna.
Dan kini, keadaan seakan tengah mengecohkan pertahanan Nicho selama ini. Susah payah Nicho menghabiskan waktu sunyinya untuk membentengi dirinya dari sosok Adrianna, tahu-tahunya, berpenghujung, tersingkap pada situasi seperti saat ini; membawa Adrianna ke apartementnya. Adrianna tidak keberatan sama sekali ketika Nicho mengajukan ide gila itu.
Perempuan itu menyetujuinya.
Sesuatu yang menjadi kerikil tajam untuk menimpa Nicho, melihat Adrianna begitu lempeng menyetujui ajakan Nicho.
Sorot mata kosong itu menjadi indikasi rasa nyerinya yang kian menjadi setelah meresapi kekosongan itu begitu ringan untuk Adrianna memutuskan hal terberat bagi Nicho.
Artinya, Adrianna sudah lebih dahulu selesai dengan Nicho ketimbang Nichonya sendiri yang sudah memasang pagar tinggi-tinggi untuk bisa Adrianna tengok.
Nicho tidak tahu lagi bagaimana harus mengurai rasa pilunya atas perasaan Adrianna yang memang sudah tak ada lagi untuknya, dan menyaksikan kondisi perempuan itu sekarang.
Nicho seolah mengalami mimpi buruk yang begitu berkepanjangan. Langkahnya terus melarikan diri dari mimpi buruk itu yang kian lama, arusnya mengalir kebuntuan.
Nicho pun memejamkan mata. Perihal yang terjadi pada Adrianna, menjadi ketenangan yang sesekali mengancamnya untuk mendorong Nicho agar terbangun di setiap waktu tidurnya.
Nicho beberapa kali terbangun untuk memastikan Adrianna di sampingnya selalu. Namun keadaan itu, membuat Nicho tidak bisa tidur semalaman di bawah pelukkan yang bodohnya--entah kenapa masih mendesirkan jantung Nicho.
Ini tidak adil baginya. Nicho masih hanyut dalam kepiluan yang bertubi-tubi tentang perempuannya itu, sedangkan Adrianna .. sosok itu begitu tenang di setiap langkahnya selama perjalanan pulang, lalu masuk kembali ke apartement Nicho yang menjadi masa lalu mereka dan di balik ketenangan Adrianna, justru menyulitkan Nicho untuk mengajak Adrianna berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA YANG MERAJUK
Storie d'amoreAdrianna Jayatri Pradipta, seorang gadis periang yang terjelembab dalam takdir, bertemu dengan sesosok memiliki kecenderungan futuristik wannabe bernama Gya Katon Bramatja. Semenjak itu, kehidupan Adrianna tidak lagi menjadi seutuhnya. Mampukah Adri...