Sinopsis:
Di sekolah elite yang penuh dengan aturan ketat dan persaingan sengit, Nara adalah ketua OSIS yang tegas dan disegani. Dengan kecerdasan dan kepemimpinannya yang kuat, dia menjadi panutan bagi banyak siswa. Di sisi lain, ada Adrian, seorang siswa pemalu dan pendiam yang selalu berusaha menghindari perhatian. Takdir mereka berubah ketika Nara secara tidak sengaja menemukan sisi lembut Adrian yang tersembunyi, dan sebuah hubungan yang tak terduga mulai terjalin di antara mereka. Di balik dinding sekolah, mereka menemukan cinta yang bertumbuh di tengah tekanan dan harapan yang berbeda.
■□■□■□■□■■□■□■□■□■■□■□■□■□■
Nara selalu tahu bagaimana mengendalikan situasi. Sebagai ketua OSIS, dia sudah terbiasa membuat keputusan yang sulit dan menjaga ketertiban di sekolah. Dengan rambut panjang yang selalu tertata rapi dan seragam sekolah yang dikenakannya dengan sempurna, Nara adalah sosok yang disegani oleh siswa dan guru. Namun, di balik sikap tegasnya, ada sisi lembut yang hanya sedikit orang tahu—sisi yang jarang terlihat di depan umum.
Sementara itu, Adrian adalah kebalikan dari Nara. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan atau di sudut kelas, menghindari keramaian dan hiruk-pikuk kehidupan sekolah. Dengan mata yang selalu tertunduk dan sikap yang tenang, Adrian adalah siswa yang tidak pernah menonjol, selalu berada di latar belakang.
Suatu hari, setelah rapat OSIS yang panjang dan melelahkan, Nara sedang berjalan di koridor sekolah ketika dia melihat Adrian sedang berjuang membawa tumpukan buku yang tinggi. Tanpa berpikir panjang, Nara mendekat dan mengambil sebagian buku dari tangan Adrian.
"Biarkan aku membantu," kata Nara dengan senyum yang jarang ia tunjukkan.
Adrian terkejut, tidak mengira ketua OSIS yang terkenal itu akan membantunya. "Oh, terima kasih... Nara," jawabnya pelan, hampir tidak terdengar.
Mereka berjalan bersama menuju perpustakaan, dan selama perjalanan itu, Nara mulai memperhatikan hal-hal kecil tentang Adrian yang sebelumnya tidak ia sadari. Cara Adrian selalu menunduk, cara dia berbicara dengan suara yang lembut, dan bagaimana dia tampak lebih nyaman ketika tidak ada orang lain di sekitarnya.
Ketika mereka tiba di perpustakaan, Nara meletakkan buku-buku itu di meja dan menatap Adrian. "Kamu selalu di sini setelah sekolah?"
Adrian mengangguk, sedikit gugup. "Aku suka tempat ini... tenang."
Nara tersenyum, menatap Adrian yang jelas-jelas merasa canggung. "Aku suka suasana tenang juga. Mungkin kita bisa mulai berbincang di sini sesekali, kalau kamu mau."
Mata Adrian membesar, tidak percaya bahwa ketua OSIS yang terkenal dingin ini menawarkan untuk menghabiskan waktu bersamanya. "Tentu, kalau itu tidak merepotkanmu."
Seiring berjalannya waktu, Nara dan Adrian mulai sering bertemu di perpustakaan. Nara, yang biasanya sibuk dengan urusan OSIS, mulai meluangkan lebih banyak waktu untuk mengenal Adrian. Mereka berbicara tentang buku, musik, dan kadang-kadang tentang mimpi-mimpi mereka. Nara terkejut betapa tenangnya dia merasa saat bersama Adrian, dan bagaimana Adrian yang pendiam itu perlahan mulai terbuka padanya.
Di suatu sore yang cerah, mereka duduk di bangku taman sekolah setelah sesi belajar bersama yang panjang. Angin berhembus lembut, membawa aroma bunga yang sedang mekar. Nara menatap langit biru, merasa damai seperti tidak pernah sebelumnya.
"Adrian," panggil Nara, menoleh ke arah cowok itu yang sedang menatap buku di tangannya. "Pernahkah kamu merasa ingin melawan takdir yang seolah sudah ditentukan untukmu?"
Adrian mengangkat kepalanya, bingung. "Maksudmu?"
Nara menghela napas, memandang jauh ke depan. "Aku selalu diharapkan untuk menjadi yang terbaik, menjadi panutan, menjadi seseorang yang tidak bisa membuat kesalahan. Kadang-kadang, aku merasa seperti boneka yang bergerak sesuai dengan perintah orang lain."
Adrian menatap Nara dengan penuh perhatian, sesuatu yang jarang dilakukannya pada siapa pun. "Kamu selalu tampak begitu kuat... tapi aku bisa mengerti perasaan itu. Mungkin kita semua, pada titik tertentu, merasa seperti itu."
Nara tersenyum tipis, tersentuh oleh pengertian Adrian. "Dan kamu, Adrian? Apa yang kamu inginkan? Jika kamu bisa melupakan semua harapan dan aturan, apa yang akan kamu lakukan?"
Adrian terdiam sejenak sebelum menjawab dengan jujur, "Aku hanya ingin merasa berguna... merasa dihargai tanpa harus menjadi orang lain."
Kata-kata Adrian menyentuh Nara lebih dalam daripada yang dia duga. Dia mendekatkan tubuhnya ke arah Adrian, merasakan kehangatan yang ia cari selama ini. "Adrian, kamu tahu... aku menghargaimu apa adanya. Kamu tidak perlu berubah untuk siapa pun, termasuk untukku."
Adrian terkejut mendengar kata-kata itu, tapi sebelum dia bisa merespon, Nara menaruh tangan di pipinya, membelai lembut dengan ibu jarinya. Tatapan mereka bertemu, dan sejenak, dunia di sekitar mereka lenyap, hanya ada mereka berdua di bawah langit yang dipenuhi bintang.
Dengan perlahan, Nara mendekatkan wajahnya ke arah Adrian, memberikan ciuman lembut di pipinya. Adrian terkejut, tapi tidak mundur. Nara kemudian berbisik di telinga Adrian, "Aku ingin kamu tahu, aku akan selalu ada untukmu. Aku ingin kamu merasa aman bersamaku."
Ciuman itu menjadi awal dari hubungan mereka yang tumbuh dengan indah di tengah kesibukan dan tekanan sekolah. Meskipun Nara selalu terlihat kuat di depan semua orang, Adrian adalah orang yang ia andalkan untuk berbagi beban emosionalnya. Sementara itu, Adrian menemukan keberanian yang tidak pernah ia sadari ada dalam dirinya, keberanian untuk menerima cinta Nara dan memberikan dirinya sepenuhnya kepada gadis yang dia kagumi sejak lama.
Hubungan mereka menjadi rahasia kecil yang manis di antara koridor sekolah yang penuh dengan kesibukan. Setiap kali mereka bertemu, ada kehangatan yang menyelimuti hati mereka, seperti dua bintang yang bersinar lebih terang ketika bersama. Mereka saling melengkapi, Nara dengan dominasi lembutnya dan Adrian dengan kelembutan hatinya yang tulus.
Di bawah bimbingan Nara, Adrian mulai tumbuh menjadi lebih percaya diri, sementara Nara menemukan sisi lembut dalam dirinya yang hanya Adrian yang bisa menyentuhnya. Mereka adalah dua sisi yang saling melengkapi, menemukan cinta di tempat yang tidak terduga, dan membuktikan bahwa di balik setiap ketegasan, selalu ada ruang untuk kelembutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
one-twoshoot
Historia Cortaini tempat buat kumpulin semua oneshoot yang saya buat (bxb) (gxb)