The Cursed Bond (markmin)

112 3 0
                                    


Dalam malam yang gelap gulita, hanya diterangi oleh cahaya redup dari bulan yang diselimuti awan, Mark berdiri di depan reruntuhan sebuah kuil kuno. Angin malam yang dingin berhembus kencang, namun api kecil yang menari di ujung jarinya tetap berkobar dengan mantap, menandakan ketenangan di balik aura garang pria muda itu.

"Aku harus menemukan jawabannya di sini," gumam Mark pada dirinya sendiri. Ia telah melakukan perjalanan jauh, melewati hutan lebat dan gunung terjal, hanya untuk menemukan tempat ini—kuil kuno yang diyakini menyimpan rahasia tentang kekuatan yang ia miliki.

Namun, saat ia melangkah masuk, langkah kakinya terhenti oleh sesuatu yang tidak ia duga. Di tengah kuil yang hancur, duduklah seorang pria dengan aura tenang dan damai. Mark merasa ada sesuatu yang aneh dari pria ini, seolah-olah dia bukanlah manusia biasa.

Pria itu perlahan membuka matanya, menatap langsung ke arah Mark dengan mata yang berkilau lembut seperti bulan purnama. "Kau datang untuk mematahkan kutukan, bukan?" suaranya lembut, namun penuh dengan pengetahuan yang dalam.

Mark mengerutkan alisnya, "Kutukan apa yang kau bicarakan?"

Pria itu tersenyum tipis, berdiri dan mendekat ke arah Mark. "Namaku Jaemin. Dan kau, Mark, adalah bagian dari kutukan yang mengikat kita berdua."

Kata-kata Jaemin membuat jantung Mark berdebar kencang. "Aku tak tahu apa yang kau maksud."

Jaemin mendekat, mengulurkan tangannya. Sebelum Mark sempat mundur, tangan Jaemin menyentuh dadanya, dan tiba-tiba, Mark merasakan aliran energi yang begitu kuat. Di dalam sekejap, ia melihat kilatan-kilatan gambaran masa lalu, sebuah peristiwa yang telah lama terkubur dalam benaknya.

"Kita terikat oleh sebuah kutukan kuno," jelas Jaemin. "Kutukan yang diturunkan melalui garis keturunan kita, mengikat hidup kita bersama. Jika salah satu dari kita mati, yang lain juga akan mengalami hal yang sama."

Mark mundur selangkah, menatap Jaemin dengan campuran kemarahan dan kebingungan. "Kenapa aku tidak pernah tahu ini? Dan kenapa kau...?"

"Sebab aku adalah kunci untuk mematahkan kutukan ini," jawab Jaemin dengan tenang. "Dan kau, Mark, adalah bagian dari itu."

Mark mencoba mencerna informasi yang baru saja ia terima, namun otaknya dipenuhi dengan begitu banyak pertanyaan. Namun, ia tahu satu hal—ia tak bisa membiarkan dirinya terikat pada siapa pun, apalagi seseorang yang baru saja ditemuinya. Tapi ada sesuatu yang aneh dari Jaemin, sesuatu yang membuatnya merasa tertarik, meski ia tak mengerti mengapa.

Hari-hari berlalu, dan Mark tidak punya pilihan selain menerima kenyataan bahwa Jaemin harus ikut bersamanya dalam perjalanan ini. Mereka mencari cara untuk mematahkan kutukan, menjelajahi tempat-tempat tersembunyi, bertemu dengan makhluk-makhluk mistis yang berusaha menghalangi atau membantu mereka.

Selama perjalanan, Mark mulai melihat sisi lain dari Jaemin. Di balik wajah lembut dan sikap tenangnya, Jaemin memiliki kekuatan penyembuhan yang luar biasa. Setiap kali Mark terluka dalam pertempuran, Jaemin akan merawatnya dengan penuh perhatian, menyembuhkan lukanya dengan sentuhan lembut. Mark tidak pernah meminta bantuan, tapi Jaemin selalu ada, menenangkannya dengan senyuman yang menenangkan.

Di satu malam, setelah pertempuran sengit melawan iblis penjaga sebuah makam kuno, Mark duduk di tepi sungai, merawat luka di lengannya. Jaemin datang dan tanpa sepatah kata pun, duduk di sampingnya. Dengan sentuhan lembut, Jaemin mulai menyembuhkan luka Mark, dan untuk pertama kalinya, Mark tidak menolak.

"Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Mark," ucap Jaemin pelan, matanya tertuju pada luka yang mulai memudar di bawah sentuhannya.

Mark menoleh, menatap Jaemin dalam diam. "Aku tidak bisa bersantai ketika hidup kita dipertaruhkan."

Jaemin tersenyum lembut. "Tapi kita tidak harus selalu melawan segalanya sendirian. Kau bisa mengandalkanku."

Kata-kata itu menghantam Mark seperti pukulan yang tak terduga. Selama ini, ia selalu berusaha menanggung segalanya sendiri, berusaha melindungi Jaemin tanpa mengerti bahwa pria itu juga memiliki kekuatan untuk melindunginya. Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, Mark merasakan sesuatu yang hangat tumbuh di dalam hatinya, sesuatu yang lebih dari sekadar rasa tanggung jawab—perasaan yang ia coba tolak selama ini.

Hari-hari berubah menjadi minggu, dan semakin lama, Mark dan Jaemin semakin dekat. Mereka saling melengkapi, kekuatan Mark yang destruktif dan kekuatan Jaemin yang penyembuh menciptakan harmoni yang unik. Namun, mereka tahu bahwa kutukan itu masih menggantung di atas mereka, sebuah bayangan gelap yang bisa menghancurkan segalanya.

Puncaknya terjadi ketika mereka akhirnya menemukan sumber kutukan, sebuah pohon tua yang menyimpan jiwa-jiwa leluhur mereka. Pohon itu memberikan mereka pilihan—mereka bisa mematahkan kutukan, tapi salah satu dari mereka harus mengorbankan nyawanya.

Mark merasa dunia runtuh di sekitarnya. Ia tak bisa membiarkan Jaemin, yang kini telah menjadi pusat dari hidupnya, untuk mengorbankan dirinya. Namun, Jaemin, dengan senyum lembut yang selalu ia berikan, berkata, "Ini bukan tentang siapa yang hidup atau mati, Mark. Ini tentang bagaimana kita memilih untuk hidup."

Mark mengerti bahwa ini adalah pilihan mereka bersama. Namun, sebelum mereka bisa membuat keputusan, pohon itu menyerang mereka, mencoba untuk mengambil jiwa mereka sebagai bayarannya. Di saat genting, Mark menggunakan seluruh kekuatannya untuk melindungi Jaemin, bahkan jika itu berarti mengorbankan dirinya sendiri.

Tapi Jaemin tidak tinggal diam. Dengan kekuatan terakhirnya, Jaemin menggabungkan sihir penyembuhannya dengan api Mark, menciptakan ledakan energi yang luar biasa. Mereka berhasil menghancurkan pohon itu, mematahkan kutukan, namun harga yang harus dibayar sangat tinggi.

Jaemin terjatuh ke tanah, lemah dan kelelahan, namun kutukan itu telah hilang. Mark meraih tubuh Jaemin, memeluknya erat, merasa takut kehilangan pria yang kini ia sadari adalah orang yang paling ia cintai.

"Aku takkan membiarkanmu pergi," bisik Mark, air mata yang ia coba tahan akhirnya jatuh.

Jaemin tersenyum lemah, menyentuh wajah Mark. "Kita telah mematahkan kutukan itu bersama. Sekarang, kita bisa hidup tanpa rasa takut."

Mark menunduk, bibirnya bertemu dengan Jaemin dalam ciuman yang lembut namun penuh dengan janji—janji untuk tidak lagi terikat oleh kutukan, melainkan oleh cinta yang murni. Mereka berdua tahu bahwa meski kutukan telah berakhir, ikatan di antara mereka akan tetap ada, kuat dan tak terpisahkan, bukan karena takdir, tapi karena pilihan mereka sendiri.

one-twoshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang